Minggu, 26 April 2020

Viral Perawat di Bogor Tengah Diinfus, Kelelahan Tangani Wabah Corona

Satu persatu tenaga kesehatan di garda depan penanganan virus corona COVID-19 di Indonesia, bertumbangan. Kelelahan dan jatuh sakit, bahkan ada yang meninggal dunia. Wabah virus corona belum juga berakhir dan selalu ada penambahan kasus di setiap harinya.
Berulang kali pemerintah mengimbau pentingnya 'jaga jarak' untuk menekan penyebaran virus corona. Namun, sebagian orang terlihat menyepelekan hal tersebut.

Baru baru ini, di media sosial tengah viral foto seorang pria yang diketahui adalah perawat di salah satu rumah sakit Kabupaten Bogor. Dalam foto yang beredar, pria bernama Cahyadi Anugrah, terlihat dalam kondisi lelah dan tengah memandangi infus di tangannya.

Seolah meluapkan curahan hatinya tentang wabah corona yang tak kunjung usai, ia menyelipkan pesan singkat di balik postingan tersebut.

"Please #dirumahaja gw dan tim udah mulai didoping, sekian," begitu cuitan Cahyadi di akun twitter-nya, dikutip pada Rabu (1/4/2020).


Yayang Cahyadi Anugrah
@CahyadiAnugrah
Please #dirumahaja gw dan tim  udah mulai didoping, sekian.

Lihat gambar di Twitter
35,7 rb
10.26 - 31 Mar 2020
Info dan privasi Iklan Twitter
17,4 rb orang memperbincangkan tentang ini

Doping yang dimaksud tentu saja bukan obat terlarang yang sering disalahgunakan atlet profesional untuk mendongkrak performa. Ia sedang mendapat asupan multivitamin untuk membuat imunnya kuat saat menghadapi pandemi virus corona yang belum juga mereda. Bagaimana tidak, pekerjaannya termasuk salah satu yang paling berisiko di situasi seperti ini.

Aku wis (sudah) disumpah Mbak... Baik secara profesi, atau abdi negara. Dan ini kemanusiaan lho, orangtua dan istriku lebih ikhlas kalau harus pergi dengan keadaan berjuang di jalan kebaikan
Cahyadi Anugrah - Perawat
Dalam satu hari kurang lebih sebanyak delapan orang berstatus PDP harus ia dampingi di ruang isolasi. Artinya, setiap hari pula ia melakukan kontak dekat dengan begitu banyak orang berstatus PDP.

"Cukup kita yang diinfus biar pada kuat berperang. Jangan ngeyel, nanti bobonya pakai kelambu bening gitu. Mau? #DiRumahAjaYa," pintanya.

Sudah pasti bukan 'social distancing' dari orang berstatus PDP (Pasien dalam Pengawasan) atau ODP (Orang dalam Pemantauan) yang ia lakukan. Sebaliknya, ia malah harus menjaga jarak dengan keluarga terutama anaknya.

"Gw takut kalo dia fulltime sama gw dan istri, gw takut jadi carrier virus, karena transmisi gw atau istri. Karena anak kecil belom faham physical distancing," lanjutnya di postingan lain.

Apakah dia mengeluh dengan pekerjaannya saat ini? Saat dihubungi detikcom, Cahyadi dengan tegas menyatakan ikhlas menjalani semua ini sebagai bagian dari risiko pekerjaan.

"Aku wis (sudah) disumpah Mbak... Baik secara profesi, atau abdi negara. Dan ini kemanusiaan lho, orangtua dan istriku lebih ikhlas kalau harus pergi dengan keadaan berjuang di jalan kebaikan," sahutnya.

Sehat-sehat, ya Mas.. Semangat!

Perbedaan 3 Jenis Tes Corona di Indonesia: PCR, Rapid Test, dan TCM

Pemerintah dalam waktu dekat akan menambah jenis tes pemeriksaan virus corona COVID-19 dengan Tes Cepat Molekuler (TCM). Jenis tes ini biasa digunakan untuk pasien penyakit tuberkolosis (TB). Tes ini untuk menambah pemeriksaan yang selama ini digunakan yakni, polymerase chain reaction (PCR) dan Rapid Test.
"Dalam waktu dekat untuk memanfaatkan mesin pemeriksanan TCM yang selama ini sudah tergelar di lebih 132 RS. Kemudian di beberapa puskesmas yang terpilih. Untuk kita konversi agar mampu melaksanakan pemeriksaan COVID-19 tentunya dengan mendatangkan catridge yang disiapkan khusus untuk ini," kata juru bicara pemerintah untuk penanganan virus Corona Achmad Yurianto dalam konferensi pers yang disiarkan BNPB, Rabu (1/4/2020).

Lalu apa perbedaan di antara ketiganya ?

PCR (Polymerase Chain Reaction)
Jenis pemeriksaan ini menggunakan sampel usapan lendir dari hidung atau tenggorokan. Lokasi ini dipilih karena menjadi tempat virus bereplikasi.

Virus yang aktif memiliki material genetika yang bisa berupa DNA maupun RNA. Pada virus corona, material genetiknya adalah RNA. Nah, RNA inilah yang diamplifikasi dengan RT-PCR sehingga bisa dideteksi.

Pemeriksaan PCR jelas membutuhkan waktu lebih lama untuk mendapatkan hasil karena hanya dapat dilakukan di laboratorium yang sudah ditunjuk pemerintah.

Rapid Test
Berbeda dengan PCR, pemeriksaan rapid test ini menggunakan sampel darah. Seseorang yang terinfeksi akan membentuk antibodi yang disebut immunoglobulin, yang bisa dideteksi di darah. Immunoglobulin inilah yang dideteksi dengan rapid test.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar