Menteri BUMN Erick Thohir menyatakan terus menjalankan program restrukturisasi, yakni dengan memangkas jumlah BUMN. Dia menyatakan, jumlah BUMN saat ini ada 107 BUMN, berkurang 35 dari sebelumnya 142 BUMN.
"Alhamdulilah dari 142 BUMN sekarang ini kita bisa mengkategorikan yang namanya BUMN tinggal 107, jumlahnya sudah turun signfikan," katanya dalam rapat dengan Komisi VI DPR, Jakarta, Selasa kemarin (9/6/2020).
Bahkan, Erick ingin jumlah BUMN menjadi 70 hingga 80 BUMN. Kemudian, dia menuturkan, klaster BUMN ini juga dipangkas dari 27 menjadi 12 klaster.
"Klasterisasi yang alhamdulillah kita sudah turunkan yang jumlahnya tadinya 27 sekarang jumlahnya 12, masing-masing wamen memegang 6 klaster," ujarnya.
Dalam kluster ini, BUMN dikelompokkan berdasarkan rantai pasoknya.
"Kluster ini berdasarkan dinamakan value chain, supply chain atau bagaimana sinergikan core bisnis yang ada," imbuhnya.
Pemangkasan BUMN bukan wacana baru lantaran Erick Thohir pernah menyampaikan akan mengurangi jumlah perusahaan pelat merah beserta dengan anak dan cucu usaha. Dalam catatan detikcom, dari 142 BUMN dan 800 anak cucu usaha dipastikan akan dikonsolidasikan 70%.
"70% dari BUMN saya konsolidasikan. Jadi kalau lihat total perusahaan BUMN 142 dengan anak cucu 800. Kebayang nggak 70% konsolidasi? Ada 2 tahap, tahap saya dan menteri berikutnya karena proses," kata Erick melalui teleconference, Jumat (3/4/2020) lalu.
Lalu, dari 27 klaster BUMN akan dipangkas menjadi 14 klaster perusahaan sehingga memudahkan menteri dan wakil-wakilnya untuk melakukan pengawasan.
"Dari 27 klaster kita akan coba sesuai dengan supply chain juga business chain ini kita akan coba efisiensi jadi 14 klaster. Jadi wamen cuma pegang 7-8 klaster, kita hampir cut 50%," terangnya.
Adapun langkah konsolidasi anak usaha ini sudah dimulai dari melakukan rasionalisasi kepada tiga BUMN, yakni PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk, PT Pertamina (Persero) dan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk.
"Rasionalisasi dan konsolidasi ini diharapkan dapat menghasilkan peningkatan efektivitas operasional dan tata kelola bisnis yang optimal guna memberikan nilai tambah bagi negara," sebutnya.
Kenapa Trump Mau Tendang Perusahaan China dari Bursa AS?
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump baru-baru ini memerintahkan Senatnya untuk menyusun Rancangan Undang-undang (RUU) yang bisa menghapus keberadaan perusahaan China di bursa AS.
Bila saham-saham raksasa China ngotot ingin tetap melantai di bursa AS maka mereka harus mau diaudit oleh regulator AS selama tiga tahun berturut-turut. Jika tidak, perusahaan itu dilarang diperdagangkan di pasar modal AS. Menurut Profesor Hukum dari Harvard Law School, Jesse Fried, China sudah pasti bakal lebih memilih mudik ke negara asalnya ketimbang diaudit oleh regulator AS.
"Sangat tidak mungkin China mau mengizinkan inspeksi AS mengaudit perusahaan mereka. Ini akan membuat harga saham mereka jatuh," kata Fried dikutip dari CNBC, Rabu (10/6/2020).
Selain itu, bila disahkan, RUU ini bakal menjadi bumerang tersendiri bagi para investor AS sekaligus melukai keuangan Wall Street.
"Ini bisa menjadi bumerang bagi investor AS, karena harga saham perusahaan China itu bisa turun ke titik sangat rendah," sambungnya.
Fried pesimis RUU ini dapat melindungi kepentingan pemegang saham AS. "Tidak banyak yang dapat dilakukan untuk melindungi mereka pada titik ini," katanya.
Fried meramal Wall Street bakal menentang RUU tersebut. Pada akhirnya, ia yakin RUU ini tidak bakal bisa disahkan.
"Wall Street akan melobi untuk membatalkan RUU tersebut, karena bagaimanapun Wall Street diuntungkan dari perusahaan China yang terdaftar di sini. Mereka mungkin akan memberikan tekanan pada orang-orang di Senat untuk membatalkan UU itu," tandasnya.
https://indomovie28.net/vacation-sex-2/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar