Rabu, 18 November 2020

Sebut Seks Bebas Penyebab COVID-19, Pendeta Ini Meninggal Terinfeksi Corona

  Seorang pendeta dan televangelis di Amerika Serikat meninggal dunia terinfeksi virus Corona COVID-19, beberapa bulan setelah menyebut pandemi COVID-19 disebabkan oleh mereka yang melakukan hubungan seksual di luar nikah dan kelompok LGBT.

Dikutip dari laman Independent, Irvin Baxter, pembawa acara Kristen di televisi berjudul 'End of the Age', mengembuskan napas terakhir pada Selasa (11/11/2020) lalu, usai menjalani perawatan COVID-19.


Irvin menjalani perawatan di rumah sakit selama satu minggu sebelum ia meninggal. Pada usia 75 tahun, Irvin dinyatakan meninggal dunia.


"Irvin pergi dengan meninggalkan hadiah yang besar. Kami merayakan hidupnya, tetapi di saat yang sama, ada kesedihan," ujar Dave Robbins, pembawa acara 'End of the Age'.


Irvin pada Maret lalu, menyatakan bahwa pandemi virus Corona muncul sebagai buntut dari "gaya hidup bebas". Perilaku yang mengakibatkan COVID-19 ini, seperti hubungan seksual pranikah dan hubungan sesama jenis.


Pendeta itu mengatakan bahwa orang-orang dengan gaya-gaya hidup "bebas" seperti yang ia maksud, tidak akan mendapatkan berkah dari Tuhan.


"Tuhan mungkin menggunakan COVID-19 ini sebagai panggilan peringatan. Virus Corona mungkin hak istimewa, saya akan memberi tahu anda sekarang, ada penghakiman yang jauh lebih besar," katanya.


Sebelumnya, pendeta tersebut yang dilaporkan mendukung Presiden AS Donald Trump itu mengatakan, kritik terhadap presiden adalah perbuatan setan, sebagaimana dilaporkan Right Wing Watch.


Pendeta tersebut meninggal dunia di hari ketika Amerika Serikat mencatatkan hampir 240.000 warganya meninggal dunia akibat virus Corona.

https://cinemamovie28.com/movies/the-perfect-host/


Bahan Apa Saja yang Ada di Dalam Vaksin? Ini Penjelasan WHO


Perkembangan vaksin COVID-19 di dunia menjadi topik perbincangan yang hangat. Kabar terbaru dari kandidat vaksin yang dikembangkan perusahaan BioNTech-Pfizer misalnya dalam laporan disebut efektif sampai dengan 90 persen, sementara vaksin buatan Rusia "Sputnik V" diklaim efektif 92 persen.

Terkait hal tersebut, mungkin tidak semua paham sebetulnya bahan atau komponen apa saja yang ada di dalam vaksin. Ini terlihat dari beberapa survei yang melihat masih ada orang-orang yang ragu menerima vaksin.


Dikutip dari halaman resmi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), berikut penjelasan komponen yang umumnya ada pada vaksin:


1. Antigen

Semua vaksin mengandung komponen aktif (antigen) yang berfungsi memicu respons imun, atau bahan lainnya yang dirancang untuk membuat komponen aktif tersebut.


Antigen ini terbuat dari bagian-bagian kecil organisme penyebab penyakit, misalnya protein atau gulanya. Selain itu antigen bisa juga terbuat dari organisme penyebab penyakit yang utuh, namun dalam bentuk yang sudah dilemahkan.


2. Pengawet

Bahan pengawet dibutuhkan agar vaksin tidak mudah terkontaminasi begitu wadahnya dibuka bila akan dipakai untuk vaksinasi lebih dari satu orang. Sementara vaksin dalam wadah satu dosis pakai biasanya tidak mengandung pengawet.


Pengawet yang umum digunakan untuk vaksin adalah 2-phenoxyethanol. Senyawa ini sudah lama digunakan dalam berbagai produk bayi karena tidak terlalu beracun bagi manusia.


3. Stabilizer

Stabilizer adalah senyawa yang dipakai untuk mencegah terjadinya reaksi kimia antar komponen dan mencegah vaksin menempel pada wadah. Stabilizer yang biasa dipakai mulai dari gula (laktosa, sukrosa), asam amino (glisina), dan protein (rekombinan albumin manusia dari ragi).


4. Surfaktan

Surfaktan adalah senyawa yang menjaga bahan-bahan di dalam vaksin tercampur dengan baik, tidak menggumpal. Senyawa ini juga umum dipakai untuk membuat makanan, seperti misalnya es krim.


5. Senyawa pengencer

Air steril umum digunakan di dalam vaksin sebagai pengencer. Tujuannya agar konsentrasi bahan yang ada di dalam vaksin sesuai sebelum digunakan.


6. Senyawa pembantu

Beberapa vaksin dibuat dengan tambahan senyawa pembantu, seperti aluminium fosfat, aluminium hidroksida, atau aluminium sulfat dalam dosis kecil. Tujuannya agar respons imuns yang dihasilkan di dalam tubuh jadi lebih baik.


"Aluminium ini sudah terbukti tidak menimbulkan masalah kesehatan jangka panjang. Manusia juga sudah terbiasa mengonsumsi aluminium setiap makan atau minum," tulis WHO.

https://cinemamovie28.com/movies/the-uninvited-guest-2/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar