Kabar duka datang dari Dirut Rumah Sakit Islam (RSI) Surabaya Ahmad Yani, dr Samsul Arifin, MARS dinyatakan meninggal karena COVID-19. Pria yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua perhimpunan rumah sakit seluruh Indonesia (PERSI) Jatim itu dilaporkan meninggal hari ini pukul 06.45 WIB.
"Iya, benar," ujar Marketing dan Humas RSI A Yani M Budhi saat dikonfirmasi, Sabtu (14/11/2020).
Budhi menuturkan almarhum diketahui terpapar COVID-19 sejak 25 Oktober lalu. Dan sempat dirawat selama 20 hari di ruang isolasi RSU Soetomo.
Saat terinfeksi COVID-19, ada beberapa faktor yang bisa memperparah gejala bahkan memicu kondisi fatal. Seperti usia lanjut, respons kekebalan tubuh dan penyakit penyerta.
Selain itu, adapula kondisi fatal yang disebabkan karena happy hypoxia saat terpapar COVID-19. Kondisi ini terjadi saat pasien COVID-19 memiliki saturasi oksigen yang rendah tapi tak bergejala sesak napas.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (AS) menyebut ada beberapa tanda atau gejala COVID-19 yang perlu diwaspadai karena memicu kondisi fatal hingga kematian.
Berikut tandanya
Kesulitan bernapas
Nyeri atau tekanan yang terus-menerus di dada
Kebingungan
Ketidakmampuan untuk bangun atau tetap terjaga
Bibir, wajah atau kuku kebiruan (kondisi ini bisa menunjukkan happy hypoxia).
Meski begitu, hingga saat ini, banyak pasien COVID-19 yang meninggal karena memiliki penyakit penyerta. Penyakit penyerta yang diidap pasien COVID-19 membuat seseorang memiliki sistem imun lebih lemah sehingga tak mampu melawan COVID-19.
"Jika sistem kekebalan tubuh tidak kuat, kemungkinan besar virus itu dapat berkembang biak di dalam paru-paru dan menyebabkan peradangan dan kerusakan jaringan parut. Sistem kekebalan akan melawannya dan menghancurkan jaringan paru yang sehat dalam prosesnya," kata Dr Sarah Jarvis GP, Direktur Klinis Patient Access, dikutip dari The Sun.
https://kamumovie28.com/movies/affair/
Satu Lagi Kandidat Vaksin COVID-19 yang Berhasil Tunjukkan Antibodi
Menteri Kesehatan Australia, Greg Hunt, mengatakan vaksin COVID-19 potensial yang dikembangkan oleh Universitas Queensland, Australia dan CSL telah menunjukkan respons antibodi pada pengujian awal. Dan saat ini vaksin tersebut akan memulai tahap pengujian terakhir.
"Vaksin terbukti aman melalui uji klinis fase 1 dan terbukti menghasilkan respons antibodi yang positif," kata Hunt yang dikutip dari Channel News Asia, Sabtu (14/11/2020).
"Itu (vaksin) melakukan tugasnya. Itu terutama terjadi pada orang tua, dan itu merupakan hasil yang sangat penting, mengingat kerentanan global terhadap orang tua di seluruh dunia dari COVID-19," lanjutnya.
Jika vaksin tersebut lulus uji coba tahap terakhir, Hunt mengatakan bisa siap untuk didistribusikan pada tahun 2021 mendatang. Pemerintah Australia sudah setuju untuk membeli kandidat vaksin yang dikembangkan Universitas Queensland itu sebanyak 51 juta dosis.
Selain itu, Australia juga akan membeli vaksin AstraZeneca yang dikembangkan oleh Universitas Oxford, jika sudah lolos dari uji tahap akhir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar