- Clubhouse meningkatkan keamanan layanannya dan berupaya meredakan kekhawatiran dari para kritikus, setelah diketahui bahwa pemerintah China berpotensi memantau percakapan di Clubhouse.
Sebelumnya, Stanford Internet Observatory (SIO) menyebutkan, infrastruktur Clubhouse disediakan oleh Agora, perusahaan software real-time engagement asal China. Selain itu, nomor ID Clubhouse dan chatroom ID ditransmisikan dalam teks biasa (plaintext) yang berpotensi membuat pengguna dapat dilacak.
Laporan ini juga menyebutkan, Agora berpotensi dapat mengakses file audio mentah milik pengguna. Hasil pemantauan pada aplikasi Clubhouse menemukan adanya kejadian di mana metadata chatroom diteruskan ke server yang tampaknya dihosting di China, sementara file audio dialihkan melalui server yang dikelola oleh entitas asal China.
"Kedua masalah keamanan ini relatif mudah untuk dieksploitasi dan menimbulkan risiko keamanan langsung bagi jutaan pengguna Clubhouse, terutama yang ada di China," tulis SIO dalam postingan blognya.
Merespons hal ini, seperti dikutip dari Apple Insider, Senin (15/2/2021) Clubhouse mengatakan pihaknya sangat berkomitmen terhadap perlindungan data dan privasi pengguna.
"Selama 72 jam ke depan, kami merilis perubahan untuk menambahkan enkripsi dan pemblokiran tambahan untuk mencegah klien Clubhouse mengirimkan ping ke server di China. Kami juga berencana melibatkan firma keamanan data eksternal untuk meninjau dan validasi perubahan ini," kata Clubhouse.
Di China, awalnya, aplikasi ini tidak tersedia di China karena ketatnya aturan terkait kontrol internet dan privasi data di sana. Namun beberapa pengguna menemukan jalan tikus untuk mendownload dan menggunakan aplikasi ini.
Namun kemudian, aplikasi audio chat ini tiba-tiba diblokir pada Senin (8/2) malam. Sebelum diblokir, Clubhouse digunakan netizen China untuk mendiskusikan berbagai topik politik yang sensitif.
https://kamumovie28.com/movies/after-school-horror/
Strategi Menkominfo Biar Kecepatan Internet RI Tak Merana di ASEAN
Kecepatan internet Indonesia menempati urutan paling bontot bilang dibandingkan dengan negara lain di Asia Tenggara. Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny G Plate pun merespon hasil laporan tersebut.
Berdasarkan laporan Speedtest Global Index per Desember 2021, Indonesia dengan kecepatan internet 17,26 Mbps berada di urutan 121 dari 139 negara untuk urusan layanan internet mobile. Sedangkan fixed broadband Indonesia yang punya kecepatan internet 23,32 Mbps menduduki 115 negara dari 176 negara.
Dari negara di kawasan Asia Tenggara yang dianalisis oleh Speedtest itu, Indonesia ternyata di urutan paling terakhir jika dibandingkan kecepatan internet dari Singapura, Thailand, Malaysia, maupun Vietnam.
Meski terdengar sebagai kabar sedih akan akses kecepatan internet yang dimiliki Indonesia, Menkominfo Johnny menggarisbawahi bahwa ada peningkatan kecepatan internet selama pandemi virus Corona (COVID-19) merebak. Fakta yang disampaikan Johnny itu merujuk dari data Speedtest dari Ookla juga.
"Perlu dicatat bahwa selama pandemi COVID-19, terdapat peningkatan kecepatan internet sejak Maret 2020 hingga Juli 2020 sebesar 7% untuk fixed broadband dan 14% untuk mobile broadband (berdasarkan data Ookla)," ungkap Johnny kepada detikINET, Senin (15/2/2021).
Menkominfo menuturkan saat ini Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) terus melakukan berbagai upaya guna meningkatkan kecepatan internet di Indonesia melalui penggelaran pembangunan infrastruktur TIK (BTS).
"Di semua desa dan kelurahan yang belum dilayani sinyal 4G guna mengejar pemerataan konektivitas jaringan (4G dan akses internet di wilayah 3T dan non-3T (meningkatkan rasio internet link dan memperkecil digital divide)," ungkapnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar