Dengan hanya 300-an kasus positif dan tanpa kematian sejauh ini, Vietnam dinilai sukses menangani virus Corona COVID-19. Banyak yang lantas meragukan, apakah negara ini benar-benar mengungkap data yang sebenarnya.
Namun berbagai langkah yang oleh Bloomberg disebut sebagai pendekatan 'palu godam' yang diambil Vietnam di awal-awal wabah oleh beberapa pakar dinilai mematahkan keraguan tersebut.
Sejak 2 kasus terdeteksi di Ho Chi Minh City 23 Januari silam, Vietnam menggalakkan pemeriksaan. Dalam hitungan pekan, penerbangan domestik dan internasional dihentikan, dan lebih dari 100.000 orang dikarantina.
Dikutip dari news.com.au. analis dari Australian Strategic Policy Institute, Dr Huong Le Thu mengatakan para ahli epidemologi tidak memiliki alasan untuk mempertanyakan data positif dari Vietnam.
"Sejak sangat awal, dipahami bahwa ini adalah sesuatu yang sangat serius, virus yang bisa menginfeksi siapa saja," katanya.
"Bukan hanya orang yang terdampak, tetapi semua orang di sekitarnya," lanjutnya.
Pelacakan dan pemeriksaan yang masif juga turut berperan. Pada Januari, Vietnam hanya memiliki 3 laboratorium pemeriksaan, tetapi pada April jumlahnya telah mencapai 112.
Akhir bulan lalu, tercatat 213.743 pemeriksaan telah dilakukan dengan hasil positif sebanyak 270 kasus. Jumlah kasus positif saat ini berada di angka 312.
Ahli Sebut Ada Kemungkinan Virus Corona Menular Saat Berbicara
Para ilmuwan menemukan bahwa satu menit berbicara dengan keras atau lantang bisa menghasilkan lebih dari seribu droplet yang mengandung virus. Bahkan disebut bertahan di udara selama lebih dari delapan menit, demikian laporan studi baru yang diterbitkan dalam Prosiding National Academy of Sciences dari Amerika Serikat.
Studi tersebut mengatakan bahwa tetesan dari mulut seseorang yang asimptomatik dapat membawa patogen pernapasan, seperti SARS-CoV-2. "Ada kemungkinan besar bahwa berbicara secara normal menyebabkan penularan virus melalui udara di lingkungan terbatas," tulis para penulis.
"Studi ini didasarkan pada penelitian sebelumnya oleh tim yang sama yang menunjukkan bahwa berbicara dapat menjadi faktor penularan SARS-CoV-2 dan menambahkan dukungan pada pentingnya memakai masker, seperti yang direkomendasikan oleh CDC, dalam berpotensi membantu memperlambat penyebaran virus," jelas juru bicara Institut Diabetes dan Penyakit Pencernaan dan Ginjal Nasional mengatakan kepada USA Today.
Sementara itu, Erin Bromage, seorang profesor biologi di University of Massachusetts Dartmouth, baru-baru ini menerbitkan sebuah postingan blog yang mendadak viral. Postingan tersebut menjelaskan tempat-tempat yang berisiko tinggi terjadinya penularan virus Corona COVID-19.
"Daftar tempat termasuk tempat kerja, transportasi umum, pertemuan sosial, restoran dan rumah seseorang, yang merupakan 90 persen dari peristiwa transmisi," tulis Bromage.
"Alasan untuk menyoroti wabah yang berbeda ini adalah untuk menunjukkan kepada Anda kesamaan wabah COVID-19. Semua kejadian infeksi ini berada di dalam ruangan, dengan orang-orang yang berjarak dekat, dengan banyak berbicara, bernyanyi, atau berteriak," tulis Bromage, merujuk pada berbagai kasus ia referensi yang telah terjadi di seluruh bangsa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar