Mudahnya mengakses berbagai jenis tes Corona membuat banyak orang berinisiatif memeriksakan diri ketika merasa berisiko tertular. Namun harus pula diantisipasi kemungkinan hasil yang tidak akurat.
Pemeriksaan COVID-19 berbagai macam. Dua yang cukup populer belakangan ini adalah Real Time PCR (RT-PCR) dengan akurasi dan sensitivitas lebih tinggi dan menjadi gold standar saat ini, dan Rapid Test Antigen yang hasilnya cepat namun tidak seakurat PCR.
Dokter spesialis mikrobiologi klinik dari Intibios Lab, dr Enty, SpMK, menjelaskan bahwa apa pun jenis tes yang dipilih, orang yang mengalami gejala namun mendapatkan hasil tes negatif tetap harus waspada. Pasalnya, selalu ada kemungkinan false negative akibat ketidakakuratan alat atau fase infeksi yang membuat virus tidak terdeteksi.
"Bisa saja kita sedang berada di fase awal atau akhir, jadi kita sakit tapi tidak sadar. Pas dicek, hasilnya negatif," ujar dr Enty saat ditemui detikcom di Jakarta, Kamis (18/12/2021).
"Itu biasanya diinterpretasinkan dokter dengan CT Value dan sebagainya. Tapi CT Value itu tidak serta merta jadi patokan bahwa kalo CT tinggi berarti sudah aman. Belum tentu, karena ada faktor klinis," jelasnya.
Real Time PCR disarankan untuk orang tanpa gejala, namun sempat bertemu pasien COVID-19 dalam 2 pekan terakhir. Sedangkan Rapid Test Antigen bisa digunakan oleh orang-orang dengan gejala.
Menurut dr Enty, orang yang terdeteksi negatif namun mengalami gejala pun wajib melakukan isolasi.
Yang dikhawatirkan, virus dalam tubuh belum banyak sehingga tidak terdeteksi oleh alat tes. Meski tidak bergejala, orang ini tetap bisa menularkan ke orang lain.
Jika seseorang mengalami gejala, baiknya periksakan diri dulu ke dokter. Jika diperlukan, akan diarahkan untuk melakukan tes PCR atau rapid test antigen.
"Kalau hasil tes negatif tapi ada gejala, jangan senang dulu. Harus dicek ulang," imbuh dr Enty.
Pada orang yang mengalami gejala namun hasil tes negatif, pemeriksaan ulang baiknya dilakukan 2 hari setelah sampel pertama keluar. Hal itu bertujuan melihat konsistensi hasil.
https://indomovie28.net/movies/if-it-makes-you-happy/
Kemenkes Pastikan Jenis Vaksin untuk Vaksin Mandiri Akan Dibedakan
Meski belum ada detail jumlah vaksin Corona yang disediakan untuk program mandiri, Kementerian Kesehatan memastikan jenis vaksin Corona untuk program mandiri berbeda dengan yang digunakan pada vaksinasi program pemerintah.
Juru bicara dr Siti Nadia Tarmizi menyebut program vaksinasi mandiri nantinya akan membantu pemerintah dalam mempercepat vaksinasi. Ia mengklaim, vaksinasi program pemerintah yang berjalan pun tak akan terganggu dengan adanya program mandiri.
"Di dalam vaksin gotong royong (mandiri) vaksinnya harus berbeda dari alokasi yang memang sudah ditentukan oleh pemerintah, jadi on top 18,5 juta. Dan jelas vaksinnya harus vaksin yang merek dan jenisnya berbeda dari yang digunakan pada program pemerintah," kata juru bicara vaksinasi COVID-19 Siti Nadia Tarmizi dalam webinar online Kamis (18/2/2021).
Menurut Nadia, vaksinasi program mandiri juga membantu penanganan COVID-19 yang kerap memicu klaster-klaster besar, seperti di perkantoran. Mereka yang menjalani program mandiri merupakan perusahaan padat karya.
"Jadi ini tentunya sangat membantu dalam penyelesaian sebuah klaster apalagi kita tahu kalau perusahaan dan buruh padat karya ini kan transmisinya sangat gampang terjadi," sebut Nadia.
"Bahkan bisa ribuan yang positif dan tentunya kadang-kadang penanganannya akan sangat sulit," lanjutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar