Jumat, 29 Mei 2020

Studi Tunjukkan Risiko Pasien Kanker Jika Terpapar Virus Corona

 Penelitian baru menunjukkan betapa berbahayanya virus Corona bagi para pengidap kanker. Dua penelitian menemukan bahwa mereka akan lebih rentan terhadap virus Corona COVID-19, dan mungkin meninggal dalam kurun waktu satu bulan lebih cepat dibanding yang tidak mengidap kanker.
Pada penelitian pertama, dari 464 pasien kanker yang juga mengidap COVID-19 dan dirawat di rumah sakit, ditemukan 13 persen meninggal dunia. Sementara penelitian kedua dalam jurnal medis Lancet, para peneliti Inggris mengungkap dari 800 pasien dengan virus Corona COVID-19 dan berbagai jenis kanker, tingkat kematian yang terjadi lebih tinggi sampai 28 persen.

Risiko ini meningkat karena faktor usia dan masalah kesehatan lainnya, seperti tekanan darah tinggi.

"Pandemi ini menimbulkan tuntutan yang luar biasa pada sistem perawatan pasien kanker. Bahkan kami berusaha untuk meminimalkan kunjungan mereka ke rumah sakit," kata Dr Howard Burris, presiden komunitas kanker di Sarah Cannon Research Institute di Nashville, Tennessee, yang dikutip dari US News, Jumat (29/5/2020).

Burris mengatakan hampir sebagian pasien didiagnosis terinfeksi COVID-19 saat menjalani pengobatan kanker atau pernah mengidapnya di masa lalu. Menurut peneliti, mereka memiliki sistem kekebalan tubuh yang rendah sehingga memungkinkan virus Corona bisa bertahan di dalam tubuh.

Kondisi ini pun berdampak lebih buruk pada pria hingga menyebabkan 17 persen meninggal dunia. Ini terjadi karena biasanya kanker pada pria terdiagnosis di usia lanjut, ditambah kebiasaan-kebiasaan buruk seperti merokok.

Sementara pada wanita hanya 9 persen dan mungkin mengidap jenis kanker paling umum terjadi yaitu kanker payudara. Saat mengalami kondisi tersebut, biasanya mereka masih berada di usia muda dan masalah kesehatan lain yang dimiliki lebih sedikit.

Selain kanker, risiko kematian COVID-19 juga meningkat pada pasien yang menggunakan obat malaria hydroxycloroquine dan azitromisin antibiotik dalam pengobatannya. Tingkat kematiannya bisa mencapai 25 persen.

"Kami belum tahu sebab akibat dari penggunaan obat ini, dan belum bisa membuktikan apakah ada hubungannya dengan tingkat kematian yang meningkat," ujar ilmuwan dari Universitas Vanderbilt, Jeremy Warner.

110 Negara Desak WHO Investigasi Asal-Usul Virus Corona

Lebih dari 110 negara telah menyatakan dukungannya untuk penyelidikan independen terhadap respons global pandemi virus Corona.
Sebuah rancangan resolusi yang menyerukan 'evaluasi yang tidak memihak, independen dan komprehensif' dari 'respons kesehatan internasional terhadap COVID-19' dipersiapkan beberapa negara untuk Majelis Kesehatan Dunia. badan pengelola Organisasi Kesehatan Dunia, yang merupakan bagian dari PBB.

Resolusi ini dirancang oleh negara-negara anggota Uni Eropa setelah proposal awal Australia untuk penyelidikan yang ditujukan ke China, tempat pertama kali ditemukannya virus Corona, terkuak ke publik.

Kepada ABC, sumber pemerintah Australia mengatakan resolusi tersebut cukup kuat untuk memastikan dilakukan penyelidikan yang tepat dan menyeluruh terkait pandemi COVID-19.

Saat ini WHO dan China tengah melakukan diskusi mengenai pemeriksaan lanjutan terjadap sumber hewan potensian dari wabah virus Corona

"Ada diskusi dengan rekan-rekan kami di China untuk misi lebih lanjut, yang akan lebih akademis dalam fokus dan benar-benar fokus pada melihat apa yang terjadi di awal dalam hal paparan dengan hewan," kata Maria Van Kerkhove, ahli epidemologi WHO dikutip dari US News.

Sementara itu Presiden China Xi Jinping menyebut pihaknya akan mendukung WHO untuk melakukan penyelidikan sepenuhnya terhadap asal-usul virus Corona.
http://indomovie28.com/sepedas-cabe-kampus/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar