Sabtu, 07 Maret 2020

Lounge Emirates yang Super Nyaman di Auckland, Selandia Baru

Lounge bandara yang nyaman bisa jadi awal perjalanan yang asyik untuk traveler. Lounge maskapai Emirates di Bandara Auckland, Selandia Baru adalah salah satunya.

Bandara Internasional Auckland adalah pintu keluar masuk traveler di Selandia Baru. Inilah bandara terbesar di Negeri Kiwi dengan sekitar 19 juta penumpang tiap tahun.

Dari Auckland, traveler bisa terbang langsung ke Bali di Indonesia dengan maskapai Emirates. Maskapai Timur Tengah ini memiliki lounge yang sangat nyaman untuk penumpang kelas bisnis dan first class.

detikTravel dalam undangan Emirates mencoba langsung pelayanan mumpuni ini, Rabu (23/1/2019). Lounge premium ini ada di lantai 3 bandara menjelang gerbang keberangkatan.

Senyum ramah staf Emirates menyambut kedatangan kita dan mengantar ke lounge yang lega dengan deretan sofa-sofa nyaman. Interiornya bertema kayu dan warna pastel. Ada jejeran bangku yang menghadap ke gates dan landasan.

Fasilitasnya ada kamar mandi, toilet dan ruang untuk mandi. Untuk yang butuh ruang kerja, ada business centre dengan kabin-kabin privat. Bahkan ada juga musala untuk traveler muslim yang ingin salat.

Penumpang juga akan dimanjakan dengan aneka minuman berkelas dari teh Dilmah, kopi, aneka jenis wine, minuman ringan dan jus buah serta camilan. Di lounge ini juga ada buffet untuk makan berat.

Menu-menunya lezat dan menggugah selera seperti salmon kukus, beef fillet, pasta, nasi basmati dan sayur bumbu masala. Semua menu makanan ini dijamin halal, jadi muslim traveler tidak perlu khawatir.

Traveler pun bisa menunggu pesawat dengan nyaman di lounge ini. Saat waktunya tiba nanti, mereka bisa boarding ke pesawat dan terbang ke Bali atau Dubai.

Rencana TN Komodo Mau Ditutup, Ini Kata Peneliti Komodo

Rencana penutupan Taman Nasional (TN) Komodo di NTT masih jadi perbincangan. Bagaimana tanggapan peneliti dari Yayasan Komodo Survival Program?

Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat rencananya akan menutup Taman Nasional Komodo selama 1 tahun. Didasari oleh kondisi habitat komodo di Kabupaten Manggarai Barat, ujung barat Pulau Flores itu sudah semakin berkurang serta kondisi tubuh komodo yang kecil sebagai dampak dari berkurangnya rusa yang menjadi makanan utama komodo. Soal berkurangnya rusa, salah satu sebabnya karena perburuan ilegal.

Deni Purwandana, Koordinator Yayasan Komodo Survival Program yang menjadi mitra dari Balai TN Komodo menjelaskan, penutupan TN Komodo harus dilihat dari berbagai sektor. Tidak bisa hanya dari satu sudut pandang saja.

"Kami memandang bahwa penutupan kawasan harus berdasarkan kajian yang mendalam secara multi sektoral. Artinya, kita tidak bisa hanya dari satu pihak misal contohnya hanya dari sudut pandang peneliti," katanya kepada detikTravel, Rabu (23/1/2019).

TN Komodo sejatinya sudah menjadi destinasi wisata yang mana kehidupan masyarakat di Labuan Bajo dan sekitarnya menggantungkan hidupnya dari pariwisata. Ada yang menjadi guide, menyewakan kapal, pengrajin suvenir dan lain-lain. Hal ini pun juga harus diperhatikan.

"Kalau ditutup, nanti imbas kehidupan ekonomi masyarakatnya bagaimana? Jadi memang harus dilakukan kajian lebih mendalam yang multi sektoral, ilmiah dan stakeholder terkait," terang Deni.

Deni pun menegaskan, harus ada koordinasi antara pemerintah pusat dan pemerintah Provinsi NTT. Serta, penutupan taman nasional tidak bisa dipaksakan secara tiba-tiba.

"Harus ada koordinasi lebih mesra antara pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pemerintah Kabupaten Manggarai Barat dan pemerintah Provinsi NTT," tutupnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar