Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO mengumumkan secara resmi pada Selasa (17/3) bahwa dua anggota staf mereka telah dipastikan positif virus corona baru atau COVID-19. Kasus tersebut merupakan yang pertama di WHO, organisasi yang berbasis di Jenewa ini.
"Staf tersebut meningalkan kantor dan kemudian saat di rumah, ia menunjukkan gejala dan diuji. Dikonfirmasi (positif) COVID-19," kata juru bicara WHO, Christian Lindmeir, mengutip Reuters.
"Karena itu, kami memiliki dua kasus yang terkonfirmasi," sambungnya.
Belum jelas apakah staf yang terinfeksi juga bekerja dalam cepat tanggap virus corona. Kantor pusat WHO adalah tempat kerja bagi 2,400 staf dan konsultan kini sebagian besar telah bekerja dari rumah untuk mengurangi kemungkinan penularan.
Saat ini, berdasarkan data dari WHO, ada lebih dari 167 ribu kasus COVID-19 yang terkonfirmasi secara global. Selain itu, lebih dari 6 ribu kematian dilaporkan di seluruh dunia.
Viral Obat Malaria Jadi Obat Virus Corona, Ahli Farmasi Angkat Bicara
Beredar sebuah video percakapan ibu dan anak laki-lakinya yang membahas tentang obat virus corona. Percakapan itu, terlihat perempuan menyampaikan jika chloroquin (klorokuin) atau obat malaria dapat menyembuhkan corona.
"Wah gais luar biasa kabar gembira, ternyata obat dari virus corona sudah diketemukan. Gilanya lagi obat ini udah lama diketemukan," kata laki-laki itu.
Ibu itu menjelaskan kepada anaknya di depan kamera jika obat chloroquin itu sebetulnya obat lama, dari tahun 1955. Saat dia menjadi siswa perawat sudah diberikan ke pasien dengan penyakit malaria.
"Khusus malaria itu sebetulnya, jadi begitu aku denger, baca chloroquin bisa dipakai sekarang ini luar biasa hebatnya," kata alumni siswa perawat di RS Stella Maris Makasar tahun 1955 sampai 1959 ini.
Namun keberadaannya kini belum tentu ada di Indonesia. Ia mengatakan, jika benar obat ini untuk mengobati corona maka perlu diproduksi lagi.
"Supaya kalau memang benar ini untuk corona ya, Puji Tuhan dan corona tidak akan masuk ke Indonesia. Indonesia udah kebal," ujarnya.
Saat dikonfirmasi ke Ketua Departemen Farmakognosi dan Fitokimia, Fakultas Farmasi Unair Surabaya Dr Aty Widyawaruyanti, MSi Apt. Ia menjelaskan, jika Klorokuin difosfat itu sebetulnya digunakan sebagai obat malaria.
"Tapi sekarang sudah lama tidak digunakan lagi karena terjadi resistensi parasit malaria terhadap obat ini. Obat antimalaria yang digunakan saat ini adalah itu kombinasi turunan artemisinin dengan turunan klorokuin ini," jelasnya kepada detikcom, Selasa (17/3/2020).
Klorokuin difosfat itu sendiri merupakan hasil semi sintesis dari senyawa alkaloid kinin (Quinine) yang diisolasi dari pohon kina (Chincona sp).
"Sudah dipakai lama untuk obat anti malaria. Tetapi sekarang sudah tidak digunakan lagi karena parasit sudah resisten terhadap klorokuin ini," ujarnya.
"Saya mendengar ada info tentang aktivitas klorokuin ini terhadap virus covid19. Tapi kalo saya baca dari info yg ada penelitiannya masih sangat awal. Belum terbukti bahwa klorokuin bisa dijadikan obat antivirus covid-19," jelasnya.
Maka, Aty merasa mungkin bisa saja terjadi obat klorokuin aktif terhadap anti virus. Tapi, jika untuk obat virus corona, masih perlu penelitian lebih mendalam lagi.
Akan tetapi sekarang ini klorokuin difosfat sebenarnya penggunaannya dibatasi, karena khawatir terjadi resistensi terhadap parasit malaria semakin meluas.
"Itu sudah nggak digunakan lagi, yang digunakan derivat atau turunan dari klorokuin dan itu dikombinasikan lagi dengan senyawa lain untuk anti malaria yaitu artemeninin," pungkasnya.
http://kamumovie28.com/blue-lagoon-the-awakening/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar