Selain berlomba-lomba membuat obat dan vaksin, peneliti juga melakukan studi terhadap plasma darah pasien sembuh sebagai alternatif penyembuhan COVID-19. Beberapa ahli menemukan bukti bahwa pasien virus Corona yang kritis bisa mendapatkan manfaat dari transfusi plasma darah pasien COVID-19 yang telah pulih.
Disebutkan bahwa zat antibodi yang ada dalam plasma darah pasien COVID-19 yang telah sembuh turut membantu menetralisir virus yang ada dalam tubuh pasien COVID-19. Untuk itu, prosedur pengambilan plasma darahnya juga harus melalui kontrol yang ketat.
"Prosedurnya kalau dari awal jadi kita mengidentifikasi siapa saja pasien yang sudah sembuh dari COVID-19 kemudian mereka diundang untuk diperiksa apakah memenuhi syarat dari segi kesehatannya, punya antibodi yang cukup dalam plasmanya, dan tidak membawa virus Corona maupun virus atau bakteri lain yang bisa ditularkan melalui transfusi," jelas Direktur Laboratorium Biologi Molekuler Eijkman, Prof Amin Soebandrio, saat dihubungi detikcom melalui sambungan telepon, Senin (27/4/2020).
Jika sudah memenuhi persyaratan tersebut, maka yang bersangkutan diminta menandatangani IC (informed consent) tertulis bahwa dia bersedia untuk mendonorkan plasmanya. Jumlah plasma darah yang diambil bervariasi, tergantung dari berat badan pasien.
"Bisa 200-500 cc dengan mesin plasma. nanti kalau sudah ada pasien yang membutuhkan, maka tim dokter akan menentukan mana pasien yang cocok," sebutnya.
Prof Amin juga menegaskan bahwa tidak semua pasien virus Corona diberikan plasma darah pasien COVID-19 yang sudah sembuh. Terapi plasma darah dikhususkan bagi pasien dengan kondisi berat yang memiliki jumlah antibodi jauh lebih sedikit dibandingkan pasien lainnya.
"Diberikan bagi yang dirawat di rumah sakit dalam keadaan berat dan bisa dipastikan cocok dengan plasma darah yang diberikan," tutupnya.
Pria India Nekat Potong Lidah karena Dianggap Bisa Cegah Corona
Seorang pria dilarikan ke rumah sakit setelah terbaring tak sadarkan diri akibat aksi nekatnya memotong lidahnya sendiri. Pria ini diketahui bernama Viviek Salma, seorang pekerja imigran berusia 24 tahun. Ia saat ini bekerja sebagai pemahat batu di Gujarat, India.
Viviek dikabarkan frustasi karena kebijakan penguncian atau lockdown di wilayahnya. Sebelumnya pemerintah India menerapkan kebijakan lockdown untuk mencegah penyebaran virus Corona. Sehingga ia tidak bisa kembali ke kota asalnya di distrik Morena, Madhya Pradesh.
Ia meyakini aksi nekatnya itu dilakukan sebagai bentuk persembahan ke para dewa. kemudian ia percaya dengan memotong lidahnya dapat menghentikan penyebaran virus Corona.
Menanggapi hal ini, Inspektur Kepolisian HD Parmar mengatakan masih terus mendalami latar belakang di balik aksi nekatnya tersebut.
"Untuk beberapa hari terakhir, dia ingin kembali ke kota asalnya di Madhya Pradesh, karena kebijakan lockdown ini hal itu tidak mungkin dilakukan," kata Parmar, seperti dilansir Metro.
Saat ini Viviek telah berada di rumah sakit di kota Tharad. Para dokter di rumah sakit tersebut terus berusaha menyambungkan lidahnya kembali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar