Selasa, 28 April 2020

Bisakah Seseorang Tertular Virus Corona Saat Berhubungan Seksual?

Seseorang yang terinfeksi virus Corona COVID-19 bisa menularkan penyakit melalui droplet yang dikeluarkan pasien saat batuk atau bersin. Ini memicu kekhawatiran semua cairan tubuh dapat membantu menyebarkan virus corona jenis baru yang dikenal sebagai SARAS-CoV-2.
Sebuah studi baru yang diterbitkan dalam jurnal Fertility & Sterility menunjukkan bahwa pada kebanyakan pasien pria, coronavirus tidak mencapai testis.

Temuan ini muncul di tengah meningkatnya klaim bahwa virus Corona COVID-19 dapat ditularkan lewat seks, seperti Ebola dan Zika. Tim ilmuwan yang terdiri dari peneliti China dan Amerika Serikat telah memeriksa sampel air mani pada 34 pria yang dinyatakan positif COVID-19.

Para peneliti menaruh fokus pada ekspresi dua gen yang terkait dengan virus, yang disebut angiotensin-converting enzyme 2 (ACE2) dan transmembrane serine protease 2 (TMPRSS2). Mereka membantu virus corona untuk masuk dan mereplikasi dalam sel.

Tetapi pada pria yang didiagnosis dengan COVID-19, para peneliti tidak mendeteksi sejumlah besar virus dalam sampel air mani mereka. Kedua gen hadir hanya dalam empat dari 6.500 sel t

"Fakta bahwa dalam penelitian pendahuluan yang kecil ini, tampaknya virus yang menyebabkan COVID-19 tidak muncul di testis atau air mani bisa menjadi temuan penting," ujar James Hotaling, rekan penulis studi dan profesor di University of Utah Health, sebagaimana dikutip Medical Daily.

"Apabila penyakit seperti COVID-19 dapat ditularkan secara seksual, maka akan memiliki implikasi besar untuk pencegahan penyakit dan dapat memiliki konsekuensi serius bagi kesehatan reproduksi jangka panjang seorang pria," lanjutnya.

Namun, para peneliti mencatat studi mereka memiliki beberapa keterbatasan. Tim memeriksa sampel air mani dari sejumlah kecil pasien dan tidak ada satu pun dari pasien pria tersebut yang mengalami sakit parah akibat COVID-19.

"Bisa jadi seorang pria yang sakit kritis dengan COVID-19 mungkin memiliki viral load (jumlah partikel virus) yang lebih tinggi, yang dapat mengarah pada kemungkinan lebih besar menginfeksi air mani," kata James.

"Kami tidak memiliki jawabannya untuk sekarang," sambungnya.

Tetapi peneliti mencatat, kontak intim dengan orang yang terinfeksi mungkin masih membuat orang berisiko tertular virus corona baru. Itu karena paparan tetesan ketika mereka berciuman, batuk, atau bersin.

Disebut Bisa Obati Corona, Ini Proses Donor Plasma Darah dari Pasien Sembuh

Selain berlomba-lomba membuat obat dan vaksin, peneliti juga melakukan studi terhadap plasma darah pasien sembuh sebagai alternatif penyembuhan COVID-19. Beberapa ahli menemukan bukti bahwa pasien virus Corona yang kritis bisa mendapatkan manfaat dari transfusi plasma darah pasien COVID-19 yang telah pulih.
Disebutkan bahwa zat antibodi yang ada dalam plasma darah pasien COVID-19 yang telah sembuh turut membantu menetralisir virus yang ada dalam tubuh pasien COVID-19. Untuk itu, prosedur pengambilan plasma darahnya juga harus melalui kontrol yang ketat.

"Prosedurnya kalau dari awal jadi kita mengidentifikasi siapa saja pasien yang sudah sembuh dari COVID-19 kemudian mereka diundang untuk diperiksa apakah memenuhi syarat dari segi kesehatannya, punya antibodi yang cukup dalam plasmanya, dan tidak membawa virus Corona maupun virus atau bakteri lain yang bisa ditularkan melalui transfusi," jelas Direktur Laboratorium Biologi Molekuler Eijkman, Prof Amin Soebandrio, saat dihubungi detikcom melalui sambungan telepon, Senin (27/4/2020).

Jika sudah memenuhi persyaratan tersebut, maka yang bersangkutan diminta menandatangani IC (informed consent) tertulis bahwa dia bersedia untuk mendonorkan plasmanya. Jumlah plasma darah yang diambil bervariasi, tergantung dari berat badan pasien.

"Bisa 200-500 cc dengan mesin plasma. nanti kalau sudah ada pasien yang membutuhkan, maka tim dokter akan menentukan mana pasien yang cocok," sebutnya.

Prof Amin juga menegaskan bahwa tidak semua pasien virus Corona diberikan plasma darah pasien COVID-19 yang sudah sembuh. Terapi plasma darah dikhususkan bagi pasien dengan kondisi berat yang memiliki jumlah antibodi jauh lebih sedikit dibandingkan pasien lainnya.

"Diberikan bagi yang dirawat di rumah sakit dalam keadaan berat dan bisa dipastikan cocok dengan plasma darah yang diberikan," tutupnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar