Maskapai AirAsia melakukan desinfeksi pada seluruh pesawatnya untuk mencegah penyebaran virus Corona.
Prosedur desinfeksi atau pembersihan pesawat ini dilakukan untuk armada Airbus A320 pada Kamis (19/3/2020) di Bandara Internasional Soekarno-Hatta (Soetta), Tangerang. Selain di Soetta, AirAsia juga membersihkan pesawat di hub lainnya yaitu Bali, Surabaya, Medan dan Lombok.
Dilansir dari situs AirAsia, Minggu (22/3/2020) bagian pesawat yang dibersihkan itu termasuk kabin, kursi penumpang, kokpit, lavatory (toilet), galley, kompartemen bagasi kabin, kompartemen kargo, dan pintu-pintu pesawat.
AirAsia 'Mandikan' Pesawatnya untuk Perangi CoronaFoto: AirAsia
Program 'memandikan' pesawat ini sebenarnya telah dilakukan, tak hanya saat ada wabah Corona seperti saat ini. Hal itu disampaikan Direktur Utama AirAsia Indonesia, Veranita Yosephine Sinaga.
"Program desinfeksi setiap pesawat AirAsia ini merupakan upaya ekstra di luar dari langkah-langkah pendukung aspek keselamatan dan kesehatan yang selalu diterapkan sebelumnya. Bersih-bersih pesawat secara menyeluruh memang kami lakukan secara rutin dan telah berlangsung sejak 2010. Inisiatif ini terus digalakkan sebagai langkah pencegahan dan penanganan penyebaran penyakit ke seluruh penumpang dan staf kami," ujar Veranita.
AirAsia 'Mandikan' Pesawatnya untuk Perangi CoronaFoto: AirAsia
Proses desinfeksi sendiri berlangsung selama tiga jam dengan melibatkan tim yang dikoordinasikan oleh Departemen Teknik dan Pemeliharaan. Perlengkapan yang digunakan meliputi produk pembersih dan cairan desinfektan yang telah disetujui regulator, otoritas kesehatan, dan pabrikan pesawat Airbus. Tak hanya itu, semua petugas pemeliharaan pesawat juga telah dibekali pengetahuan mengenai keselamatan dan perlindungan diri sesuai prosedur.
Sementara itu, prosedur desinfeksi ini juga dijalankan oleh lembaga yang telah disertifikasi oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Badan Karantina Pertanian Kementerian Pertanian Republik Indonesia dan Asosiasi Perusahaan Pengendalian Hama Indonesia (ASSPHAMI), serta atas izin lembaga internasional, yakni Australian Quarantine and Inspection Service (AQIS) di bawah Department of Agriculture, Water and the Environment of Australia.
Tak hanya 'memandikan pesawat', untuk mencegah penyebaran Corona, pesawat AirAsia juga telah dilengkapi dengan sistem penyaring sirkulasi udara atau filter HEPA (High Efficiency Particulate Air). Fungsinga adalah menyaring debu dan berbagai bahan pencemar udara, termasuk virus dan bakteri. Filter HEPA ini akan diganti secara berkala untuk memastikan kualitas udara dalam pesawat baik.
Efek Corona, Maskapai Telantarkan Banyak Penumpang di Eropa
Di tengah pandemi corona, tak sedikit maskapai yang tiba-tiba membatalkan penerbangannya secara sepihak. Penumpang pun ditelantarkan dan jadi korban.
Trend itu pun tengah terjadi di Eropa saat ini. Diketahui, sejumlah maskapai seperti Ryanair, Jet2 dan easyJet telah membatalkan penerbangan ke Inggris dan berdampak pada penelantaran penumpang seperti diberitakan media The Independent, Sabtu (21/3/2020).
Parahnya, para maskapai itu tidak memberikan informasi atau opsi lain untuk para penumpang sebelumnya. Pihak Foreign Office yang seharusnya memberi informasi juga tak ada rimbanya.
Dalam banyak email, para penumpang yang terdampar pun hanya diberi opsi refund atau mengambil jadwal penerbangan lain. Masalahnya, tak ada penerbangan lagi untuk sebulan sampai enam minggu ke depan.
Kondisi pun kian diperburuk dengan kebijakan sejumlah negara yang telah melakukan lockdown dan menutup perbatasan. Opsi terburuk, para penumpang yang terlantar terpaksa harus ikut karantina di negara yang mereka terakhir kunjungi.
Salah satunya adalah Heidi Edmundson, salah satu pekerja medis asal Inggris yang tertahan di Maroko. Ia pun berjuang kembali ke Inggris dengan cara terbang dari satu bandara ke bandara lainnya.
"Saya menerima email standard berisi pembatalan penerbangan. Mereka menawarkan kami pilihan refund atau memesan penerbangan lain ketika ada. Masalahnya, tak ada penerbangan lain yang tersedia. Kami belum dapat mengontak Ryanair sejak itu," ujar Heidi.
Tak lepas harapan, Heidi berupaya mengontak Kedutaan Inggris di Maroko. Setelah berupaya menemui pihak kedutaan, mereka pun tak dapat berbuat banyak perihal kebijakan negara setempat.
Opsi lain, Heidi hanya bisa menanti penerbangan penyelamatan oleh pihak maskapai atau pemerintah. Tak hanya Heidi, hal serupa juga dialami oleh penumpang lain yang terdampar di negara berbeda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar