Minggu, 22 Maret 2020

Wisata Lesu, Pajak Hotel dan Restoran di Jabar Dikurangi

Gubernur Jabar Ridwan Kamil mengusulkan bantuan bagi para pelaku usaha di sektor pariwisata yang terimbas pandemi Corona. Bantuan itu berupa kebijakan fiskal.
Pasalnya, geliat wisata lesu mengingat potensi penyebaran COVID-19 di tempat kerumunan. "Kita sudah lakukan rakor dengan BI (Bank Indonesia). Kebijakan fiskal akan dilakukan dengan kepala daerah mengurangi pajak hotel dan restoran," ujar Ridwan Kamil di Lobby Lokantara Gedung Sate, Kota Bandung pada Jumat (20/3/2020).

Ia memahami jika pelaku wisata tengah kesulitan, mengingat berkurangnya atau berhentinya kunjungan akibat pandemi. Sementara beban usaha, seperti membayar karyawan tetap harus dilakukan.

"Kebijakan fiskal pengurangan pajaknya berjenjang ada macam-macam termasuk pajak yang dikelola pemerintah pusat, PPh, PPN itu nanti akan kita usulkan," katanya.

Sementara itu Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Jawa Barat, Dedi Taufik mengatakan penutupan ditutupnya sejumlah objek wisata merupakan kesepakatan antara pemerintah dan pelaku usaha.

"Sudah ada destinasi yang ditutup di berbagai daerah. Di antaranya di Pangandaran, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Subang, Garut dan Cirebon," kata Dedi saat dihubungi, Jumat (20/3/2020).

Menurutnya, saat ini semua pihak tengah memprioritaskan keselamatan bersama. Ia optimistis bahwa industri pariwisata di Jawa Barat akan pulih kembali setelah wabah selesai.

"Ini adalah tanggung jawab kita semua. Tapi, kami yakin bahwa pariwisata Jawa Barat akan menuju pemulihan. Masyarakat diimbau untuk tinggal di rumah menjaga kesehatan dan menunggu keputusan pemerintah, agar nanti bisa berwisata di kembali setelah wabah selesai," katanya.

Tahun Baru Persia di Iran Diubah karena Corona

Tahun Baru Persia (Nowruz) diubah penyelenggaraannya di Iran. Hal itu dikarenakan virus Corona yang menggila di sana. Dilansir CNN, Nowruz adalah waktu di mana para anggota keluarga berkumpul bersama, bahkan yang tak saling mengenal bisa mengetuk pintu rumah orang lain hanya untuk meminta permen. Selama dua minggu, warga Iran merayakan perayaan ini.
Mereka akan membaca puisi bersama orang-orang tersayang dan berkumpul lalu menari bersama. Ada pula yang melompati api unggun untuk mengusir penyakit.

Rumah-rumah dibersihkan, meja disusun ulang secara simbolis. Inilah perayaan di yang menandai musim semi, merayakan kelahiran kembali bagi warga Iran.

Tahun ini, COVID-19 atau virus Corona telah mengubah tradisi ini. Iran lockdown karena jumlah kematian akibat wabah itu telah mencapai 1.200 orang.

CNN mewawancarai seorang mahasiswa di Teheran dengan nama samaran Kaveh. Ia menceritakan tradisi Nowruz yang tetap dilakukan meski berpisah sementara dengan keluarganya.

Suasana di Iran suram akibat Corona. Nowruz yang seharusnya jadi momen bahagia berkumpul bersama harus ditiadakan.

Api unggun diganti nyala lilin. Warga menyalakannya di halaman belakang atau dalam rumah dan melompatinya, pestanya bukan pesta yang besar, itu terbatas bagi yang tinggal di rumah dan tak ada yang diundang.

Saat perayaan Nowruz, orang-orang pergi ke rumah setiap anggota keluarga dan makan siang atau malam bersama. Saat ini banyak orang hanya memasang spanduk untuk mengucapkan selamat tahun baru kepada tetangganya dan pesan tetap tinggal di rumah.

Ada hal lain yang bikin hati orang Iran merasa suram di Nowruz tahun ini. Tahun lalu, keadaan sulit saat mereka dikenai sanksi ekonomi oleh Amerika Serikat karena melanggar perjanjian nuklir.

Pemerintah telah menutup beberapa lembaga untuk mencegah penularan virus Corona. Namun, warga Iran lainnya masih harus bekerja karena berpenghasilan harian atau mingguan.

Karena Corona, Nowruz diadakan secara virtual dengan mengirim puisi melalui pesan suara. Teknologi dengan media sosialnya jadi penyambung sementara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar