Sabtu, 01 Mei 2021

Sudah Didenda Rp 40 Triliun, Toko Online Jack Ma Belum Tenang

 Alibaba, raksasa toko online yang didirikan Jack Ma, baru-baru ini kena denda USD 2,75 miliar atau lebih dari Rp 40 triliun oleh otoritas China, merupakan denda anti monopoli terbesar yang pernah dijatuhkan di China. Tapi investigasi pada mereka belum selesai.

Regulator State Administration for Market Regulation (SAMR) menyebut Alibaba bersalah karena sejak tahun 2015 telah mencegah para merchant di tokonya untuk menggunakan platform online yang lain. Hal inilah yang dinyatakan sebagai pelanggaran karena menghalangi kompetisi.


Dalam kabar terbaru, China melancarkan investigasi terhadap perusahaan patungan atau joint venture antara raksasa e-commerce yang didirikan Jack Ma ini dengan Minmetals Development.


Pada Mei 2012, Minmetals Development meluncurkan bisnis e-commerce. Nah pada November 2015, Alibaba diketahui berinvestasi di perusahaan dan menjadi pemegang saham terbesar kedua karena memegang 44% saham perusahaan.


Perusahaan patungan ini diperiksa atas tuduhan "konsentrasi usaha bisnis" yang merupakan jenis perilaku monopoli di bawah hukum China. Mengenai tudingan itu, pihak Minmetals telah mengeluarkan bantahan sedangkan Alibaba masih bungkam.


"Kerja sama ini tidak melanggar hukum anti monopoli dan tidak ada kerusakan terhadap kepentingan pelanggan, konsumen, dan investasi," kata mereka seperti dikutip detikINET dari Reuters, Rabu (21/4/2021).


Pastinya, penyelidikan baru ini membuat Alibaba belum bisa tenang. Sebelumnya diberitakan pula bahwa Alibaba juga diminta oleh pemerintah China untuk melepas aset media yang mereka miliki. Sebut saja koran berbahasa Inggris terbesar di Hong Kong, South China Morning Post.


Investigasi terus dilakukan di tengah menghilangnya Jack Ma dari pandangan publik usai mengkritik sistem keuangan pemerintah China di Oktober 2020. Sejak saat itu, perusahaannya termasuk Ant Financial dan Alibaba seakan diobok-obok oleh pemerintah China.

https://trimay98.com/movies/denial-4/


Punya Toko Online Sendiri, Poco Akan Pisah dari Xiaomi?


 Xiaomi baru saja mengenalkan Poco X3 Pro dan Poco F3 di Indonesia. Menariknya, ponsel ini tidak lagi dijual di situs resmi Mi Indonesia, melainkan di situs resmi Poco Indonesia yang baru yaitu Po.co.id.

Apakah ini artinya di Indonesia Poco akan memisahkan diri dari Xiaomi? Menurut Country Director Xiaomi Indonesia Alvin Tse mengatakan hal perpisahan ini diperlukan agar kedua brand bisa fokus memenuhi permintaan pengguna yang berbeda.


"Xiaomi akan fokus menjadi brand ponsel trendsetter dan AIoT lifestyle. Ketika bisa mengelola pasar yang cukup besar, apa yang difokuskan? Akan fokus pada portofolio yang lebih seimbang," kata Alvin dalam konferensi pers virtual, Selasa (20/4/2021).


Sedangkan Poco, menurut Alvin, lebih fokus untuk memberikan performa kelas atas dengan harga yang ekstrem. Ia mengaku Poco tidak perlu memuaskan semua konsumen, hanya sekelompok penggemar tertentu yang mencari ponsel dengan performa flagship.


Pria lulusan Stanford University ini mencontohkan lini Redmi Note buatan Xiaomi. Meski menyasar kelas menengah, lini ini sudah dilengkapi dengan kamera hingga 108 MP dengan chipset yang cukup mumpuni.


Jika konsumen memilih ponsel Poco, Alvin mengatakan mereka mungkin tidak akan mendapatkan spesifikasi kamera yang wahid. Tapi karena performa adalah bagian dari DNA Poco, mereka justru akan memberikan chipset Snapdragon seri 800 seperti Poco X3 Pro dan Poco F3.


"Jadi pengguna yang ingin mencari performa ekstrem untuk gaming, Poco akan menjadi pilihan yang lebih gila. Jadi itu mengapa Xiaomi dan Poco perlu berpisah," pungkasnya.

https://trimay98.com/movies/johnny-english-strikes-again/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar