Kamis, 16 April 2020

Pemilik Payudara Terbesar Berdasarkan Ukuran Cup Rata-rata Ada di Negara Ini

Pernahkah terpikir untuk membandingkan ukuran payudara para wanita di seluruh dunia? Sebuah data mengungkap ukuran cup rata-rata di berbagai negara seluruh dunia.
Dikutip dari Daily Mail, sebuah data yang dipublikasikan Target Map memberikan komparasi ukuran cup payudara dari setiap negara. Setiap negara ternyata memiliki rata-rata ukuran payudara yang berbeda, lho.

Menurut peta tersebut, negara Jerman dan Islandia rata-rata wanitanya memiliki cup ukuran D. Sementara itu, wanita di negara-negara Eropa Utara seperti Rusia, Finlandia, Swedia dan Norwegia pun banyak yang menggunakan bra dengan cup D atau malah lebih besar.

Sedangkan perempuan di Afrika dan negara-negara Asia termasuk Indonesia rata-rata memiliki ukuran cup A atau cup B. Sedangkan wanita di Australia, menurut data tersebut memiliki payudara berukuran cup C, sama dengan Perancis, Italia dan Inggris.

Sayangnya, dari peta itu juga tidak menjelaskan apakah ukuran itu termasuk payudara dengan implan atau tidak. Tidak dijelaskan pula dari mana data tersebut dikumpulkan, tetapi spekulasi berkembang bahwa data tersebut berasal dari data penjualan bra.

Berikut data ukuran payudara wanita dari yang terbesar hingga terkecil:

Ukuran di atas cup D
- Rusia
- Finlandia
- Norway
- Swedia

Ukuran cup D
- Amerika Serikat
- Kolombia
- Venezuela
- Islandia
- Jerman
- Denmark
- Hungaria
- Swiss

Ukuran cup A
- China
- Jepang
- Korea Utara
- Korea Selatan
- Taiwan
- Mongolia
- Malaysia
- Indonesia
- Sudan
- Kenya
- Nigeria
- Peru
- Bolivia
- Latvia

Riset Ini Ungkap Negara-negara yang Penduduknya Paling Rajin Bercinta

Sebuah penelitian mengaitkan penggunaan kotrasepsi dengan frekuensi berhubungan seks. Daftar negara yang penduduknya paling rajin berhubungan seks terungkap dalam penelitian tersebut, Indonesia termasuk di antaranya.

"Secara spesifik di Indonesia, di antara sub populasi perempuan dalam analisis ini, 88 persen perempuan yang 'met need' melaporkan berhubungan seks dalam 4 pekan terakhir, dibandingkan dengan 67 persen pada perempuan yang 'unmet need'," kata Suzanne Bell, ilmuwan dari Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health yang melakukan riset tersebut.

Istilah 'met need' merujuk pada kebutuhan alat kontrasepsi yang terpenuhi melalui program KB (Keluarga Berencana), sedangkan 'unmet need' adalah kebutuhan kotrasepsi yang tidak terpenuhi. Di Indonesia, data BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana) menyebut angkanya sekitar 11-12 persen.

Di banyak negara, unmet need menjadi salah satu masalah yang menghambat keberhasilan KB. Berbagai upaya dilakukan untuk mengurangi jumlah unmet need, salah satunya dengan mengoptimalkan KB post partum atau KB untuk ibu-ibu yang baru saja melahirkan.

"Di Indonesia ada 5 juta kelahiran per tahun, kita belum secara optimal memanfaatkan post partum KB (Keluarga Berencana)," kata Sudibyo Alimoeso, Ketua Harian Ikatan Praktisi dan Ahli Demografi Indonesia (IPADI).

Virus Corona Aktif Lagi Setelah Pasien Dinyatakan Sembuh? Ini Kemungkinannya

Dalam beberapa kasus, pasien virus Corona COVID-19 kembali mendapat hasil positif dalam pemeriksaan setelah sempat dinyatakan sembuh. Para pakar menyinggung kemungkinan reaktivasi. Bagaimana maksudnya?
Menurut Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman (LBME), Prof Amin Soebandrio, reaktivasi bisa terjadi karena virus Corona tak hanya hidup di saluran pernapasan saja, tetapi juga di berbagai macam organ tubuh lainnya. Sehingga ada virus yang tidak terdeteksi ketika pasien sudah dinyatakan sembuh.

"Reaktivasi itu berarti virus masih ada di dalam tubuh. Jadi di tenggorokan sudah tidak ada dan tidak terdeteksi, tapi mungkin virusnya masih ada di organ lain," kata Prof Amin kepada detikcom, Rabu (15/4/2020).

"Seperti di saluran pencernaan, urine yang walaupun jumlahnya sedikit, tetapi suatu ketika dia bisa memperbanyak diri lagi," lanjutnya.

Prof Amin juga menjelaskan virus Corona bisa kembali berkembang di dalam tubuh jika pasien tersebut mengalami masalah imunitas.

"Bisa berkembang kalau situasi memungkinkan, artinya kembali ke masalah imunitas pasiennya. Harusnya sih kalau kekebalan cukup itu tidak terjadi," pungkasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar