Senin, 16 Maret 2020

Cerita Pendaki Gunung yang Kena Hipotermia

Pendaki gunung harap waspada dengan hipotermia. Ini salah satu cerita pendaki yang terkena hipotermia, semoga bisa jadi pelajaran.

Dari banyaknya pendaki, Ragil Tresna salah satunya yang punya cerita soal hipotermia. Saat itu Ragil naik ke Gunung Merbabu, pertengahan tahun 2013. Ia besama 7 orang kawan berencana untuk muncak.

"Naik jam 8 malam, sampe di puncak jam 1 siang," ujar Ragil kepada detikTravel, Selasa (8/1/2019).

Saat itu hari cerah, namun entah mengapa ada badai begitu sampai di puncak. Semua logistik basah tanpa terkecuali.

Rombongannya tak berencana untuk tinggal lebih lama. Tahu sudah kelelahan dan basah, mereka berencana untuk turun.

Salah satu kawannya bernama Fajar terlihat berbeda. Wajah yang pucat pasi dan mulai menggigil menjadi tanda bahwa Fajar harus segera dibawa turun.

"Rombongan dibagi jadi dua, Saya, Fajar dan Rohimat, turun duluan. Yang lain menyusul,"cerita Ragil.

Saat mulai turun, Fajar terlihat semakin mengkhawatirkan. Menggigil dan mulai meracau, mereka berniat untuk beristirahat di pos 2.

Ragil sadar bahwa temannya terkena gejala hipotermia. Fajar mulai berhalusinasi tentang pohon yang ada di depan mereka.

"Itu ada nenek-nenek," kata Ragil menirukan Fajar yang berhalusinasi.

Untuk mengantisipasi keadaaan Fajar yang makin parah, Ragil memutuskan untuk melanjutkan perjalanan. Fajar dipapah oleh Rohimat.

"Enggak makan dan minum, badan udah basah semua," ujar Ragil.

Karena terus hujan, Ragil dan kawan-kawan sempat nyasar. Fajar pun berjalan duluan agar tidak tertinggal jauh.

Tapi halusinasi Fajar makin menjadi-jadi. Fajar berjalan ke arah jurang dan bersikeras menganggap bahwa itu jalan yang benar.

"Udah mau masuk jurang terus di tarik sama Rohimat," kata Ragil.

Rombongan pun tiba di basecamp dengan selamat pukul 21.00 WIB. Fajar dibawa masuk dan dibungkus dengan selimut kering.

Ini menjadi pelajaran bagi pendaki lain agar tetap berjaga-jaga saat badai atau hujan. Usahakan untuk menjaga tubuh tetap kering dan hangat. Serta persediaan minum yang cukup. 

Renovasi, Wisata Pantai Grand Watu Dodol Ditutup Sementara

Pemerintah Kabupaten Banyuwangi tengah melakukan pembenahan fasilitas sarana dan prasarana Pantai Grand Watu Dodol (GWD). GWD pun tutup sementara waktu.

Asisten Pembangunan dan Kesejahteraan Rakyat Iskandar Azis mengatakan, pembenahan GWD dilakukan untuk memberikan kenyamanan kepada pengunjung. Karena beberapa bagian bangunan di lokasi wisata tersebut memerlukan perbaikan.

"Kami ingin pengunjung bisa mendapatkan kenyamanan berwisata di GWD dan image GWD sebagai destinasi wisata internasional bisa terjaga. Untuk itu sementara waktu GWD ditutup sampai pembenahan selesai," kata Iskandar kepada detikTravel, Selasa (8/1/2019).

Penutupan lokasi wisata yang berada di sisi utara Banyuwangi ini dilakukan mulai kemarin Senin (7/1) sampai dengan waktu yang belum ditentukan. Pembukaannya, imbuh Iskandar, menunggu hingga pembenahan selesai.

"Kami belum bisa pastikan sampai kapan ditutup, bisa satu bulan lebih. Semua tergantung lamanya waktu yang diperlukan untuk pembenahan," kata Iskandar.

Pembenahan pantai yang menghadap Selat Bali ini, kata Iskandar dilakukan terhadap beberapa bagian bangunan yang ada di area tersebut. Seperti mushola, toilet, selasar, dan beberapa bagian bangunan warung yang dipakai untuk berjualan pedagang.

"Pembenahan dilakukan karena ada beberapa bagian bangunan yang rusak. Di antaranya karena hujan deras yang mulai sering mengguyur Banyuwangi, hingga terjadi kebocoran di beberapa bagian. Pembenahan juga dilakukan pada area taman karena terdapat beberapa pohon yang mengering terkena hawa panas pada musim kemarau yang telah lewat," kata Iskandar.

Sembari melakukan pembenahan infrastruktur bangunan, pemkab juga melakukan penataan pedagang dan manajemen pengelolaan GWD oleh kelompok sadar wisata (pokdarwis) setempat. Pemkab akan memberikan pelatihan sulang kepada para pedagang dan kelompok sadar wisata (pokdarwis) setempat untuk meningkatkan kualitas pengelola dan pedagang dalam melayani wisatawan.

"Kami akan melatih pedagang dan pengelola GWD baik pedagang maupun anggota pokdarwis tentang manajemen pengelolaan tempat wisata. Mulai bagaimana menjaga kebersihan lingkungan, menyajikan menu makanan untuk wisatawan hingga pengelolaan parkir sampai manner dalam menyambut wisatawan," pungkasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar