Jumat, 15 Mei 2020

China Bangun Pabrik Vaksin Corona Siap Produksi Jutaan Dosis

 China termasuk salah satu negara yang aktif mengembangkan kandidat vaksin COVID-19. Bahkan salah satu perusahaan di negeri Tirai Bambu itu mengklaim telah membangun pabrik vaksin Corona terbesar di dunia dengan kapasitas produksi 100 juta dosis per tahun.
Media CGTN yang dikutip detikINET mengabarkan bahwa perusahaan Fourth Construction Co yang adalah bagian China Electronics System Engineering mengklaim fasilitas produksi itu dengan tingkat keamanan bio safety level 3 (BSL-3) siap produksi massal vaksin Corona yang sudah terbukti manjur.

BSL-3 adalah level keamanan untuk penyakit yang berpotensi bahaya seperti SARS atau MERS. China Electronics System Engineering yang didirikan tahun 1983 disebut punya 80% market share fasilitas biomedis global.

Soal vaksin, salah satu kandidat paling menjanjikan di negara itu adalah buatan Sinovac Biotech yang berbasis di Beijing. Ilmuwan perusahaan itu mengklaim sudah berhasil uji vaksin Corona pada monyet dan berlanjut ke manusia.

Sinovac pun sedang mempersiapkan fasilitas produksi baru yang akan siap tahun ini dengan harapan vaksin tersebut terbukti efektif. Mereka telah membeli lahan seluas 70 ribu meter persegi di Beijing.

Ilmuwan Sinovac Biotech mengaku bekerja tanpa henti sekarang ini. "Biasanya pembuatan vaksin memerlukan waktu antara 8 sampai 10 tahun," kata direktur senior Sinovac, Meng Weining kepada ABC.

"Untuk vaksin ini, di tengah pandemi, kami berusaha maksimal mengambil langkahnya secepat mungkin."

Menurut WHO, delapan kandidat vaksin saat ini sudah masuk dalam tahap evaluasi klinis dan 4 di antaranya dikembangkan oleh ilmuwan China.

Pada bulan April, Dr Gao Fu dari Center for Disease Control and Prevention (CDC) menyatakan vaksin dari negara itu mungkin akan tersedia untuk kebutuhan darurat pada bulan September. Tahap pertama akan diberikan pada pekerja kesehatan.

Walau belum ada jaminan akan ada vaksin yang berhasil dibuat, menjadi penting bagi Pemerintah China jika ada perusahaan dari negaranya yang berhasil mengembangkannya.

Pemerintah China sudah mendapat cukup banyak kritikan atas berbagai kesalahan di masa awal ketika wabah terjadi dengan tudingan menutup-nutupi informasi parahnya keadaan.

"Saya tidak tahu seberapa cepat kami akan bisa melakukannya, namun dibandingkan proses normal, kami lebih cepat," kata Meng Wenning dari Sinovac.

Bill Gates Menyesal Masih Minim Kontribusi Lawan COVID-19

 Bill Gates adalah salah satu tokoh teknologi yang paling vokal akan bahayanya virus Corona. Akan tetapi, ia menilai apa yang dilakukannya itu masih belum seberapa.
Pendiri perusahaan Microsoft itu dalam memerangi COVID-19, salah satunya dengan menggelontorkan USD 300 juta lewat Bill & Melinda Gates Foundation untuk membantu mendanai pengembangan perawatan dan vaksin Corona.

Bila ditarik mundur, sekitar lima tahun lalu, bapak tiga anak ini telah memprediksikan ancaman pandemi yang bisa merenggut nyawa dalam jumlah banyak. Kini, pandemi Corona telah menjangkit 4,35 juta orang yang mana 1,55 juta orang dinyatakan sembuh dan 297 ribu meninggal dunia.

"Saya berharap bisa berbuat lebih banyak untuk memperingati ancaman ini," ujar Gates dalam sebuah wawancara dengan The Wall Street Journal dikutip dari CNBC, Kamis (14/5/2020).

Ia pun saat ini terbilang rutin untuk diwawancarai, baik itu dari televisi maupun yang kini sedang tren, podcast. Tujuannya hanya ingin memperingati tentang bahaya besar dari COVID-19.

Penyesalan Gates ini lantaran ia merasa belum mempengaruhi para pemimpin dunia untuk satu suara bertindak melawan pandemi Corona.

"Inti dari membicarakannya adalah kita bisa mengambil tindakan dan meminimalkan kerusakan," ucap pria berkacamata ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar