Sabtu, 14 Maret 2020

Bagaimana Mitigasi Bencana Dalam Pariwisata?

Belakangan, bencana alam seperti gempa dan tsunami menimpa Indonesia. Pariwisata jadi salah satu sektor yang kena imbas.

Lantas, bagaimana seharusnya mitigasi bencana dalam pariwisata?

"Bencana selalu ada, tak bisa dihindari. Yang terpenting, bagaimana kita meminimalisir risiko," kata Menteri Pariwisata Arief Yahya di sela-sela 'Rapat Koordinasi Pemulihan Sektor Pariwisata Selat Sunda Bangkit' di Marbella Hotel, Anyer pada hari ini, Jumat (11/1/2019).

Pertama, Arief menyoroti soal teknologi. Dijelaskan, teknologi yang mumpuni akan deteksi potensi bencana begitu diperlukan.

"Seperti harus tersedia lengkap water level di berbagai titik destinasi, supaya bisa mengukur ketinggian air," terangnya.

Selain itu, positioning Kementerian Pariwisata dalam suatu penanganan bencana adalah khusus pada sektor pariwisata. Dalam menghadapi bencana alam, ada tiga tahap yang akan dilakukan Kemenpar. Ketiganya itu tanggap darurat, pemulihan dan normalisasi.

"Ketiga kita memberikan informasi akurat pada industri pariwisata. Kasihan dong kalau mereka mendapat info yang salah," ujar Arief.

Jika terjadi suatu bencana, memang kerap kali ada informasi yang salah atau hoax. Oleh sebab itu, peran media kata Arief, begitu penting untuk memberikan informasi terpercaya.

"Salah informasi juga bisa menyebabkan cancellation pada wisatawan," tutupnya.

Antisipasi Gunung Agung Erupsi, Turis Diimbau Waspada dan Siapkan Masker

Gunung Agung, Bali sempat erupsi lagi dan mengeluarkan abu vulkanik. Wisatawan yang datang ke Pulau Dewata diimbau waspada dan sedia masker jika terjadi hujan abu.

"Pasca erupsi, aktivitas Gunung Agung sampai saat ini teramati masih berfluktuasi. Potensi erupsi masih ada namun kemungkinan kalau pun terjadi eksplosivitasnya masih rendah," kata Kepala Sub Bidang Mitigasi Pengamatan Gunung Api Wilayah Timur PVMBG, Devy Kamil Syahbana ketika dihubungi Jumat (11/1/2019).

Hingga saat ini status Gunung Agung belum diturunkan. Para wisatawan pun diminta menjauhi radius 4 km dari puncak.

"Saat ini status masih Level III (Siaga) di mana masyarakat diimbau untuk tidak melakukan aktivitas di dalam radius 4 km. Masyarakat di luar radius itu dapat menjalankan aktivitas seperti biasanya, mengingat potensi erupsi masih ada, masyarakat diimbau untuk senantiasa siap sedia masker penutup hidung dan mulut untuk melindungi dari paparan Abu Vulkanik jika terjadi erupsi dan hujan abu," tutur Devy.

Dari pantauannya, abu vulkanik teramati sempat menghujani sejumlah wilayah di Kabupaten Karangasem. Namun, hujan abu itu dilaporkan tipis.

"Umumnya di sektor barat laut Gunung Agung, dari yang terdekat seperti Desa Ban di Karangasem hingga ke wilayah lebih jauh seperti Desa Dause, Kabupaten Bangli, bahkan Desa Sudaji Kabupaten Buleleng. Namun paparan abu vulkanik teramati tipis," tuturnya.

Turis Asing Juga Pernah Belajar Bikin Barong di Sukawati

Kesenian barong yang identik dengan Bali sudah dikenal masyarakat dunia. Bahkan ada turis asing yang tertarik dan belajar langsung cara membuat barong.

Barong yang menjadi ciri khas Bali memang menarik perhatian mata turis yang liburan di Bali. Mulai dari warga negara Amerika Serikat hingga Belanda pun pernah belajar membuat barong di salah satu sentra produksi barong di Sukawati, Gianyar, Bali.

Salah satu pengrajin barong asal Banjar Puaya, Desa Batuan, Sukawati, Made Puji menuturkan kerajinan barong mulai ramai dibuat di desanya sejak 1970-an. Dari barong itu dia juga punya murid mancanegara.

"Ini generasi ketiga dari bapak saya, sekarang ke anak. Kalau produk (barong) sempat dikirim ke Prancis, bahkan ada juga murid dari Texas, Balanda ke sini belajar bikin topeng, barong," ujar Made ditemui di kediamannya, Jumat (11/1/2019).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar