Dokter pribadi Diego Maradona digerebek polisi Argentina pada Minggu (29/11/2020) terkait kemungkinan kasus pembunuhan yang tidak disengaja dalam kematian legenda sepak bola tersebut.
Penyelidikan dilakukan setelah pengacara Maradona pekan lalu menyerukan pemeriksaan penuh mengenai kematian Maradona yang meninggal dunia di usia 60 tahun. Kabar terakhir menyebut Maradona meninggal akibat serangan jantung.
Dikutip dari New York Post, penyidik mendatangi rumah dokter pribadinya, Leopoldo Luque, sekitar pukul 8.40 pagi waktu setempat dan menyelidiki kemungkinan kelalaian medis dalam kematian Maradona.
"Karena Luque adalah dokter pribadi Maradona, keputusan diambil untuk menggeledah rumah dan operasinya (kantor) untuk mencari dokumen yang dapat menentukan apakah, selama perawatan Maradona di rumah, ada penyimpangan," kata sumber penegak hukum kepada media lokal La Nacion Argentina.
Pengacara bintang sepak bola, Matias Moria, mengajukan pertanyaan tentang kematiannya pada Kamis lalu.
Putri Maradona, Dalma, Giannina, dan Jana, berbicara dengan penyelidik dan juga mengajukan pertanyaan tentang kemungkinan keterlibatan Luque dalam kematian ayah mereka.
"Ambulans membutuhkan waktu lebih dari setengah jam untuk tiba, yang merupakan kebodohan kriminal," katanya kepada Independent Online.
Keluarga Maradona sudah dibuat berang setelah tiga petugas pemakaman yang dipercaya swafoto di samping jenazah. Claudio Fernandez, salah satu petugas pemakaman langsung dipecat karena insiden itu.
Dalam sebuah foto, seorang pria terlihat mengacungkan jempol ke arah kamera, sementara lainnya menyentuh dahi mendiang pemenang Piala Dunia tersebut. Fernandez mengatakan bahwa mereka sebenarnya tidak berencana mengambil foto itu, hanya ikut-ikutan putranya yang terlebih dahulu ber-swafoto.
https://nonton08.com/movies/guardian-4/
Kemenkes Ungkap Klaster Baru COVID-19, Salah Satunya Lurah Petamburan
Kasus baru COVID-19 di Indonesia kembali mencatatkan rekor. Per 29 November, terdapat penambahan 6.267 pasien sehingga total kasus menjadi 534.266 orang.
Menteri Kesehatan RI Terawan Agus Putranto menyebut ada tiga provinsi dengan kenaikan kasus tertinggi. Dari data yang dihimpun Kementerian Kesehatan, provinsi tersebut adalah Jateng, DKI Jakarta dan Jawa Timur.
"Ada tiga provinsi yang mencatatkan kenaikan kasus tertinggi diantaranya Jawa Tengah (2036), DKI Jakarta (1431), dan Jawa Timur (412)," kata Menkes Terawan dikutip detikcom dari laman resmi Kemenkes, Senin (30/11/2020).
Untuk klaster penyebaran, data terbaru dari Kementerian Kesehatan menyebut ada 1655 klaster. Berikut adalah klaster baru penyebaran COVID-19 per 29 November 2020:
Perjalanan Dinas dari Surabaya di Bangka Barat
Lurah Petamburan Jakarta Pusat
Guru-guru di kota Gorontalo
Guru-guru di Bone Bolango
Selain rekor kasus baru, pasien meninggal dengan konfirmasi COVID-19 juga kembali mencatatkan rekor terbanyak dengan 169 pasien. Total keseluruhan menjadi 16.815 kasus dengan tingkat kematian (CFR) mencapai 3,15%, masih lebih tinggi dari angka kematian global.
Menkes Terawan menyebut pemerintah daerah harus terus mengupayakan dan meningkatkan upaya 3T atau Tracing, Testing, dan Treatment, sebagai antisipasi lonjakan kasus COVID-19. Selain itu ketersediaan ruang isolasi dan ICU untuk perawatan pasien harus terus dipantau.
Berikut detail penambahan kasus baru pada Minggu (29/11/2020):
Kasus positif bertambah 6.267 menjadi 534.266
Pasien sembuh bertambah 3.810 menjadi 445.793
Pasien meninggal bertambah 169 menjadi 16.815
Sebelumnya pada Sabtu (29/11/2020), jumlah kasus positif virus Corona COVID-19 tercatat sebanyak 441.983, sembuh 437.456, dan meninggal 16.646.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar