Kamis, 26 November 2020

CDC: 50 Persen Kasus Virus Corona Disebarkan oleh OTG

 Sebagian besar infeksi virus Corona disebarkan oleh orang tanpa gejala (OTG). Hal ini disampaikan oleh Center for Disease and Prevention Control (CDC) Amerika Serikat dalam pedoman yang baru diperbaharui.

"Itulah alasan utama penggunaan masker sangat penting, karena kebanyakan infeksi SARS-CoV-2 disebarkan melalui orang-orang tanpa gejala," tulis CDC dikutip dari situs resminya, Selasa (24/11/2020).


CDC dan lembaga kesehatan lainnya memperkirakan lebih dari 50 persen infeksi virus Corona ditularkan oleh orang-orang yang tidak bergejala. Ini berarti setidaknya setengah dari infeksi baru datang dari orang yang tidak menyadari bahwa mereka menularkan ke orang lain.


Menurut CDC, 24 persen orang yang menularkan virus Corona ke orang lain tidak pernah mengalami gejala dan 35 persen lainnya tahap pra-gejala. Sementara 41 persen lainnya menularkan virus saat mengalami gejala.


Mengutp laman CNN, CDC juga mencatat puncak penularan virus Corona terjadi lima hari setelah terinfeksi. Dengan asumsi ini, CDC menyimpulkan 59 persen infeksi akan ditularkan ketika tidak ada gejala yang muncul. Namun kemungkinan penularan dapat berubah menjadi 51-70 persen jika puncak infeksi berkisar 4-6 hari.


Hal itu disimpulkan dalam sebuah studi yang diterbitkan jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences dan data CDC yang belum diterbitkan. Sebelumnya, organisasi kesehatan belum menggambarkan berapa persen infeksi yang ditularkan oleh orang tanpa gejala.


"Di antara orang-orang yang mengembangkan penyakit symptomatic (bergejala), risiko penularan mencapai puncaknya pada hari-hari sebelum timbulnya gejala (infeksi presymptomatic) dan beberapa hari setelahnya," ujar CDC.


CDC juga mengatakan bahwa penyebaran virus Corona utamanya menyebar melalui paparan tetesan pernapasan yang dihembuskan oleh orang yang terinfeksi ketika mereka bernapas, berbicara, batuk, bersin, atau bernyanyi.


Partikel-partikel tersebut dapat terbang langsung ke orang lain, jatuh ke permukaan, atau berlama-lama di udara terutama di ruangan tertutup. CDC kembali mengingatkan untuk menggunakan masker yang dapat membantu mencegah orang menghirup tetesan besar dan kecil yang membawa virus.

https://nonton08.com/movies/pariban-idola-dari-tanah-jawa/


Peneliti Oxford Ungkap Pasien COVID-19 Kebal Sampai 6 Bulan Pasca Infeksi


Menurut sebuah penelitian di Inggris tentang petugas kesehatan di garis depan perang melawan pandemi virus Corona, orang yang pernah terpapar Corona sangat tidak mungkin untuk tertular kembali setidaknya selama enam bulan setelah terinfeksi pertama mereka.

Dikutip dari laman CNA, para peneliti Oxford menyebut bahwa penemuan ini bisa memberikan kepastian bagi masyarakat di seluruh dunia yang telah terinfeksi virus Corona COVID-19.


"Ini benar-benar berita bagus, karena kami yakin bahwa setidaknya dalam jangka pendek, kebanyakan orang yang tertular COVID-19 tidak akan tertular lagi," kata David Eyre, profesor di Departemen Kesehatan Populasi Nuffield Oxford, yang ikut memimpin penelitian.


Kasus-kasus infeksi ulang COVID-19 yang terisolasi, telah menimbulkan kekhawatiran bahwa kekebalan yang dimiliki seseorang mungkin berumur pendek dan pasien yang pulih dapat segera jatuh sakit lagi.


Tetapi hasil penelitian ini, yang dilakukan pada petugas kesehatan Inggris termasuk di antara mereka yang berisiko tertinggi tertular COVID-19, menunjukkan kasus infeksi ulang kemungkinan akan tetap sangat jarang.


"Terinfeksi COVID-19 memang menawarkan perlindungan terhadap infeksi ulang bagi kebanyakan orang setidaknya selama enam bulan, Kami tidak menemukan infeksi gejala baru pada salah satu peserta yang dites positif antibodi," tambah Eyre.


Studi ini dilakukan mencakup periode selama 30 minggu antara bulan April dan November 2020. Hasilnya belum ditinjau oleh ilmuwan lain, tetapi dipublikasikan sebelum ditinjau di situs web MedRxiv.


Selama penelitian, 89 dari 11.052 staf tanpa antibodi mengembangkan infeksi baru dengan gejala, sementara tidak satu pun dari 1.246 staf dengan antibodi mengembangkan infeksi bergejala.


Peneliti menyebut, staf dengan antibodi juga lebih kecil kemungkinannya untuk dites positif COVID-19 tanpa gejala, dengan 76 staf tanpa antibodi dites positif, dibandingkan dengan hanya tiga dengan antibodi. Ketiganya tampak baik-baik saja dan tidak mengembangkan gejala COVID-19.


"Kami akan terus mengikuti ini dengan hati-hati untuk melihat berapa lama perlindungan bertahan dan apakah infeksi sebelumnya mempengaruhi tingkat keparahan infeksi jika orang terinfeksi lagi," pungkas Eyre.

https://nonton08.com/movies/suddenly-become-rich/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar