Ketua Satgas Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prof Zubairi Djoerban menyebut soal kemungkinan orang yang terinfeksi varian baru virus Corona meninggal dunia lebih tinggi.
Hal ini disampaikan melalui unggahan di akun media sosialnya pada Jumat (19/3/2021). Berdasarkan studi terbaru terkait virus Corona varian B117 yang awalnya dinamakan VOC N501Y.V1.
"Studi terbaru menyatakan orang yang terinfeksi varian ini didapati 64 persen lebih mungkin meninggal ketimbang orang yang terinfeksi dengan varian yang beredar sebelumnya," tulis Prof Zubairi.
Ia melanjutkan, kemunculan varian B117 tersebut berbarengan dengan tingginya okupansi di rumah sakit-rumah sakit. Sejalan dengan tingginya okupansi di rumah sakit, angka kematian pun juga mengalami peningkatan.
"Kemunculan varian ini berbarengan dengan tingginya okupansi di rumah sakit-rumah sakit dan diketahui meningkatkan angka kematian," lanjutnya.
Meski begitu, Prof Zubairi juga menyampaikan bahwa vaksin COVID-19 Pfizer terbukti efektif melawan varian baru virus Corona COVID-19.
Pada studi sebelumnya, disampaikan bahwa virus Corona varian B117 memang lebih mudah menular. Tetapi, varian virus Corona yang telah tersebar ke hampir 100 negara tersebut tidak lebih mematikan.
"Dus. Studi sebelumnya menyatakan B.1.1.7 ini lebih mudah menular tapi tidak mematikan dan telah tersebar ke hampir 100 negara," katanya.
Prof Zubairi berharap studi yang dirilis British Medical Journal (Jurnal Kedokteran Britania) tersebut dapat menjadi perhatian seluruh masyarakat.
https://kamumovie28.com/movies/carrion-2/
Gimana Sih Biar Nggak Ngorok Pas Tidur? Ini 5 Tipsnya
- Mendengkur atau mengorok saat tidur merupakan salah satu kebiasaan yang sering kali dianggap wajar dan biasa. Di Indonesia, tidur ngorok sering kali dianggap sebagai tanda bahwa seseorang sedang kelelahan.
Padahal, suara yang keluar saat mendengkur dapat mengganggu tidur orang lain dan merupakan salah satu tanda seseorang mengalami masalah kesehatan serius. Menurut dokter kesehatan tidur, dr Andreas Prasadja, RPSGT, sebanyak 95 persen kasus mengorok merupakan tanda dari sleep apnea atau henti napas saat tidur.
"Riset di AS, ngorok itu penyebab perceraian nomor 3 setelah masalah ekonomi dan perselingkuhan. Kita lihat bukan masalah suara yang ganggu, tapi kemudian sleep apnea yang menurunkan libido, disfungsi ereksi. Kalau orang bule, kebanyakan masalah ngorok karena kegemukan, nah kalau di Asia beda," ujar dr Andreas, dikutip dari CNNIndonesia.com, Minggu (21/3/2021).
Lebih lanjut, dr Andreas membagikan 5 cara agar tidak mendengkur atau mengorok saat tidur, yaitu:
1. Jaga berat badan
Disebutkan oleh dr Andreas, orang Asia memiliki prevalensi ngorok lebih tinggi dibandingkan dengan orang ras kaukasia, yakni sebanyak 50 persen. Pasalnya, orang Asia yang memiliki rahang lebih sempit dan terdapat faktor keturunan.
Sementara itu, orang kaukasia memiliki prevalensi mengorok sekitar 14-15 persen. Meski orang kaukasia kerap mengalami kegemukan, dr Andreas tetap menyarankan untuk terus menjaga berat badan.
"Kegemukan itu faktor risiko ngorok, saluran napas jadi tambah sempit. Pada orang Asia , berat badan turun tapi masih ngorok. Namun sebagai pencegahan tetap harus jaga berat badan," tuturnya.
2. Hindari merokok
Gaya hidup juga dapat menjadi penyebab seseorang sering mengorok. Menurut dr Andreas, rokok dapat menyebabkan saluran napas menjadi meradang, bengkak, dan menyempit. Oleh sebab itu, ia menyarankan untuk menghindari kebiasaan merokok.
"Rokok, dari asap yang dihirup kan panas, sehingga membuat saluran napas meradang, bengkak, lalu sempit," jelasnya.
3. Hindari konsumsi alkohol
Untuk mendapatkan tidur yang nyenyak dan berkualitas serta terhindar dari ngorok, kamu harus menghindari konsumsi alkohol menjelang jam tidur. Bahkan, pada orang yang tidak terbiasa mengorok, minum alkohol dapat membuat mereka mengorok saat tidur.
"Ini juga faktor risiko. Alkohol membuat saluran napas jadi lembek. Kita tahu nih orang enggak mendengkur, jadi mendengkur begitu konsumsi alkohol," ujar dr Andreas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar