- Positivity rate COVID-19 harian kembali mencatatkan rekor yakni 40,07 persen, Kamis (18/2/2021). Dari 22.556 orang yang diperiksa, didapatkan 9.039 kasus konfirmasi positif.
Total konfirmasi kasus positif menjadi 1.252.685, sembuh 1.058.222, dan meninggal 33.696. Jumlah kasus aktif tercatat sebanyak 160.494.
Secara kumulatif, positivity rate COVID-19 ada di angka 18,5 persen. Angka ini masih jauh dari standar organisasi kesehatan dunia (WHO) yakni di bawah 5 persen.
Dalam rilis resminya, Kementerian Kesehatan mengumumkan adanya proses update aplikasi allrecord TC19 untuk mempercepat pelaporan. Prosesnya dimulai sejak 15 Februari dan hingga kini masih berlangsung.
"Akibat allrecord-TC19 tidak bisa diakses oleh pengguna (Fasyankes, laboratorium dan Dinas Kesehatan), maka data kasus konfirmasi, kasus sembuh Dan kasus meninggal dilaporkan secara berjenjang secara manual," kata Anas Maruf, MKM, Kepala Pusat Data dan Informasi Kemenkes dalam rilis tersebut.
"Sedangkan data Jumlah spesimen yang diperiksa, jumlah orang yang diperiksa dan jumlah hasil negatif pemeriksaan RT-PCR yang biasanya diambil dari allrecord-TC19 Tidak ada data. Sehingga tidak bisa dihitung positivity rate," lanjutnya.
Pengumuman serupa juga disampaikan oleh Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes DKI Jakarta, Dwi Oktavia. Akibat adanya perbaikan sistem di Kemenkes, proses penarikan data oleh Dinkes DKI terhambat.
Pada Kamis (18/2/2021), DKI Jakarta hanya melaporkan 373 kasus baru COVID-19. Jauh lebih kecil dibanding pada hari-hari sebelumnya.
"Mohon tidak diasumsikan bahwa data yang sedikit ini karena wabah sudah benar-benar terkendali, karena besok kemungkinan akan ada akumulasi data dari yang sebelumnya tidak bisa dilakukan penarikan melalui sistem," pesan Dwi.
https://indomovie28.net/movies/there-is-love-in-high-school/
Bisakah Indonesia Bebas COVID-19 di 17 Agustus?
Ketua Satgas Penanganan COVID-19 Doni Monardo menargetkan Indonesia bisa bebas dari COVID-19 pada 17 Agustus mendatang. Menurutnya, hal ini harus sejalan dengan kebijakan yang tepat serta kepatuhan masyarakat dalam mencegah penularan.
"Target kita adalah pada perayaan 17 Agustus yang akan datang, maka kita harus betul-betul terbebas dari COVID. Artinya, COVID betul-betul pada posisi yang dapat dikendalikan," ujarnya.
Menanggapi hal ini, Dr Masdalina Pane dari Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI), mengatakan Satgas Penanganan COVID-19 terburu-buru dalam menyikapi pandemi. Menurutnya, tidak sepatutnya target berakhirnya pandemi Corona di Indonesia dibuat dengan gegabah, karena perlu banyak persiapan dan perancangan yang matang.
"Untuk merencanakan tes, untuk merencanakan rumah sakit, tempat tidur, dan obat, itu saya setuju. Tapi, kalau untuk menyatakan bahwa akan berakhir Agustus entar dulu deh, ini baru turun seminggu, saya saja ngeri," ungkapnya saat dihubungi detikcom beberapa waktu lalu.
Sementara itu Ketua Satgas COVID-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prof Zubairi Djoerban menegaskan tidak mudah membuat virus Corona hilang dalam enam bulan. Menurutnya, penyakit seperti cacar yang sudah jelas penyakit dan vaksinnya butuh waktu 200 tahun untuk membasminya.
"Namun, sekali lagi, untuk membuat COVID-19 hilang dari bumi Indonesia dalam waktu 6 bulan, ya tidak mudah," kata Prof Zubairi, dikutip dari cuitannya di Twitter, atas izin yang bersangkutan.
"Padahal, penyakitnya jelas, vaksinnya juga jelas dan dianggap efektif. Namun, kalau bicara fakta ya tetap saja butuh waktu panjang," lanjut Prof Zubairi.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin juga memilih bersikap realistis. Menurutnya, masih terlalu dini untuk menyimpulkan target Indonesia bebas Corona 17 Agustus benar-benar bisa tercapai. Terlebih, angka positivity rate Indonesia masih jauh dari target WHO yang sebesar 5 persen.
"Dan kemudian apakah kapan ini akan selesai? Dan kenapa positivity rate kita tinggi? Buat saya sekarang masih terlalu dini untuk saya memberikan kesimpulan," bebernya dalam konferensi pers Kemenkes Rabu (18/2/2021).
"Mengapa? Karena itu tadi, data positivity rate kita tinggi, tinggi abnormal, tinggi sekali, sehingga harus ada 3 hipotesa yang harus kita cek dan kita perbaiki," sebut Budi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar