Sekelompok ilmuwan berhasil menguji panel surya seukuran kotak pizza di luar angkasa. Panel surya ini dirancang sebagai prototipe untuk sistem masa depan yang bisa memasok energi listrik dari luar angkasa ke Bumi.
Panel yang dikenal sebagai Photovoltaic Radiofrequency Antenna Module (PRAM) ini pertama kali diluncurkan pada Mei 2020 dan dipasang pada drone tak berawak X-37B milik gedung pertahanan AS Pentagon. Perangkat tersebut dimanfaatkan untuk 'memanen' cahaya Matahari untuk diubah menjadi listrik.
Dikutip dari CNN, Kamis (25/2/2021) panel ini dirancang untuk memanfaatkan cahaya di luar angkasa dengan sebaik-baiknya, yang tidak melewati atmosfer. Dengan demikian, cahaya yang ditangkap bisa mempertahankan energi gelombang biru sehingga membuatnya lebih kuat daripada sinar Matahari yang mencapai Bumi. Untuk diketahui, cahaya biru berdifusi saat memasuki atmosfer. Itulah sebabnya langit tampak biru.
"Kita mendapatkan banyak sinar Matahari ekstra di luar angkasa hanya karena itu," kata Paul Jaffe, salah satu pengembang proyek penelitian tersebut.
Dalam eksperimen mereka, panel surya berukuran 30 x 30 cm mampu menghasilkan sekitar 10 watt energi untuk transmisi. Menurut Jaffe, energi ini cukup untuk memberi daya untuk komputer tablet.
Ke depannya, proyek ini membayangkan ada puluhan panel, dan jika ditingkatkan, keberhasilannya dapat merevolusi cara menghasilkan daya dan didistribusikan ke pelosok dunia yang terpencil.
"Beberapa visi memiliki ruang surya yang cocok atau melebihi pembangkit listrik terbesar saat ini yang menghasilkan (listrik) beberapa gigawatt. Jadi cukup untuk sebuah kota," ujar Jaffe.
Unit panel surya yang diuji coba tersebut memang belum benar-benar dicoba mengirim daya langsung kembali ke Bumi. Meski demikian, teknologinya telah terbukti.
Jika proyek tersebut berkembang menjadi antena surya antariksa dengan lebar hitungan kilometer, proyek itu dapat memancarkan gelombang mikro yang kemudian akan diubah menjadi listrik bebas bahan bakar ke bagian mana pun di Bumi dalam sekejap.
"Keunggulan unik yang dimiliki satelit tenaga surya dibandingkan sumber daya lainnya adalah transmisi global ini. Anda dapat mengirim listrik ke Chicago misalnya dan sepersekian detik kemudian mengirimkannya juga ke London atau Brasil," jelas Jaffe.
https://trimay98.com/movies/i-want-to-be-like-the-main-character-in-a-novel/
Penjelasan Mati Suri Menurut Sains
Semua makhluk yang bernyawa akan merasakan kematian. Meski begitu, tidak ada yang tahu pasti apa yang akan terjadi begitu hal tersebut datang. Dari segi sains, ilmuwan mencoba mengungkap kemungkinan yang dirasakan orang-orang yang mengalami mati suri.
Selama ratusan tahun, orang-orang dari segala usia di seluruh dunia, telah menceritakan kisah serupa tentang saat-saat kehidupan mereka ketika dihadapkan kematian. Umumnya mereka menyebut bahwa mereka melihat cahaya putih yang menyilaukan, perasaan tenang dan perasaan seolah-olah melayang di atas tubuh mereka.
Bagi ahli saraf pengalaman ini disebut dengan 'near death experience'. Menurut penelitian baru, pengalaman ini mungkin mirip dengan apa yang terjadi di otak selama gangguan tidur tertentu.
"Saya memiliki teori bahwa pengalaman mendekati kematian dapat terjadi ketika otak masih secara fungsional dan struktural utuh," kata Dr Daniel Kondziella, ahli syaraf di University of Kopenhagen.
Kondziella mengatakan bahwa kemungkinan orang yang mati suri akan mengingat apa yang mereka alami terakhir kali sebelum menghembuskan napas terakhir.
Ia pun menjelaskan lebih lanjut mengenai studi yang dilakukannya kepada 1.034 responden secara anonim. Kuesioner dimulai dengan satu pertanyaan: Apakah Anda pernah mengalami pengalaman mendekati kematian?
https://trimay98.com/movies/vampire-clay/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar