Kasus speed boat wisata Raja Ampat yang hilang menemukan titik terang. Speed boat ditemukan, tapi mesinnya hilang.
Yayu Yuniar, co-founder dan pemilik Pearl of Papua mengatakan bahwa 1 speed boatnya telah ditemukan di Kabupaten Sorong. Tepatnya, pada Jumat minggu lalu.
"Saya mendapat laporan dari staf bahwa badan speed ditemukan pada tanggal 4 Januari, tanpa mesin, sudah dipreteli, tanpa peralatan lain seperti tangga atau alat komunikasi, sedangkan 1 speed boat lain belum ditemukan," ujarnya saat dihubungi detikTravel, Selasa (8/1/2019).
Yayu menjelaskan, kapal tersebut ditemukan di Sebelah Utara Pulau Soop, kemudian dibawa oleh Polisi Air Sorong untuk penyelidikan lebih lanjut.
"Speed boat yang ditemukan dibawa Polisi Air Sorong sebagai barang bukti untuk proses penyelidikan," tambahnya.
Namun Yayu menjelaskan, ia berniat untuk mengambil speed boat tersebut. Ini untuk mengakomodir kebutuhan wisatawan saat high season.
"Ingin menemui Polair, karena operasional kita membutuhkan keberadaan speed boat tersebut. Kita ada tamu non-stop di Raja Ampat. Bulan Januari-April high season buat kami," paparnya.
Kini, Yayu sedang menemui polisi dan asosiasi operator kapal. Sebelumnya, hal tersebut juga dialami oleh operator lain, Ocean Rover di dekat Pulau Mioskon, Raja Ampat. Operator tersebut kehilangan 2 speed boat yang berhasil ditemukan, namun mesin dan isinya juga sudah raib diduga dicuri.
Cerita Pendaki Gunung yang Kena Hipotermia
Pendaki gunung harap waspada dengan hipotermia. Ini salah satu cerita pendaki yang terkena hipotermia, semoga bisa jadi pelajaran.
Dari banyaknya pendaki, Ragil Tresna salah satunya yang punya cerita soal hipotermia. Saat itu Ragil naik ke Gunung Merbabu, pertengahan tahun 2013. Ia besama 7 orang kawan berencana untuk muncak.
"Naik jam 8 malam, sampe di puncak jam 1 siang," ujar Ragil kepada detikTravel, Selasa (8/1/2019).
Saat itu hari cerah, namun entah mengapa ada badai begitu sampai di puncak. Semua logistik basah tanpa terkecuali.
Rombongannya tak berencana untuk tinggal lebih lama. Tahu sudah kelelahan dan basah, mereka berencana untuk turun.
Salah satu kawannya bernama Fajar terlihat berbeda. Wajah yang pucat pasi dan mulai menggigil menjadi tanda bahwa Fajar harus segera dibawa turun.
"Rombongan dibagi jadi dua, Saya, Fajar dan Rohimat, turun duluan. Yang lain menyusul,"cerita Ragil.
Saat mulai turun, Fajar terlihat semakin mengkhawatirkan. Menggigil dan mulai meracau, mereka berniat untuk beristirahat di pos 2.
Ragil sadar bahwa temannya terkena gejala hipotermia. Fajar mulai berhalusinasi tentang pohon yang ada di depan mereka.
"Itu ada nenek-nenek," kata Ragil menirukan Fajar yang berhalusinasi.
Untuk mengantisipasi keadaaan Fajar yang makin parah, Ragil memutuskan untuk melanjutkan perjalanan. Fajar dipapah oleh Rohimat.
"Enggak makan dan minum, badan udah basah semua," ujar Ragil.
Karena terus hujan, Ragil dan kawan-kawan sempat nyasar. Fajar pun berjalan duluan agar tidak tertinggal jauh.
Tapi halusinasi Fajar makin menjadi-jadi. Fajar berjalan ke arah jurang dan bersikeras menganggap bahwa itu jalan yang benar.
"Udah mau masuk jurang terus di tarik sama Rohimat," kata Ragil.
Rombongan pun tiba di basecamp dengan selamat pukul 21.00 WIB. Fajar dibawa masuk dan dibungkus dengan selimut kering.
Ini menjadi pelajaran bagi pendaki lain agar tetap berjaga-jaga saat badai atau hujan. Usahakan untuk menjaga tubuh tetap kering dan hangat. Serta persediaan minum yang cukup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar