Jumat, 24 April 2020

Merokok atau Vaping Tingkatkan Risiko Gejala Parah Infeksi Corona

 Merokok dan vaping membuat seseorang rentan terhadap infeksi parah virus Corona. Meskipun belum banyak penelitian yang menyelidiki hubungan ini secara khusus, banyak bukti menunjukkan bahwa merokok menekan fungsi kekebalan di paru-paru dan memicu peradangan.
Baik perokok dan pengguna rokok elektrik berada pada risiko tinggi mengembangkan kondisi paru-paru kronis, yang telah dikaitkan dengan kasus COVID-19 yang lebih parah. Oleh karena itu ilmuwan menyebut rokok dan vape meningkatan risiko terpapar virus Corona.

"Semua hal ini membuat saya percaya bahwa kita akan memiliki kasus yang lebih parah, terutama pada perokok atau vapers jangka panjang," kata Melodi Pirzada, kepala pulmonologi pediatrik di NYU Winthrop Hospital di Long Island mengutip Scientific American.

Terdapat literatur ilmiah yang menunjukkan bahwa merokok sangat merusak paru dan menekan fungsi kekebalan tubuh. Merokok, baik dengan rokok konvensional maupun vape, akan menghambat pembersihan rongga paru.

Meski belum banyak penelitian pada vapers dan infeksi virus, beberapa studi epidemiologis menyebut vaping dapat mengganggu fungsi neutrofil. Para ilmuwan di Chapel Hill telah menunjukkan bahwa penggunaan rokok elektrik menekan aktivitas gen respons imun bahkan lebih parah daripada rokok. Sebuah studi pracetak menemukan bahwa gen yang mengkode reseptor ACE2, yang digunakan oleh virus corona baru untuk menginfeksi sel, lebih aktif pada perokok daripada bukan perokok.

Studi lain yang telah diterbitkan online di Chinese Medical Journal, melibatkan 78 pasien dengan COVID-19, menemukan bahwa mereka yang memiliki riwayat merokok 14 kali lebih mungkin mengembangkan pneumonia. Mengingat merokok dan vaping benar-benar membahayakan sistem kekebalan tubuh, tampaknya lebih baik untuk menganggap kedua hal tersebut membuat infeksi coronavirus lebih buruk.

"Berdasarkan yang kita ketahui, secara umum merokok dan vaping dari mereka yang sudah terinfeksi COVID-19 di China, masuk akal bahwa risiko terinfeksi akan turun jika berhenti melakukannya (merokok dan vaping). Lagipula, apa ruginya?" pungkas direktur Pusat Penelitian dan Pendidikan Pengendalian Tembakau di Universitas California, San Francisco.

Duka Ayah Kehilangan Bayi 5 Bulan karena Virus Corona

Seorang bayi yang seminggu lagi menginjak 5 bulan dilaporkan meninggal dunia karena virus Corona. Bayi bernama Jay Natalie La Santa ini meninggal setelah enam hari sebelumnya dinyatakan positif Corona.
Mengutip Daily Star, sang ayah Jerel Le Santa, dalam sebuah wawancara bersama New York Post mengatakan kalau dirinya telah menyiapkan gaun kecil yang indah untuk menghadiri suatu acara dalam pekerjaannya. Namun sayang gaun tersebut kini dipakai si bayi untuk acara pemakamannya.

Pada 4 April lalu, bayi ini dilaporkan harus melakukan intubasi. Namun pada 20 April, ia meninggal dunia setelah dinyatakan positif Corona usai melakukan dua kali tes COVID-19.

Bayi kecil tersebut sebelumnya telah berjuang dengan kondisi jantung yang kurang baik, dan ia didiagnosis mengalami bronkitis serta demam tinggi.

"Dia keluar tampak seperti seorang putri," ujar Ayahnya yang masih mengenang kepergian sang anak.

"Dia memiliki peti mati kecil putih yang indah karena kita tidak menginginkannya dalam kantong mayat," lanjutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar