Indonesia pada hari Jumat (24/4/2020) mencatat peningkatan jumlah kasus virus Corona COVID-19 yang tertinggi yaitu 436 pasien baru. Total keseluruhan infeksi Corona di Indonesia saat ini sudah mencapai angka 8.211 kasus yang 1.002 di antaranya berhasil sembuh dan 689 meninggal dunia.
"Dari kasus positif yang terkonfirmasi hari ini adalah 436 orang. Sehingga total menjadi 8.211 orang," kata juru bicara pemerintah untuk penanganan virus Corona COVID-19, Achmad Yurianto, dalam siaran BNPB pada Jumat (24/4/2020).
Peningkatan 436 kasus yang terkonfirmasi ini jadi yang tertinggi sejak kasus pertama infeksi Corona dilaporkan di Indonesia. Hari Kamis (23/4/2020) sebelumnya dilaporkan ada penambahan 357 kasus positif.
Penambahan jumlah kasus baru di Indonesia juga pernah mencapai angka 400-an, tepatnya 407 pada 17 April lalu.
Achmad Yurianto mengatakan sangat penting untuk segera mengendalikan wabah virus Corona. Tujuannya agar sistem layanan kesehatan di Indonesia tidak kolaps di bawah beban.
"Apabila semakin banyak yang sakit dan dirawat di rumah sakit maka beban ini akan semakin berat untuk kita," kata pria yang akrab disapa Yuri ini.
Tembus Seribu! Jumlah Sembuh Makin Jauhi Angka Meninggal akibat Corona
Jumlah pasien sembuh dari virus Corona di Indonesia kini berhasil menembus angka seribu, tepatnya 1.002 kasus. Ada penambahan sebanyak 42 kasus sembuh yang dilaporkan pada Jumat (24/4/2020).
Tentunya laporan kasus sembuh ini semakin menjauhi angka kasus meninggal yang dilaporkan sebanyak 689 kasus dengan penambahan yang sama seperti kasus sembuh yaitu 42 kasus.
Sementara penambahan kasus baru positif pun dilaporkan mencetak rekor tertinggi dibandingkan sebelumnya, yakni 436. Laporan kasus tertinggi sebelumnya berada di 407 kasus pada 17 April lalu.
Ada penambahan kasus sebanyak 436 kasus sehingga total menjadi 8.211 kasus positif COVID-19 di Indonesia. Berkaitan dengan hal ini, juru bicara pemerintah dalam penanganan COVID-19 kembali menegaskan pentingnya untuk selalu melakukan langkah-langkah pencegahan demi memutus rantai penularan Corona.
"Sekali lagi mari kita bersama-sama, bergotong royong, untuk memutus rantai penularan virus Corona COVID-19," ungkapnya saat melakukan konferensi pers di BNPB pada Jumat (24/4/2020).
Banyak Teori soal Berjemur, Mana yang Benar Ya?
Sejak adanya pandemi virus Corona atau COVID-19, masyarakat diimbau untuk melakukan physical distancing dan tetap di rumah aja. Salah satu aktivitas yang bisa dilakukan adalah berjemur untuk mendapatkan vitamin D yang dipercaya dapat meningkatkan daya tahan tubuh.
Namun belakangan ini banyak perdebatan soal waktu berjemur. Ada kubu pendukung berjemur jam 10 ke atas, dan pendukung berjemur sebelum jam 10 pagi. Lalu berjemur seperti apa yang dianjurkan untuk mendapatkan vitamin D dengan maksimal?
Menurut dr. Esther Kristiningrum dari Departemen Medical PT Kalbe Farma Tbk, pembentukan vitamin D3 di kulit memerlukan sinar ultraviolet B (UVB) dari matahari yang akan mengkonversi provitamin D3 di kulit menjadi previtamin D3, yang kemudian diubah menjadi vitamin D3. Tidak ada panduan yang spesifik mengenai waktu berjemur yang terbaik karena dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti intensitas UVB, musim, adanya awan, kabut, penggunaan tabir surya (sunblock atau sunscreen), serta warna kulit.
"Semakin tinggi intensitas UVB, maka pembentukan vitamin D di kulit akan semakin efisien. Intensitas UVB di atas jam 10 lebih tinggi dibanding di bawah jam 10, dengan puncaknya saat tengah hari. Lebih efisien di sini maksudnya adalah memerlukan waktu yang lebih singkat untuk mendapatkan manfaat yang sama. Musim dingin, adanya awan, kabut, penggunaan tabir surya, dan warna kulit yang lebih gelap juga dapat mengurangi efisiensi pembentukan vitamin D di kulit." ujar dr Esther kepada detikHealth, Jumat (24/4/2020).
Namun perlu diingat, meskipun pembentukan vitamin D akan lebih efisien jika berjemur di siang hari, ada risiko yang bisa disebabkan karena berjemur terlalu siang. Apalagi jika berjemur dalam waktu yang lama tanpa menggunakan pelindung atau tabir surya.
"Yaitu bisa menyebabkan risiko kulit terbakar (sunburn), timbul flek-flek pada kulit, bahkan bisa berisiko terjadinya kanker kulit, dan juga kerusakan mata," jelasnya.
Sebaliknya, jika berjemur terlalu pagi, meskipun lebih aman bagi kulit, namun intensitas UVB masih terlalu rendah sehingga kurang optimal dan efisien dalam pembentukan vitamin D. Berjemur terlalu lama tanpa pelindung di pagi hari juga bisa berisiko timbulnya keriput dan kanker kulit akibat paparan sinar ultraviolet A (UVA).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar