TNI Angkatan Udara (AU) membuka lowongan bagi lulusan SMA sederajat yang ingin menjadi prajurit. Informasi rekrutmen dapat dilihat di diajurit.tni-au.mil.id.
Dikutip detikcom, Minggu (19/4/2020), ada beberapa posisi yang ditawarkan kepada calon peserta, yaitu Taruna dan Taruni Angkata Udara yang pendaftarannya dibuka selama 1 Maret - 30 April 2020.
Berikutnya untuk Bintara PK TNI AU Gelombang II yang pendaftarannya dibuka pada 1 Mei - 30 Jun 2020. Selanjutnya adalah Tamtama PK TNI AU Gelombang II yang pendaftarannya dibuka pada 1 Juli - 30 Agustus 2020.
Beberapa persyaratan umumnya adalah berusia sekurang-kurangnya 17 tahun 9 bulan dan setinggi-tingginya 22 tahun pada saat pembukaan pendidikan, tidak sedang kehilangan hak menjadi prajurit berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, serta tidak memiliki catatan kriminalitas yang dikeluarkan secara tertulis oleh Kepolisian Republik Indonesia.
Persyaratan khusus untuk Taruna dan Taruni Angkata Udara adalah berijazah SMA/MA jurusan IPA dan SMK Penerbangan Jurusan Teknik Pesawat Udara.
Sedangkan untuk Untuk Bintara PK pria berijazah SMA/MA IPA, SMK Teknik/Teknologi, pemetaan dan kesehatan kecuali yang berhubungan dengan pelayaran, perkapalan, perikanan, pertanian, perkebunan, peternakan, perhotelan, pariwisata, sekolah musik dan akan di sesuaikan kebutuhan dengan syarat melengkapi ijazah SD, SLTP, SMA/MA/SMK, SKHUN asli serta fotokopi yang telah dilegalisasi.
Untuk Bintara PK wanita berijazah SMA/MA IPA/IPS dan SMK jurusan manajemen, kesehatan, akuntansi, komputer, administrasi perkantoran dan pemetaan dengan syarat melengkapi ijazah SD, SLTP, SMA/MA/SMK, SKHUN asli serta fotokopi yang telah dilegalisasi.
Terakhir untuk Tamtama PK berpendidikan terakhir serendah-rendahnya SLTP/sederajat, dengan syarat melengkapi ijazah SD, SLTP, SLTA (bagi lulusan SLTA), SKHUN dan rapor pendidikan terakhir asli serta fotokopi yang telah dilegalisasi. Tinggi badan sekurang-kurangnya bagi pria 163 cm dan bagi wanita 157 cm dengan berat badan seimbang/ideal menurut ketentuan yang berlaku.
Sadis, Ada Perang dan Mafia di Bisnis Obat dan Alat Kesehatan
Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga mengaku sempat menahan informasi terkait pembelian bahan baku obat dari India. Sebab, saat ini tengah terjadi perang bahan baku obat.
Ia khawatir jika informasi terbuka ke publik terlebih dahulu, pembelian bahan baku obat itu 'dipotong' oleh pihak lain. Hal ini sebagaimana terjadi di negara lain.
"Karena perang rebutan bahan baku obat juga, tolong jangan beritakan, saya khawatir nanti ketika nanti diberitakan menyebar dunia kita belinya jangan-jangan dipotong di tengah jalan," katanya dalam sebuah diskusi online, Minggu (19/4/2020).
"Ingat lho kejadian ketika Swedia dan satu negara complain satu negara karena ada masker yang dibeli di tengah jalan, ini terjadi dan mereka bayarnya lebih mahal lagi. Saya khawatir kalau bocor, dibeli mereka, tahu nggak berapa banyak yang kita beli, hanya 150 kg" sambungnya.
Perang juga terjadi pada ventilator. Dia menyebut adanya mafia sehingga membuat harganya menjadi mahal.
"Kemudian ventilator, terbukti ternyata Indonesia nggak ada yang bikin ventilator. Akhirnya apa, perang ventilator, ya udah dapat juga, tapi harganya sudah gila-gilaan di dunia dan ini udah mafia dunia, bukan lagi lokal, mafia dunia," ungkapnya.
Saat dikonfirmasi apakah mafia dunia atau lokal, Arya mengatakan keduanya termasuk, alias campur-campur. Dia menjelaskan, pihaknya telah mengumpulkan perguruan tinggi hingga industri otomotif. Terbukti, mereka bisa membuat ventilator meski bukan untuk ICU.
Artinya, lanjut Arya, selama ini ada yang doyan untuk berdagang atau trading, tidak membangun industri dalam negeri.
"Lalu kita selama ini kita ngapain, kenapa impor, berarti kita selama ini ada trader, senang trading, di sinilah Pak Erick mengatakan ini pasti ada memaksa supaya trading terus bukan bikin produk. Ternyata terbukti bisa bikin ventilator," ujarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar