Ungkapan 'Indonesia Terserah' sempat trending di media sosial baru-baru ini. Berbagai ketidakpastian terkait penanganan virus Corona COVID-19 memicu rasa frustrasi yang diekspresikan dengan ungkapan tersebut. Terserah!
Saat seseorang bilang 'terserah', apakah berarti benar-benar pasrah dan ikhlas dengan apa yang bakal terjadi? Sepertinya tidak selalu demikian, sebab kata-kata seperti 'terserah' atau 'ya sudah' seringkali justru mewakili sikap yang dinamakan pasif-agresif.
Apa itu pasif-agresif?
Dikutip dari Healthline, seseorang dengan perilaku pasif agresif mengekspresikan perasaan negatif lewat perilaku, bukan mengungkapkannya secara langsung lewat kata-kata. Ini menciptakan jarak antara apa yang dikatakan dengan apa yang dilakukan.
Sebagai contoh, seseorang tidak setuju dengan sebuah rencana. Seseorang yang pasif agresif mungkin tidak akan membantah, tetapi diam-diam tidak mau mendukung apalagi menjalankannya. Pokoknya, "Terserah!"
Kenapa orang mengatakan 'terserah'?
Dikutip dari Rachrecovery, seseorang dengan perilaku pasif agresif pada level tertentu meyakini bahwa situasi hanya akan menjadi lebih buruk jika orang lain mengetahui perasaan negatifnya. Karenanya, ia akan memilih mengungkapkannya diam-diam lewat sikapnya dibanding kata-kata.
Menarik diri dari diskusi dan percakapan lewat ungkapan 'terserah' atau 'ya sudah' adalah contohnya. Biasanya, diikuti dengan ngomong di belakang.
Perilaku atau sikap pasif agresif juga bisa berkaitan dengan kondisi tertentu seperti:
Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH)
Stres
Gangguan kegelisahan (anxiety)
Bipolar
Skizofrenia
Penyalahgunaan narkoba.
Bagaimana sebaiknya menanggapi kata 'terserah'?
Banyak orang tidak menyadari bahwa dirinya bersikap pasif agresif, dan bahkan merasa normal dengan hal itu. Bisa jadi, malah merasa sikap itu yang terbaik demi menghindari pertikaian.
Salah satu cara yang dianjurkan untuk menyikapinya adalah dengan bersikap asertif tanpa melabelinya 'pasif agresif'. Kadang, cara ini efektif untuk memberi contoh cara mengungkapkan perasaan dengan lebih tegas.
2 Pasien dengan Gejala Mirip COVID-19 Terlacak di AS Sejak Desember 2019
Kapan sebenarnya virus Corona COVID-19 masuk Amerika Serikat makin misterius. Laporan terbaru menyebut 2 warga Washington mengalami gejala mirip COVID-19 sejak akhir Desember 2019.
Belakangan, kedua warga Snohomish County tersebut menjalani pemeriksaan dan hasilnya positif memiliki antibodi virus Corona. Temuan ini memunculkan dugaan virus Corona masuk AS lebih awal dari yang diperkirakan.
Salah serorang pasien yang disebut nama tengahnya Jean, mengaku batuk kering dan demam sehabis Natal, seperti dilaporkan Seattle Times. Keluhan itu membuatnya harus periksa ke dokter dan mendapat pengobatan inhalasi.
Pada saat itu, COVID-19 belum secara resmi ditemukan. Baru sebulan kemudian pada 21 Januari, kasus COVID-19 pertama di AS dilaporkan pada seorang warga yang baru pulang bepergian dari Wuhan, China.
Meski demikian, hasil positif pada tes antibodi tidak menjadi bukti definitif bahwa Jean positif terinfeksi COVID-19 pada Desember. Dikutip dari Livescience, statusnya saat ini hanya sebatas 'kemungkinan' kasus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar