Jumat, 19 Juni 2020

Milenial, Begini Cara Dapat Uang dari TikTok

Kabar bagus buat kamu yang suka main TikTok! TikTok pada akhirnya menghadirkan kemungkinan untuk monetize atau menghasilkan uang dari akun TikTokers, khususnya yang memiliki banyak pengikut dan menjangkau komunitas luas.
Hal ini bisa terjadi lewat iklan yang sekiranya menurut brand-brand cukup sesuai dengan audiens pada akun TikTok kamu. Kesempatan ini diungkap oleh Marketing Manager TikTok Indonesia Jessica Gautama dalam konferensi pers, Jumat (19/6/2020).

"Monetize sudah ada bentuknya, seperti iklan. Perhitungannya ada, sesuai engagement brand dengan komunitas, jadi customizable," ujar Jessica.

TikTok diakui Jessica memiliki audiens luas dan sangat beragam mulai dari working mom, traveler, dan lain sebagainya. Begitu juga dari segi konten mulai edukasi bahkan tips keuangan tersedia di TikTok. Tentu ini memperluas kemungkinan banyak brand memasang iklan di konten buatanmu.

"TikTok bekerjasama dengan dekat bersama brand partner untuk ikut menentukan strategi advertising yang cocok untuk target audiens di TikTok, bisa dengan brand takeover yang muncul saat aplikasi TikTok dibuka, banner challenge dengan filter atau stiker, atau video ads yang muncul di For You page," sambungnya.

Tak dimungkiri, TikTok memang berhasil menarik minat banyak segmen termasuk para milenial dan dewasa muda. Ferry Haryanto, Marketing Director Garuda Food memberikan pendapatnya mengenai TikTok yang dapat membantu memasarkan produknya.

"Buat kami, TikTok mengisi kekosongan yang ditinggalkan gen Z yang meninggalkan TV kisaran usia 14-25. Nah TikTok bisa mengisi celah ini. Consumer kami, mereka tidak lagi menonton TV tapi bisa mengenal produk kami di platform TikTok. Kami juga buat challenge dan belajar bagaimana untuk improve, belajar juga bagaimana challenge dapat lebih menarik," tuturnya.

Rusia Akhirnya Cabut Blokir Telegram, Kenapa?

Setelah dua tahun diblokir, Rusia mencabut larangan penggunaan Telegram di negaranya. Pencabutan ini dilakukan karena pemblokiran tersebut tidak efektif dalam menekan penggunaan Telegram di Rusia.
Dalam postingan di situs resminya, badan pemerintah Rusia yang mengawasi telekomunikasi, Roskomnadzor, mengatakan pencabutan blokir ini dilakukan setelah pengadilan mencapai kesepakatan dengan pendiri Telegram Pavel Durov untuk membantu upaya melawan terorisme.

"Roskomnadzor mencabut permintaannya untuk membatasi akses terhadap aplikasi messenger Telegram dalam perjanjian dengan kantor kejaksaan umum Rusia," kata Roskomnadzor dalam keterangan resminya, seperti dikutip detikINET dari The Verge, Jumat (19/6/2020).

Pengadilan Rusia pertama kali memblokir Telegram pada April 2018 setelah aplikasi berkirim pesan ini menolak untuk membagikan kunci enkripsinya dan memberi akses kepada data pengguna dengan Roskomnadzor.

Petinggi Rusia menuduh Telegram digunakan sebagai alat komunikasi oleh kelompok ekstremis. Aplikasi besutan Pavel Durov, entrepreneur asal Rusia, ini menolak membagikan kunci enkripsi karena tidak ingin melanggar privasi pengguna dan tidak akan membantu menjaring teroris.

Setelah perusahaan penyedia internet (ISP) diperintahkan untuk memblokir Telegram pada April 2018, aplikasi itu sempat menghilang. Tapi beberapa jam kemudian kembali online dan terus digunakan penggunanya.

Pemerintah Rusia bahkan memerintahkan ISP untuk memblokir 15,8 juta alamat IP yang ada di platform cloud Google dan Amazon. Negara Eropa Timur ini juga memblokir layanan VPN yang digunakan Telegram untuk menyembunyikan traffic.

Walau sudah mengerahkan segala cara untuk menekan penggunaan Telegram, aplikasi ini tetap populer di Rusia. Bahkan beberapa departemen pemerintah Rusia menggunakan Telegram untuk membagikan informasi seputar virus Corona.
https://kamumovie28.com/cast/natalija-ugrina/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar