Hawaii menempuh segala cara untuk untuk memutus penyebaran virus Corona, termasuk memaksa turis karantina 14 hari. Andai turis pelancong itu menolak, pemerintah bakal memulangkannya.
Hawaii menunjukkan 68 kasus virus Corona sejauh ini dengan 63 di antaranya meninggal dunia. Pemerintah setempat pun bergerak cepat agar COVID-19 tak menyebar.
Salah satu langkah yang diambil adalah mewajibkan pelancong untuk melakukan karantina selama 14 hari. Gubernur Hawaii, David Ige, mendirikan tenda karantina mandiri untuk pengunjung sejak 1 April. Selain itu, pemerintah dengan mengampanyekan agar turis tak datang ke Hawaii.
Turis akan dipulangkan dengan oleh Otoritas Pariwisata Hawaii andai tak mengikuti aturan itu. Hawaii menyiapkan USD 25 ribu atau sekitar Rp 388,9 juta untuk memulangkan turis bandel tersebut.
Melalui siaran pers dan dikutip CNN, pemulangan turis bandel itu ditangani oleh Visitor Aloha Society, sebuah kelompok nirlaba yang biasanya membantu wisatawan di Hawaii menangani masalah selama kunjungan mereka, seperti pencurian atau keadaan darurat medis.
"Kemampuan untuk mengembalikan turis dengan cepat ke bandara asal mereka selama krisis virus Corona sangat membantu kemampuan penegakan hukum. Itu untuk memastikan keberhasilan tindakan darurat di seluruh negara bagian kami," kata Jaksa Agung Hawaii State Clare Connors.
"Faktanya, dana pemerintah tidak perlu dikeluarkan untuk perjalanan kembali ini juga membantu memenuhi misi menjaga Hawaii tetap aman," dia menambahkan.
Pemerintah Hawaii cukup tegas menangani turis bandel itu. Sejauh ini, 19 orang telah diterbangkan kembali ke bandara asal mereka sejak dinyatakan keadaan darurat.
Karena Virus Corona, Bersih-Bersih Pesawat Pakai Sinar UV?
Saat harus masuk parkiran karena virus Corona, tak sedikit pesawat yang harus didisinfektan. Belakangan, malah muncul ide agar bersih-bersih pesawat dilakukan dengan sinar ultraviolet.
Seruan agar sinar UV diberikan kepada pasien positif virus Corona oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memicu polemik. Tapi, sebuah perusahaan California menganggapnya sebagai solusi sempurna untuk mendekontaminasi pesawat terbang.
Perusahaan California itu, Dimer UCV Innovations, yang menciptakan mesin pembersih yang memancarkan UV-C yang disebut GermFalcon untuk industri penerbangan pada tahun 2014. Munculnya virus Corona saat ini menjadikan mesin pembersih untuk pesawat diprediksi betul-betul bakal diterapkan.
"Kami tidak ingin memanfaatkan pandemi untuk menciptakan permintaan di industri ini. Tapi, itulah situasi yang kita hadapi dan kita membangun unit kita secepat mungkin," kata Elliot Kreitenberg, presiden dan salah seorang pendiri Dimer UCV Innovations, dan dikutip Reuters.
Dia tidak memberikan perincian tentang penjualan unit tersebut. Dia bilang penggunaan mesin tersebut telah ditawarkan kepada industri secara gratis selama pandemi.
GermFalcon adalah robot seukuran troli makanan di pesawat. Dibutuhkan petugas untuk mendorongnya menyusuri lorong pesawat.
Sayap mekanis membentang dan memancarkan cahaya UV-C ke permukaan kabin. UV-C dapat merusak asam nukleat dalam suatu organisme dan mencegahnya bereplikasi. Penggunaannya sebagai disinfektan cukup umum di rumah sakit dan laboratorium, namun di tempat lain, seperti dalam penerbangan, itu tidak biasa. UV-C adalah sinar IV yang paling berbahaya.
Mesin itu memiliki penutup untuk melindungi petugas agar terhindar dari sinar UV. Kreitenberg mengatakan GermFalcon dapat membersihkan pesawat berbadan sempit dalam tiga menit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar