Jumat, 19 Maret 2021

Misteri Hilangnya Jack Ma Akhirnya Terkuak dari Catatan Penerbangan

 Alibaba, raksasa e-commerce yang dibesarkan Jack Ma, tidak hanya berbisnis toko online namun juga merambah bidang lain termasuk media massa. Hal itu dilaporkan membuat pemerintah China tidak berkenan.

Menurut laporan Wall Street Journal yang mengutip sumber terkait, pemerintah China telah meminta Alibaba Group untuk melepas aset media yang mereka miliki.


Diskusi mengenai persoalan ini antara pemerintah China dengan Alibaba sudah berlangsung sejak awal tahun ini. Pasalnya pemerintah China kaget karena Alibaba rupanya berekspansi luas di bidang media.


Alibaba memiliki beberapa media, yang terkenal misalnya South China Morning Post yang berbasis di Hong Kong. Mereka juga punya saham di media sosial populer di China yaitu Weibo.


Kenapa pemerintah China tidak suka? Dikutip detikINET dari Reuters, Kamis (16/3/2021), dengan kepemilikan beberapa media, maka Alibaba dikhawatirkan bisa terlalu berpengaruh dan mengusik pemerintah China yang punya agenda sendiri. Alibaba belum berkomentar tentang isu ini.


Sebelumnya, Alibaba juga juga telah diinvestigasi secara resmi oleh pemerintah China terkait dugaan melakukan praktik monopoli. Bahkan dalam kabar terbaru, regulator anti monopoli China sudah mempertimbangkan untuk menjatuhkan denda lumayan besar pada mereka.


Sumber Wall Street Journal menyebutkan bahwa raksasa e-commerce itu kemungkinan akan didenda lebih dari USD 975 juta atau di kisaran Rp 14 triliun. Perusahaan chip Qualcomm sebelumnya pernah didenda sejumlah itu pada tahun 2015 terkait praktik anti kompetisi.


Alibaba diinvestigasi sejak Desember 2020 silam oleh regulator China. Salah satu tuduhannya, Alibaba disinyalir melarang merchant atau pedagang di situsnya mendaftar di platform toko online yang lain.

https://nonton08.com/movies/hit-run-2/


MWC 2021, Vivo Uji Coba Streaming Video 8K UHD dengan 5G mmWave


 Vivo merajai pasar smartphone Asia di kuartal pamungkas tahun 2020. Berdasarkan data Counterpoint, Vivo menguasai 15 persen pangsa pasar ponsel pintar Asia berdasarkan volume pengiriman (shipment) di Q4-2020.

Sepanjang kuartal IV tahun 2020, penjualan Vivo menunjukkan superioritasnya di beberapa negara Asia-khususnya Asia Tenggara. Mengacu data Canalys, brand smartphone yang bermarkas di Kota Dongguan, China ini memimpin pangsa pasar di Indonesia, Malaysia, dan Thailand.


Performa penjualan Vivo di level global juga bergerak positif. Vivo masuk daftar 5 besar brand smartphone terbaik di seluruh dunia, dengan raihan 8,6 persen pangsa pasar.


CounterpointFoto: Dok. Counterpoint

Di Indonesia, Vivo mengamankan 25 persen pangsa pasar smartphone pada Q4-2020. Jika dibandingkan secara Q to Q, pangsa pasar Vivo beranjak naik dari 24 persen di Q3-2020. Selain itu, pada Q4-2020, hanya Vivo yang pertumbuhan penjualannya (YoY) tidak bergerak minus, dibandingkan dengan brand lain di jajaran lima besar brand smartphone terlaris Indonesia.


"Sejak langkah pertama ekspansi Vivo ke pasar Internasional pada tahun 2014, Vivo terus mengembangkan jangkauan di pasar Asia, termasuk India dan Indonesia. Kekuatan Vivo di pasar Asia berkontribusi dalam mempercepat akselerasi Vivo menjadi salah satu brand teknologi terkemuka secara global," ulas Senior Brand Director Vivo Indonesia Edy Kusuma dalam keterangan tertulis, Selasa (16/3/2021).


Triplet Vivo V20, V20 SE yang diluncurkan di bulan September, disusul kehadiran Vivo V21 2021 memperkuat performa penjualan Vivo pada segmen mid-range. Sementara itu, produk dari lini Y-Series, antara lain Y20 dan Y51 yang merupakan produk jagoan di segmen entry level masih menjadi tulang punggung penjualan Vivo di Tanah Air.

https://nonton08.com/movies/hit-run/


Tidak ada komentar:

Posting Komentar