Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus, menyebut kasus baru Corona COVID-19 di dunia terus turun selama lima pekan terakhir. Penambahan kasus mingguan kini hanya setengah dibanding awal Januari 2021.
Pada 4 Januari 2021 silam, dalam sepekan dunia bisa melaporkan lebih dari 5 juta kasus baru COVID-19. Kini menurut Tedros kasus baru COVID-19 yang dilaporkan dunia sekitar 2,6 juta dalam sepekan.
Tedros menyebut ini jadi tanda berbagai upaya yang dilakukan untuk menekan pandemi COVID-19 membuahkan hasil.
"Artinya langkah pencegahan sederhana yang dilakukan publik bisa melawan COVID-19, meski ada varian baru. Apa yang penting sekarang adalah bagaimana kita merespons tren ini," kata Tedros dalam akun Twitter-nya seperti dikutip pada Selasa (16/2/2021).
"'Api' masih belum padam, tapi kita sudah berhasil meredamnya. Bila kita berhenti melawan di mana saja, virus ini akan kembali," lanjut Tedros.
Perkembangan kasus COVID-19 di Indonesia juga disebut-sebut tampak menunjukkan tren serupa. Selama beberapa hari terakhir penambahan kasus baru COVID-19 ada di angka 8 ribuan dari yang tadinya bisa di atas 10 ribu.
Satgas Penanganan COVID-19 memberi penjelasan penambahan angka 8 ribuan itu terjadi karena faktor input data.
"Faktor input data masih mempengaruhi," kata Juru Bicara Satgas COVID-19, Wiku Adisasmito, beberapa waktu lalu.
https://cinemamovie28.com/movies/the-world-of-adultery/
Wanita Ini Nekat Minum Urine karena Percaya Bisa Sembuhkan COVID-19
Seorang wanita yakin bahwa minum urine bisa membantunya sembuh dari COVID-19. Ia bersama anaknya nekat minum urine setelah menonton sebuah video mengenai pengobatan alternatif untuk sembuh dari infeksi Corona.
Dikutip dari Metro UK, wanita yang tidak disebutkan namanya itu mengatakan kepada Healthwatch Central West London (HCWL) bahwa seorang kerabat mengirimkannya videonya tentang pengobatan COVID-19, salah satunya dengan minum urine sendiri.
"Beberapa video yang ia terima membahas tentang minum air kencing sendiri setiap pagi sebagai obat COVID-19. Wanita itu mengatakan dia dan anaknya mengikuti anjuran itu selama empat hari," kata pihak HCWL.
Wanita itu juga tak percaya akan vaksinasi dan menyebut injeksi vaksin akan berbahaya bagi dia dan keluarganya sehingga lebih percaya pada pengobatan tradisional.
CEO HCWL Olivia Clymer, yang menulis laporan tersebut mengatakan sangat banyak sekali stigma terkait virus Corona dan banyak berita palsu dan konspirasi mengenai cara penyembuhan COVID-19 yang dibagikan melalui platform WhatsApp
Belum lagi ditambah dengan kurangnya kepercayaan pada saluran informasi' resmi. Kondisi ini menghadirkan masalah yang perlu disoroti dan ditangani.'
"Banyak sekali informasi pengobatan alternatif palsu yang tidak memiliki latar belakang ilmiah dan empiris," kata Clymer.
Tracing Lemah, Diduga Sudah Ada Varian Corona Baru 'Made in Indonesia'
Ahli mengungkap kemungkinan adanya varian baru virus Corona COVID-19 di Indonesia. Hal ini diungkap oleh Epidemiolog Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman.
Dugaan tersebut muncul saat penanganan pandemi virus Corona tidak maksimal seperti tes, telusur, dan tindak lanjut (3T). Lonjakan kasus yang tidak terkendali menunjukkan virus Corona terus menular antar manusia, sehingga rentan bermutasi.
"Sekarang sudah bukan masalah lonjakan saja, tapi kemungkinan ada strain baru yang made in Indonesia. Terjadi di Indonesia yang pandeminya tidak terkendali, jadi sangat besar potensi menghasilkan strain baru," terang Dicky, seperti dikutip CNNIndonesia.com, Senin (15/2/2021).
"Ini evolusi normal, selama kita tak bisa mencegah kasus, selama kita biarkan pelonggaran, maka semakin besar kemungkinan mutasi virus," tambahnya.
Selain itu, Dicky menjelaskan penanganan pandemi COVID-19 yang belum optimal menyebabkan penularan Corona masih terus terjadi di masyarakat Indonesia. Menurut Dicky, mobilitas masyarakat perlu dibatasi di masa pandemi Corona.
Lebih lanjut, Dicky menyinggung soal rendahnya tes COVID-19 pada saat libur panjang, sehingga upaya untuk menemukan kasus positif Corona pun menjadi tidak maksimal. Rendanya tes Corona tersebut semakin mendukung soal dugaan kemunculan varian baru COVID-19 di Indonesia, sebab virus telah lama berada di tubuh manusia.
"Jadi wajar kalau sudah ada strain baru. Hanya masalahnya, kemampuan deteksi dini kita yang masih rendah. Ini diperparah dengan upaya pencarian kasus [surveilance] kita yang juga rendah, jadi memang intervensi public health kita ini rendah memungkinkan mutasi virus," jelasnya Dicky.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar