Pemerintah memperpanjang masa pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) di Pulau Jawa dan Bali hingga 8 Februari 2021. Dalam PPKM ini, ada beberapa syarat penerbangan yang ditetapkan, khususnya berkaitan dengan dokumen kesehatan.
Dijelaskan dalam Surat Edaran Kementerian Perhubungan Nomor 10 Tahun 2021, setiap penumpang pesawat wajib menunjukkan surat keterangan bebas COVID-19 berdasarkan hasil tes swab PCR atau tes rapid antigen.
Masa berlaku hasil tes selama PPKM tidak sama dengan peraturan sebelumnya. Bagi penumpang pesawat destinasi Jawa dan daerah lain selain Bali, masa berlaku tes swab PCR maksimal 3x34 jam dan tes rapid antigen 2x24 jam sebelum keberangkatan.
Sementara itu, bagi penumpang pesawat destinasi Bali, masa berlaku hasil tes swab PCR maksimal 2x24 jam atau tes rapid antigen 1x24 jam sebelum keberangkatan.
Kemudian, setiap penumpang diwajibkan mengisi data diri di situs web e-HAC yang dapat diakses melalui aplikasi e-HAC yang dapat diunduh di Play Store dan App Store. Penumpang juga diwajibkan mengunduh dan mengaktifkan aplikasi Peduli Lindungi untuk ponsel Android atau iOS.
Setiap penumpang disarankan tiba di bandara 4 jam sebelum keberangkatan karena mereka harus melalui proses verifikasi dokumen. Selain itu, setiap penumpang harus mematuhi protokol kesehatan, baik di bandara ataupun di dalam pesawat.
Mengenakan masker, menjaga jarak fisik, dan rutin mencuci tangan dengan sabun atau cairan pembersih tangan adalah sebuah keharusan. Apabila ingin mendapatkan proteksi optimal, penumpang dapat menggunakan masker dengan tingkat efisiensi yang tinggi.
Masker N95 eGee-Pro dapat menjadi alternatif. Masker ini memiliki efisiensi penyaringan virus sebesar 99,7%, efisiensi penyaringan bakteri sebesar 99.5%, dan memiliki kemampuan resistensi terhadap 120 mmHg air. Selain itu, masker ini terbuat dari bahan plastik BPA Free yang dapat dicuci dan dipakai berulang kali.
Selain aman dan melindungi optimal, masker eGee-Pro dapat membantu mengurangi sampah masker sekali pakai. Masker N95 eGee-Pro dapat diperoleh di tokopedia.com/egeepro dan shopee.co.id/egeepro_indonesia.
https://cinemamovie28.com/movies/genius-2/
Soal Virus Nipah, Pakar UGM Sebut Semua Virus Berpotensi Jadi Pandemi Baru
Penularan penyakit dari hewan ke manusia atau zoonosis sangat mungkin terjadi. Pakar mikrobiologi dari FKKMK UGM, Prof dr Tri Wibawa, PhD, SpMK, mengatakan semua virus dari hewan dapat menular ke manusia dan berpotensi menular antar-manusia sehingga sehingga menimbulkan ancaman pandemi baru, termasuk virus Nipah.
Virus Nipah yang pernah muncul di Malaysia pada 1998-1999 dan telah menyebar ke beberapa negara Asia ini diketahui sangat mudah mular dengan tingkat kematian tinggi, sekitar 40-75 persen, tergantung di mana wabah tersebut terjadi.
Meski demikian, Prof Tri Wibawa menjelaskan ada banyak faktor yang menyebabkan virus bisa menjadi wabah, seperti tingkat virulensi virus, cara penularan, angka mortalitas dan mortalitas penyakit yang ditimbulkan.
Faktor respons imun, perilaku manusia, kesiapan surveilans kesehatan, dan kesiapan sistem kesehatan untuk merawat pasien juga berdampak pada risiko penyebaran dan penularan wabah.
Bagaimana agar virus Nipah tak jadi pandemi?
Prof Tri Wibawa mengatakan upaya antisipasi perlu dilakukan untuk mencegah virus Nipah menjadi pandemi baru, salah satunya dengan meningkatkan surveilans epidemiologi penyakit menular.
Selain itu, juga mulai melakukan penelitian dalam bidang pencegahan, diagnosis, dan pengobatan penyakit infeksi virus Nipah. Sebab seperti yang diketahui, penyakit yang berasal dari kelelawar buah ini belum ada obat dan vaksinnya.
"Pencegahan disini termasuk pengembangan vaksin," kata Prof Tri Wibawa, dikutip dari siaran pers UGM, Selasa, (2/2/2021).
Gejala virus Nipah
Adapun manifestasi klinis dari infeksi virus nipah ini bisa mulai dari yang tidak bergejala, hingga kondisi berat seperti infeksi saluran nafas akut, dan infeksi otak.
"Gejalanya tidak khas sehingga tidak mudah untuk dibedakan dengan gejala penyakit infeksi umumnya," sebutnya.
Virus Nipah merupakan jenis virus RNA dan merupakan bagian dari keluarga Paramyxoviridae, salah satu patogen penyakit zoonosis yang cukup berbahaya. Penyakit ini juga mudah menular dari hewan ke hewan, terutama pada babi di peternakan. Kontak dengan babi yang terpapar penyakit ini dari kelelawar juga bisa menyebabkan infeksi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar