Di masa pandemi seperti ini, siapapun bisa terinfeksi COVID-19, tak terkecuali ibu yang sedang menyusui. Lalu, apakah seorang ibu yang positif terinfeksi virus Corona masih bisa melakukan proses menyusui?
Ternyata, ibu yang terkena COVID-19 masih boleh tetap menyusui bayinya, lho. Dikutip dari situs resmi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada International Breastfeeding Week yang diadakan pekan lalu, WHO serta UNICEF telah meminta pemerintah dan para pemangku kekuasaan negara-negara di seluruh dunia untuk meningkatkan investasi yang dibutuhkan guna menjaga serta mendukung proses menyusui.
Pasalnya, seorang ibu menyusui tidak hanya sekedar memberikan ASI kepada anak, tetapi turut membentuk fondasi kehidupan anak di masa mendatang. Selain itu, proses menyusui juga memberikan berbagai manfaat bagi ibu serta bayinya.
Dari ASI, kebutuhan gizi anak dapat terpenuhi, sehingga tumbuh kembangnya bisa menjadi lebih optimal. Tak hanya itu, proses menyusui juga membentuk bonding yang kuat antara ibu dengan anak, melatih anak menjadi pribadi yang lebih mandiri, memiliki sensori dan motorik yang bagus, serta meningkatkan kecerdasan otak anak.
Sementara itu, manfaat proses menyusui bagi ibu dapat mengurangi risiko anemia setelah melahirkan, mengurangi risiko kanker payudara dan kanker rahim, mengurangi risiko diabetes, hipertensi, dan dapat membantu mengendalikan hormon pasca melahirkan yang sering kali membuat ibu merasakan baby blues hingga depresi.
Namun, jika ibu terinfeksi COVID-19, tentunya terdapat sejumlah hal yang harus lebih diperhatikan ketika ibu menyusui. Sebab, kondisi ibu saat terinfeksi virus tentunya berbeda dengan kondisi biasanya.
Lantas, apa saja yang harus diperhatikan oleh seorang wanita yang terinfeksi COVID-19 tetapi tengah dalam proses menyusui?
KLIK DI SINI UNTUK KE HALAMAN SELANJUTNYA
https://cinemamovie28.com/movies/udah-putusin-aja/
Dialami Ashanty Saat Kritis, Siapa yang Berisiko Punya D-dimer Tinggi?
Anang Hermansyah menyebut di masa kritis Ashanty positif Corona, D-dimernya tinggi. Kondisi Ashanty juga memburuk lantaran mengidap autoimun.
"Autoimun ini yang bisa trigger macam-macam. Trigger dipaksa ke rumah sakit dicek darah d-dimer-nya tinggi kekentalan darahnya sangat kental. Kalau ini nutupin saluran-saluran di pernapasan ini yang nggak bisa dikendalikan," tutur Anang Hermansyah.
Menurut ahli jantung dr Vito A Damay, D-dimer bisa dideteksi dan diperiksa dengan pemeriksaan lab dan pemeriksaan darah. Namun, siapa saja yang perlu dicek D-dimer selain pasien COVID-19?
"Orang yang kita curiga misalkan oh orang ini kayaknya saturasi tiba-tiba menurun jangan-jangan emboli paru kita cek D-dimer juga," beber dr Vito beberapa waktu lalu.
Selain itu, menurutnya, orang-orang yang berisiko seperti sehabis operasi dan kerap berbaring lama juga perlu dicek D-dimer. Pasalnya, mereka termasuk orang yang memiliki risiko D-dimer tinggi.
"Nah orang-orang yang berisiko seperti ini adalah orang yang habis operasi dan tidur berbaring lama atau dia dalam kondisi cancer," lanjut dr Vito.
"Cancer membuat proses pembekuan darah darah ini juga lebih aktif sehingga dia lebih berisiko mempunyai D-dimer yang tinggi dan pembekuan darah," lanjutnya.
D-dimer tinggi perlu diatasi dengan menggunakan pengencer darah khusus. Pada pasien COVID-19, menurut dr Vito biasanya digunakan antikoagulan yang bisa melarutkan bekuan-bekuan akibat adanya peradangan karena COVID-19.
dr Vito menekankan jangan mempercayai informasi terkait banyak minum air putih bisa mengatasi D-dimer tinggi. Hal tersebut dipastikan keliru.
https://cinemamovie28.com/movies/sayonara-debussy-pianist-tantei-misaki-yosuke/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar