Rheinturm adalah menara tertinggi di Kota Dusseldorf. Dari puncak menara setinggi 240 meter ini, seisi Kota Dusseldorf bisa kelihatan.
Liburan ke Kota Dusseldorf, Jerman ada satu bangunan ikonik yang jadi kebanggaan warga kota itu. Bangunan itu bernama Rheinturm, alias Rhine Tower. Menara ini merupakan yang tertinggi di Dusseldorf, dengan ketinggian mencapai 240,5 meter.
detikcom bersama rombongan Fam Trip Singapore Airlines berkunjung ke Rheinturm pada Senin (25/3) lalu. Langit mendung mengiringi perjalanan kami dari hotel di Kawasan Koenigsalle menuju ke Rheinturm.
Rheinturm terletak di kawasan Media Harbour, Dusseldorf. Dari Koenigsalle, traveler bisa naik subway ke sini. Jalan kaki juga bisa, namun agak jauh. Butuh sekitar 20 menitan untuk sampai ke Rheinturm.
Hujan mengguyur dengan deras saat kami berjalan kaki menuju ke Rheinturm. Jadilah kami basah kuyup begitu sampai di menara ini. Cuaca saat musim semi di Jerman memang cepat berubah.
Yang tadinya cerah, bisa tiba-tiba mendung, kemudian bisa turun hujan deras dan seketika cerah lagi. Traveler sebaiknya siap dengan payung dan jaket yang agak tebal sebelum mulai jalan-jalan.
Sejarahnya, Rheinturm ini dibangun pada tahun 1979, kemudian selesai di tahun 1982. Desainernya seorang arsitek terkenal bernama H. Deilmann. Menara ini dibangun untuk keperluan telekomunikasi, dan juga pemancar radio.
Selain itu, menara ini juga punya platform untuk menikmati pemandangan 360 derajat Kota Dusseldorf dari ketinggian 168 meter. Platform M168 ini juga dilengkapi dengan bar, dimana traveler bisa bersantai sambil makan snack dan minum-minum sambil melihat pemandangan.
Di ketinggian 172,5 meter menara ini, ada restoran Qomo. Yang unik, restoran Qomo ini bisa berputar searah jarum jam setiap 72 menit sekali, dari pukul 12.00 sampai 17.30. Sedangkan pada pukul 18.30 sampai 01.00 pagi waktu setempat, restoran akan berputar ke arah sebaliknya.
Traveler bisa menikmati sensasi makan malam romantis dengan pemandangan Kota Dusseldorf yang sedang berputar. Soal pemandangan, Rheinturm bisa dibilang adalah spot terbaik di Dusseldorf.
Dari platform pandang Rheinturm ini, traveler bisa melihat pemandangan Media Harbour, Hofgarten, Koenigsalle, hingga pusat Kota Dusseldorf. Kalau cuaca sedang cerah, Katedral Cologne pun bisa terlihat dari menara ini.
Untuk naik ke atas restoran ataupun bar Rheinturm, traveler harus naik lift dengan kecepatan 4 meter/detik. Tiket masuknya sendiri 9 Euro (sekitar Rp 140-an ribu) per orang. Untuk anak-anak dan lansia, harganya hanya 7 Euro (Rp 110-an ribu).
Pulau Biawak di Indramayu Disiapkan Jadi Destinasi Wisata Dunia
Pulau Biawak merupakan salah satu destinasi wisata di Indramayu. Mirip seperti Pulau Komodo, tapi pulau ini dihuni oleh Biawak.
Pemprov Jabar memproyeksikan pulau Biawak yang ada di Kabupaten Indramayu menjadi destinasi wisata bertaraf Internasional. Pembenahan infrastruktur harus dilakukan untuk mewujudkan hal tersebut.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Jabar Dedi Taufik mengatakan pulau seluas 150 hektar itu berpotensi menjadi wisata unggulan. Ratusan Biawak mendiami pulang yang didominasi 80 persen mangrove, 20 persen campuran hutan pantai.
Pulau Biawak juga menawarkan wisata air berupa diving, karena terumbu karang masih perawan. Ia menyakini pulau tersebut tak kalah dari Pulau Nusa Penida yang terletak di sebelah tenggara Bali.
"Dengan semua potensi itu, tentu ini sangat bisa kami akselerasi promosinya sampai tingkat nasional hingga internasional," kata Dedi saat dihubungi detikcom, Selasa (23/4/2019).
Segudang potensi wisata yang ada belum sebanding dengan tingkat kunjungan wisatawan sejauh ini. Hal ini diakuinya perlu ada perbaikan aksesibilitas dan fasilitas penunjang untuk kenyamanan wisatawan.
"Dalam kunjungan saya ke sana (Pulau Biawak) kemarin itu ada beberapa hal yang jadi catatan. Jarak tempuh bagi pengunjung itu menyeberang sepanjang 40 kilometer. Kalau menggunakan perahu biasa 4 jam, kalau menggunakan speedboat 1,5 jam," katanya.
Menurutnya penataan infrastruktur harus dilakukan misalnya penambahan sarana transportasi berkapasitas besar. Selain itu peningkatan kualitas homestay dan sarana penunjang bagi wisatawan, seperti jalan setapak maupun papan informasi.
"Kapal yang besar tidak bisa langsung berlabuh. Harus dibangun tambatan perahu. Homestay-nya perlu diperbaiki, dan jalan setapak untuk pengunjung juga harus ada," tutur dia
Saat ini, pihaknya sedang menyusun masterplan perbaikan pulau. Ia menargetkan tahun 2020 upaya pembenahan sudah bisa berjalan.
"Yang jelas, ini kan berhubungan dengan alam. Semua rencana perbaikan fasilitas dan pembenahan sarana di Pulau Biawak akan melibatkan pemerhati lingkungan. Jangan sampai upaya perbaikan justru merusak alam," ujar Dedi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar