Kamis, 28 Mei 2020

Peringatan Bos Lab Wuhan: COVID-19 Hanya Puncak Gunung Es

 Direktur Center for Emerging Infectious Diseases di Wuhan Institute of Virology (WIV), Shi Zhengli, tampil dalam siaran televisi China setelah tidak muncul beberapa lama. Ia membahas soal COVID-19 sekaligus memberi peringatan.
COVID-19 yang ia sebut menular dari hewan hanyalah puncak dari gunung es. Artinya, ada kemungkinan wabah serupa bakal terjadi di masa depan jika kita tidak waspada. Maka, virus di alam liar harus terus dipelajari.

"Jika kita ingin melindungi manusia dari virus-virus atau mencegah wabah kedua dari penyakit menular baru, kita harus mempelajari virus tak dikenal yang dibawa hewan liar di alam dan memberikan peringatan dini," tegasnya.

"Virus tersebut eksis di alam apakah Anda mengakuinya tau tidak. Jika kita tidak mempelajarinya, ada kemungkinan munculnya wabah lain dan kita tidak akan tahu," imbuh Shi.

Shi dan laboratorium Wuhan jadi sasaran teori konspirasi bahwa COVID-19 dibuat atau bocor dari sana. Memang, laboratorium tersebut sering meneliti virus Corona dan Shi sendiri dijuluki sebagai bat woman lantaran sering meneliti virus pada kelelawar.

Soal itu, Shi membela diri bahwa pekerjaan mereka di lab berkontribusi besar dalam mengidentifikasi virus baru sekaligus mengantisipasi wabah masa depan. Contohnya setelah kasus pertama COVID-19 muncul di Wuhan, mereka langsung dapat memahami penyebabnya.

Setelah sampel didapat pada 30 Desember, tim Zhengli meyakini biangnya adalah jenis baru virus Corona. Pengalaman mereka selama 15 tahun berguna untuk kejadian semacam itu.

"Contohnya, metode deteksi antibodi dan nucleic acid kami, dan teknologi isolasi virus, membutuhkan waktu eksplorasi lama tapi membuat kami mampu mengidentifikasi patogen saat kami sudah punya sampelnya," papar dia.

Shi sudah menghabiskan waktu bertahun-tahun di laboratorium itu meneliti virus corona dari kelelawar. Setelah meneliti gua kelelawar untuk mencari sampel, Shi dan timnya berhasil mengidentifikasi asal muasal virus SARS yang mewabah di China dari tahun 2002 sampai 2003.

Mengenai tudingan COVID-19 ada sangkut pautnya dengan laboratoriumnya, Shi sudah beberapa kali melontarkan bantahan. Kini pun, dia menyesalkan munculnya teori tersebut dan menilainya sebagai politisasi.

Dia berharap dunia internasional bersatu untuk menghadapi virus semacam ini dan memperoleh manfaat bersama. "Pekerjaan di lab, mengumpulkan sampel dan membuat model peringatan dini membutuhkan ilmuwan dari bidang berbeda dan pengalaman berbeda," cetusnya.

"Satu tim kecil tidak bisa melakukan hal ini sendirian," tambahnya, seperti dikutip detikINET dari South China Morning Post.

WHO Minta Klorokuin untuk Corona Disetop, BUMN: Kami Ikut Kemenkes

Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) mendesak Indonesia untuk menyetop penggunaan klorokuin sebagai obat Corona. Sebelumnya, WHO sendiri diketahui tak melanjutkan uji klinis obat malaria ini untuk pengobatan pasien Corona.
Menanggapi itu, Staf Khusus Menteri BUMN Arya SInulingga mengatakan, akan mengikuti keputusan Kementerian Kesehatan (Kemenkes).

"Kami ikut apa kata Kemenkes, karena Kemenkes yang menentukan obat mana bisa dipakai, obat mana tidak tidak boleh dipakai," katanya dalam teleconference, Rabu (27/5/2020).

Dia menuturkan, kementerian akan mengikuti keputusan Kemenkes. Bahkan, ketika Kemenkes melarang pemakaian obat tersebut.

"Kalau Kemenkes minta ditarik, kita tarik," ujarnya.

Dikutip dari Reuters, desakan ini disampaikan untuk menunda pengobatan obat malaria karena masalah keamanan, jelas sumber yang tidak disebut namanya, Selasa (27/5/2020).

Indonesia, negara terpadat keempat di dunia diketahui menggunakan obat ini untuk mengobati semua pasien COVID-19 dengan gejala ringan hingga berat. Bahkan Indonesia telah meningkatkan produksinya sejak Maret lalu.

Baca juga: New Normal Sanggup Bikin Ekonomi Pulih?
Sumber anonim ini mengatakan WHO sebetulnya telah mengirim pemberitahuan kepada Kementerian Kesehatan Indonesia untuk menunda pengobatan memakai obat klorokuin.

Erlina Burhan, seorang dokter yang membantu menyusun pedoman pengobatan virus Corona dan anggota dari Asosiasi Pulmonolog Indonesia, mengkonfirmasi bahwa asosiasi tersebut juga telah menerima saran baru dari WHO untuk menangguhkan penggunaan obat-obatan.

"Kami membahas masalah dan masih ada beberapa perselisihan. Kami belum memiliki kesimpulan," kata dr Burhan kepada Reuters.
http://kamumovie28.com/kambing-jantan-the-movie-2/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar