Berbagai upaya dilakukan guna mengatasi pandemi COVID-19, salah satunya adalah mengembangkan vaksin. Perlu diketahui bahwa pengembangan vaksin memerlukan waktu yang lama untuk uji klinis agar terbukti aman dan efektif.
Lewat uji klinis yang dilakukan dalam beberapa tahapan, terdapat beberapa vaksin COVID-19 yang diklaim efektivitasnya capai 70 hingga 90 persen. Perusahaan yang memproduksi vaksin tersebut memasang kisaran harga untuk masing-masing vaksin.
Berikut harga yang dipatok untuk kandidat vaksin COVID-19 yang tingkat efektivitasnya 70 hingga 90 persen.
1. Vaksin Moderna
Vaksin yang dikenal dengan nama ilmiah mRNA-1273 ini dikembangkan okeh perusahaan bioteknologi Amerika Serikat, Moderna. Perusahaan tersebut bekerja sama dengan National Institutes of Health.
Dalam penelitian terakhir, vaksin buatan Moderna diklaim mempunyai efektivitas 94,5 persen. Vaksin bekerja dengan menyuntikan materi genetik virus, mRNA ke dalam sel manusia.
Melansir dari CNA, vaksin tersebut akan dijual dengan harga US$25-US$37 atau setara Rp 354 ribu hingga Rp 524 ribu per dosisnya.
2. Vaksin Pfizer
Vaksin pfizer ini dinilai memiliki tingkat efektivitas hingga 95 persen. Tak hanya itu, sejauh ini vaksin tersebut tidak memiliki efek samping serius.
Melansir dari New York Times, harga yang dipatok untuk vaksin ini adalah US$ 39 atau setara Rp 552 ribu untuk dua suntikan. Perdosisnya Anda perlu merogoh kocek sebesar US$ 19,50 datau setara Rp 276 ribu
3. Vaksin AstraZeneca
Vaksin ini dijual relatif lebih murah dibandingkan dengan vaksin lainnya. Menurut Financial Times, vaksin ini diharga US$3-US$4 atau sekitar Rp 42 ribu-Rp 56 ribu per dosis. Vaksin ini butuh 2 dosis untuk memberi perlindungan maksimal.
Vaksin yang dikembangkan AstraZeneca bersama Universitas Oxford diklaim efektivitas lebih dari 70 persen dalam menanggulangi pandemi COVID-19.
4. Vaksin Sputnik V
Melansir dari TASS, Russian Direct Investment Fund menjelaskan bahwa vaksin Sputnik V ini diklaim memiliki tingkat efektivitas sebesar 92 persen.
Dalam uji klinis sampai saat ini belum ditemukan efek samping tak terduga dari vaksin, walaupun ada beberapa efek samping jangka pendek, seperti nyeri di bagian suntikan, sindrom mirip flu termasuk peningkatan suhu tubuh, kelelahan, dan sakit kepala.
Untuk harga, RDIF memastikan bahwa vaksin ini akan dijual lebih murah dibandingkan Pfizer dan Moderna. Dubes Rusia Vorobieva juga menyebut harga vaksin Rusia diperkirakan bisa tiga kali lebih murah dari vaksin-vaksin lain.
"Harga final dari vaksin Sputnik V akan lebih rendah dari vaksin lainnya berdasarkan estimasi kami, seperti dua atau tiga kali lebih murah," terangnya beberapa waktu lalu.
https://kamumovie28.com/movies/stand-by-me-doraemon/
Libur Akhir Tahun Terancam Dipangkas demi COVID-19, Bagaimana Pilkada?
Presiden Joko Widodo meminta cuti bersama Desember 2020 dan libur panjang akhir tahun dipangkas. Hal ini dimaksudkan untuk mengantisipasi terjadinya klaster libur panjang penyebaran COVID-19.
Arahan presiden tersebut disampaikan Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy di YouTube Sekretariat Presiden, Senin (23/11/2020).
"Yang berkaitan dengan masalah libur cuti bersama akhir tahun, termasuk libur pengganti cuti bersama hari raya Idul Fitri, Bapak Presiden memberikan arahan supaya ada pengurangan," kata Muhadjir.
Ahli epidemiologi dari Griffith University, Dicky Budiman, menyetujui tindakan pemerintah untuk mengurangi libur panjang demi cegah klaster COVID-19. Hanya saja di Desember mendatang, ada beberapa kegiatan lain yang juga bisa memicu terjadi lonjakan kasus, seperti Pilkada.
"Jika liburan ini dipotong memang ada dampaknya, tapi itu tidak terlalu signifikan kalau lainnya (kegiatan) seperti pilkada itu diperbolehkan juga," kata Dicky saat dihubungi detikcom, Senin (23/11/2020).
Hingga saat ini pemerintah belum berencana untuk menunda penyelenggaraan Pilkada 2020. Padahal desakan untuk menunda kegiatan tersebut kerap digaungkan banyak pihak demi cegah penyebaran COVID-19.
Menurut Dicky, tidak hanya libur akhir tahun yang harus diantisipasi tetapi interaksi dan mobilitas massa yang sangat mungkin terjadi di Pilkada 2020 yang bakal dilaksanakan 9 Desember mendatang.
"Jadi imbauan dari presiden ini benar. Tapi mohon juga beliau harus mengetahui bahwa tidak hanya libur panjang. Di Desember itu potensi yang melibatkan mobilitas dan interaksi manusia itu ada pilkada, natal (kegiatannya), libur panjang akhir tahunnya, bisa jadi ada reuni atau demo. Itu semua sama, tidak bisa dibedakan," jelas Dicky.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar