Vaksin Corona COVID-19 buatan Pfizer-BioNTech diklaim aman dan efektif pada usia 12-15 tahun berdasarkan hasil uji klinis terbaru. Meski demikian, Kementerian Kesehatan RI belum mau buru-buru memberikannya pada anak-anak.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2PML) Kementerian Kesehatan dr Siti Nadia Tarmizi mengatakan, vaksinasi COVID-19 untuk anak-anak di Indonesia akan menunggu rekomendasi dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), organisasi profesi, dan ITAGI. Hal ini dilakukan untuk melihat vaksin mana yang bisa digunakan untuk anak-anak nantinya.
"Apakah vaksin itu sudah ada di negara kita, artinya jenis vaksinnya itu misalnya Sinovac, AstraZeneca, Pfizer, Novavax, atau harus mencari jenis vaksin baru," jelas dr Nadia dalam diskusi virtual, Senin (31/5/2021).
"Nah kalau harus mencari jenis vaksin baru ya berarti harus negoisasi lagi pemerintah, belum tentu produsen vaksinnya punya stok vaksin, itu yang pertama," sambungnya.
Yang kedua, disebutkan dr Nadia, untuk vaksin yang saat ini digunakan apakah mencukupi pada usia di atas 18 tahun. Nanti akan dilihat lagi apakah menggunakan vaksin yang sudah ada di Indonesia, atau perlu dilakukan pemesanan tambahan.
"Jadi, proses itu nanti kita tunggu saja rekomendasi dari khususnya dari badan POM dan ITAGI, dan IDAI terkait pemilihan vaksinnya," pungkasnya.
https://indomovie28.net/movies/fallen-angels-3/
Menkes Sebut Kenaikan COVID-19 di Kudus 'Luar Biasa', Terapkan Mikro Lockdown
Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengatakan terjadi kenaikan kasus Corona yang tinggi di Kabupatan Kudus, Jawa Tengah. Pihaknya tengah berkoordinasi dengan berbagai pihak untuk menekan laju penularan.
"Terjadi peningkatan yang luar biasa baik dari sisi kasus konfirmasi maupun yang masuk ke rumah sakit," kata Menkes dalam konferensi pers di Sekretariat Presiden, Senin (31/5/2021).
"Pak kapolri juga sudah menindaklanjuti dengan melakukan mikro lockdown sehingga diharapkan apa yang terjadi di Kudus bisa kita isolasi," lanjutnya.
Mikro lockdown dilakukan agar kasus Corona di Kudus tidak menyebar ke daerah lain disekitarnya. Pengecekan genome sequencing juga dilakukan untuk melihat apakah ada keterkaitan antara lonjakan kasus dan varian baru Corona yang saat ini sudah bermunculan di Indonesia.
Diberitakan sebelumnya, Kudus tengah menghadapi lonjakan kasus COVID-19 pasca Lebaran Idul Fitri. Dilaporkan sudah ada 142 nakes di sana yang terpapar Corona.
Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kabupaten Kudus, Ahmad Syaifuddin, bebeerapa waktu lalu menyebut salah satu penyebab lonjakan kasus Corona di Kudus pasca lebaran adalah abainya masyarakat pada protokol kesehatan.
"Keramaian, kerumunan, mal ramai masjid semua ramai dan semua tidak mengindahkan protokol kesehatan. Sehingga pas hari lebaran banyak yang silahturahmi itu mulai kasus itu terjadi dan beruntun sebanyak itu," jelasnya.
Kudus Zona Merah, Antisipasi Lonjakan Tajam Kasus Corona
Kudus menjadi zona merah penyebaran virus Corona atau COVID-19. Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyebutkan rumah sakit di Kudus sudah penuh.
"Memang ternyata sudah penuh (di RSUD Kudus), tetapi ini Pak Direktur sama Pak Bupati sudah menyiapkan tambahan di sini (Gedung AKBID yang dijadikan ruang isolasi mandiri). Sehingga perlu dirawat masih bisa, tapi memang sudah penuh," kata Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo saat berkunjung di RSUD dr Loekmonohadi Kudus, Senin (31/5/2021).
Dari pantauan di lokasi Ganjar didampingi Bupati Kudus HM Hartopo dan instansi terkait mengecek pelayanan di RSUD dr Loekmonohadi Kudus. Ganjar bersama rombongan pun menyempatkan diri mengecek warga yang menjalani isolasi di gedung AKBID Kudus.
Ganjar mengatakan upaya dilakukan untuk mengatasi lonjakan tajam kasus Corona di Kudus. Di antaranya meminta rumah sakit di Semarang untuk membantu pasien yang berasal dari Kudus.
"Sehingga kita menyiapkan cadangannya, kalau kita lihat di kota Semarang sudah disiapkan. Maka kemarin ada yang dari Kudus dikirim ke Kota Semarang nggih," jelasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar