Indonesia bersiap menghadapi era normal yang baru atau new normal pada kondisi pandemi virus Corona (COVID-19). Hal tersebut diharapkan akan kembali menggerakkan kegiatan perekonomian yang laju pertumbuhannya sempat terpuruk di kuartal I-2020, yaitu hanya 2,97% berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS).
Menurut Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Yusuf Rendy Manilet, rencana new normal ibarat dua mata uang, dia bisa memberi dampak positif maupun negatif tergantung kesiapan Indonesia.
"Jadi potensinya betul dia akan menggerakkan kembali aktivitas ekonomi. Tetapi ada risiko juga yang mengikutinya. Nah risikonya itu adalah yang tadi saya sebutkan, ada yang potensi kasus baru. Jika (new normal) tidak dijalankan secara hati-hati, dia akan menambah korban," kata dia saat dihubungi detikcom, Selasa (26/5/2020).
Direktur Eksekutif Institute Development of Economic and Finance (INDEF), Tauhid Ahmad membenarkan jika era new normal memang bisa mendorong perekonomian namun sangat lambat. Hal itu karena aktivitas bisnis seperti mal sangat dibatasi di era ini.
"Bisa berpengaruh tapi lambat karena new normal tanda kutip harus kompromi kan. Perlakuannya kompromi, tidak full capacity. Jadi kalau diproduksi katakanlah 100% bekerja, dia hanya separuh otomatis jalannya lebih lambat. Mal biasa penuh sekarang harus separuhnya otomatis tumbuhnya separuh dari perkiraan, nggak akan bisa kembali," kata Tauhid kepada detikcom, Selasa (26/5/2020).
Tapi tak semua protokol kesehatan di era new normal yang dikeluarkan Kemenkes tersebut bisa dijalankan oleh para pelaku usaha. Sebab masing-masing sektor usaha memiliki kebutuhan yang berbeda-beda. Salah satunya terkait meniadakan shift 3 atau shift malam.
Menurut Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani ada beberapa sektor usaha yang justru masih membutuhkan adanya pekerja shift malam. Sehingga untuk menerapkan skenario new normal yang satu itu tentunya menjadi kendala tersendiri.
Berkaitan dengan shift malam, Shinta menjelaskan kebanyakan hubungannya dengan security atau keamanan. Menurutnya tidak mungkin kalau tidak ada penjagaan. Jadi sekalipun produksi tidak dilakukan malam hari tetap ada beberapa pekerjaan yang fungsinya harus dijalankan malam hari dan tidak bisa dihentikan sama sekali.
Selebihnya, pelaku usaha mengaku siap untuk menerapkan kebijakan tersebut.
"Kami mau bekerja sama dengan pemerintah untuk memastikan protokol tersebut dipatuhi perusahaan dan orang-orang yang bekerja di perusahaan agar tempat kerja tidak menjadi pusat penyebaran," kata Shinta kepada detikcom, Selasa (26/5/2020).
Jakarta Dianggap Paling Siap New Normal, Kok Bisa?
DKI Jakarta beberapa kali disinggung pemerintah sebagai provinsi yang paling memenuhi syarat untuk menerapkan tatanan kehidupan normal baru atau new normal. Salah satu syarat yang terpenuhi adalah banyaknya penduduk yang sudah dilakukan test COVID-19.
Ada 3 syarat daerah bisa menerapkan new normal dan mengurangi PSBB yakni indikator penularan berdasarkan angka reproduksi dasar wabah (R0), indikator sistem kesehatan, serta kapasitas pengujian test COVID-19 terhadap masyarakat.
Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa menjelaskan, untuk syarat yang ketiga menjadi hal yang cukup mendasar. Oleh karena itu pemerintah mendorong terus dilakukanya tes COVID-19 kepada masyarakat luas.
"Bapak presiden berulang kali mengingatkan untuk tes, tes, tes dan tes. Jadi beberapa kali bapak presiden mengingatkan tes. Dan juga diskusi kami dengan WHO itu terkait dengan jumlah tes. Nah jumlah tes hari ini 264.098 yang kami baca," tuturnya dalam konferensi pers virtual, Rabu (27/5/2020).
Namun yang menjadi persyaratan adalah berdasarkan jumlah tes per satu juta penduduk. Menurutnya saat ini Indonesia belum mencukupi karena baru mencapai 967 per satu juta penduduk.
"Apakah itu cukup? Belum. Karena persyaratan yang diminta oleh WHO itu adalah 1 orang per 1000 penduduk per minggu. Jadi kalau misalnya Jakarta ada 10 juta penduduk maka Jakarta itu harus punya hasil tes 10 ribu per minggu," tuturnya.
Namun menurut perhitungan pemerintah sejak terjadinya kasus pertama di 2 Maret 2020 sudah berlangsung 12 minggu. Selama masa itu Jakarta seharusnya sudah melakukan tes COVID-19 sebanyak 120 ribu orang. Angka itu pun sudah terpenuhi.
http://kamumovie28.com/captain-marvel/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar