Kamis, 16 April 2020

UIN-KKI Klaim Kefir Kolostrum Bantu Pemulihan Pasien COVID-19

Berbagai studi dilakukan untuk membantu percepatan pemulihan pasien COVID-19. Setelah klorokuin yang diteliti, kini kefir kolostrum.
Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati bersama Komunitas Kefir Indonesia (KKI) melakukan riset dan pengembangan kefir kolostrum serta melakukan pengujian bioaktivitasnya sebagai pangan fungsional probiotik, superfood.

"Kefir kolostrum ini diyakini sangat baik untuk mencegah dan membantu pasien Covid-19," kata Ketua Umum KKI, Andang Kasriadi dalam keterangan tertulis yang diterima, Rabu (15/4/2020).

Lebih lanjut, Andang mengatakan telah melakukan percobaan pada salah satu pasien orang dalam pengawasan (ODP) Neneng Andayani asal Cianjur Selatan. Dia menuturkan setelah rutin mengkonsumsi kefir kolostrum, hasil swab negatif.

Tak cukup sampai disitu, pihaknya juga melakukan percobaan untuk pasien yang di Kota Bandung, dia dinyatakan seorang pasien dinyatakan positif Covid-19 pada akhir Maret dan kemudian masuk RS. Pada 5 April, pasien mulai meminum kefir kolostrum sebanyak 3x150 mililiter. Pada 7 April, infus sudah dicabut dan batuk reda.

"Pada 10 April diperiksa lagi dengan SWAB. Kemudian, 14 April dinyatakan sembuh dan magribnya pulang. Dengan ini, makin yakin bahwa kefir kolostrum mampu mengatasi COVID-19 dengan cukup cepat," jelasnya.

Ketua Laboratorium Terpadu UIN Sunan Gunung Djati menyampaikan saat ini timnya sedang menyiapkan kefir dan kefir kolostrum untuk tenaga kesehatan yang melayani pasien COVID-19 di Puskesmas Ciumbuleuit, Kota Bandung.

"Agar imunitas tubuh para tenaga kesehatan tetap terjaga," kata Ketua Laboratorium Terpadu UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Tri Cahyanto.

Tri menjelaskan, kolostrum sapi memiliki imunoglobulin (Ig) yang siap pakai dan ketika dibuat menjadi kefir kolostrum terbukti mengandung probiotik dalam jumlah memadai untuk memperbaiki dan menyeimbangkan mikrobiota di dalam usus manusia.

Kata dia, kefir kolostrum mampu mempercepat proses penyembuhan infeksi virus termasuk COVID-19. "Dengan hasil ini, harapannya pemerintah dan masyarakat, khususnya Kota Bandung dan umumnya Indonesia, dapat memanfaatkan nutrisi dari superfood kefir dan kefir kolostrum untuk menjaga daya tahan tubuh sehingga mampu melawan Covid-19," tutupnya.

Mungkinkah Virus Corona Aktif Lagi Setelah Pasien Dinyatakan Sembuh?

Beberapa pasien di berbagai negara kembali mendapatkan hasil positif dalam pemeriksaan virus Corona COVID-19 setelah dinyatakan sembuh. Para ahli menduga bahwa virus yang tersisa di dalam tubuh pasien mengalami reaktivasi.
Seberapa besar kemungkinan reaktivasi virus Corona terjadi?

Menurut Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman (LBME), Prof Amin Soebandrio, reaktivasi virus Corona memang bisa saja terjadi, tetapi cukup sulit bila harus dinyatakan dalam hitungan peluang kemungkinannya.

"Sulit dinyatakan persentasenya, karena tes apa pun termasuk tes PCR (Polymerase Chain Reaction) itu ada batas deteksinya," kata Prof Amin kepada detikcom, Rabu (15/4/2020).

"Misalnya dia bisa mendeteksi sepuluh virus per mililiter nah kalau virusnya ada di bawah itu dan sedikit sekali itu bisa tidak terdeteksi, tapi bukan berarti hilang sama sekali," lanjutnya.

Jadi menurutnya untuk menentukan kemungkinan besar reaktivasi bisa terjadi itu cukup sulit. Karena ini bisa terjadi bila sistem kekebalan tubuh pada pasien tidak bekerja dengan baik.

"Kalau lingkungan (imunitas) memungkinkan membuat virus yang sedikit itu menjadi berkembang, bisa terjadi reaktivasi. Jadi tergantung keseimbangan antara si virus dengan sistem kekebalan tubuh si orangnya," tuturnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar