Jalur pendakian di Pegunungan Tai cukup panjang. Selain suguhan alam, ada pula kelentang khusus untuk mendoakan perempuan, Bixia Temple.
Dalam perjalan menuju puncak Pegunungan Tai, detikTravel bersama Dwidaya Tour menemukan banyak hal. Selain pemandangan yang bikin deg-degan, ada pula kelenteng bernama Bixia.
Bixia Temple didominasi oleh warna merah yang memang jadi ciri khas kultur China. Kelenteng ini menjadi tempat khusus untuk mendoakan perempuan dan anak-anak.
"Kebanyakan masyarakat China tak memiliki agama. Mereka berdoa di setiap kelenteng. Ini kelenteng khusus mendoakan keselamatan perempuan dan anak-anak," ujar Dennis, pemandu dari China International Travel Service.
Di kuil ini, masyarakat akan meletakkan persembahan dan berdoa. Ada yang memberikan uang sampai bunga.
"Bixia Temple jadi tempat Grandmother God, pelindung perempuan dan anak-anak," jelas Dennis.
Tiap pria yang datang ke sini berdoa agar ibu, istri dan anak-anak mereka terus dilindungi dari marabahaya. Perempuan pun datang untuk mendoakan hal yang sama.
Wisatawan bebas untuk berfoto di kelenteng ini. Namun tak boleh memotret sang dewa.
"Jangan sampai memotret sang dewa, itu tidak sopan," ungkap Dennis.
Di Bixia Temple ini juga ada penjual gembok, lonceng, atau kertas doa. Sama seperti tempat wisata lainnya, Bixia Temple pun sangat bersih dan sangat terawat.
Kuliner Ekstrem di Thailand, Makan Buaya Sampai Belalang
Thailand punya berbagai daya tarik wisata yang beraneka ragam. Salah satunya, kuliner ekstrem menantang, berani coba?
Tidak diragukan lagi, Thailand meruoakan negara dengan street food atau jajanan pinggir jalan yang beragam. Bahkan, kuliner tidak biasa alias ekstrem pun menjadi salah satu ciri khasnya.
Contohnya adalah daging buaya dan aneka serangga. Sejumlah tempat menjual jenis makanan ini. Salah satunya di kawasan Asiatique, Bangkok.
Para peserta d'Traveler of The Year 2018 bersama tiket.com pun mencicipinya. Salah satu peserta, Azizah misalnya. Ia membeli beberapa serangga yang digoreng, yakni belalang dan ulat.
"Rasanya asin, kayanya kalau pakai nasi enak deh. Meskipun agak berbau, agak nyengat tapi masih bisa dimakan dan dinikmati sih," katanya.
Peserta lainnya, Fadhil pun juga tidak mau kalah. Menurutnya, meskipun terlihat aneh ia tetap ingin mencoba.
"Saya juga nggak mau kalah. Nih coba, teksturnya aneh tapi asin ya. Enak sih," ujarnya.
Untuk membeli 1 porsi serangga goreng, traveler harus menyiapkan dana THB 200 (Rp 85 ribuan). Beberapa serangga bisa dicampur seperti ulat, kalajengking atau belalang.
Ada 1 lagi yang unik. Di tempat yang sama, ada kedai yang menjual aneka seafood ekstrem. Salah satunya adalah Kepala Buaya.
Kepala Buaya digoreng hingga kering. Kemudian dibumbui dan ditampilkan dengan mulut terbuka. Benar-benar terlihat seperti predator ganas.
Tidak jauh dari sana, ada sebuah kafe yang menajajakan daging buaya. Tubuh buaya utuh ditampilkan di depan toko.
Harga satu porsi daging buaya dengan minuman dihargai THB 300, atau setara dengan Rp 150 ribuan. Traveler berani coba?
Para pemenang d'Traveler of the Year 2018 pun masih akan melanjutkan kisahnya di Thailand. Tetap ikuti terus keseruannya di detikTravel dan Instagram @detikTravel!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar