Rabu, 20 Mei 2020

Benarkah 'Antivirus' Eucalyptus Buatan Kementan Bisa Bunuh Corona?

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian (Kementan) mengklaim temukan formula tangkal Corona dari tanaman eucalyptus. Formula yang disebut berpotensi sebagai antivirus Corona itu pun telah dipatenkan ke dalam tiga bentuk produk penangkal COVID-19 yaitu inhaler, diffuser oil, hingga kalung antiCorona.
"Kesimpulan kami bisa (membunuh COVID-19), karena bahan aktif yang dimiliki eucalyptus dan target bisa membunuh Mpro (enzim dalam virus Corona). Nah itu kandungan Mpro berlaku pada COVID-19," kata Fadjry, Senin (18/5/2020).

Meski begitu, Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Profesor Amin Soebandrio, menyebut antivirus berbahan dasar eucalyptus ini lebih tepat disebut sebagai terapi herbal. Klaim yang kemudian muncul bisa 'membunuh virus' harus diuji dengan virus yang spesifik.

"Kalau toh dia punya misalnya dia pernah mencoba itu sebagai antivirus, misalnya digunakan untuk virus apa? Tapi yang saya yakin itu bukan virus Corona (COVID-19), karena yang mempunyai isolat virus SARS-COV-2 hingga saat ini di Indonesia belum ada," tegas Prof Amin saat dihubungi detikcom Selasa (19/5/2020).

Selain itu, efek dari eucalyptus yang diklaim antivirus Corona pun belum terlihat. Prof Amin menilai kemungkinan besar manfaat dari eucalyptus lebih kepada meningkatkan kekebalan atau sistem imunitas tubuh.

"Karena kita belum tahu efek sebenarnya, kita tidak bisa menyatakan ini bisa mengatasi pandemi dan sebagainya. Mungkin untuk meningkatkan kekebalan bisa," kata Prof Amin.

"Karena sekarang banyak bahan-bahan alam yang dipakai untuk meningkatkan kesehatan, meningkatkan daya tahan itu sih sah-sah saja. Tapi tidak spesifik membunuh virus," pungkasnya.

Italia dan Prancis Kembali Laporkan Lonjakan Kasus Usai Longgarkan Lockdown

 Italia kembali laporkan lonjakan kasus Corona usai longgarkan pembatasan atau lockdown. Lonjakan ini diwaspadai menjadi gelombang kedua Corona di Italia.
Mengutip Daily Star, angka resmi pemerintah pada Selasa, mencatat setidaknya ada 162 kematian di Italia. Jauh lebih tinggi dibandingkan hari sebelumnya yaitu 99 kasus kematian.

Italia menjadi negara Eropa yang paling parah terdampak wabah virus Corona COVID-19. 99 kasus kematian yang tercatat di hari Senin menandakan pertama kalinya Italia melapor kasus kematian kurang dari 100 orang dalam satu hari, sejak Maret lalu.

Akhir pekan lalu, perdana menteri Italia Giuseppe Conte mengatakan bahwa dia menyadari pelonggaran pembatasan berdampak pada lonjakan kasus Corona. Namun ia menegaskan tak bisa menunggu vaksin Corona untuk mulai membuka kembali pembatasan secara bertahap.

"Kami mengambil risiko yang diperhitungkan, sadar bahwa kurva penularan dapat naik lagi. Namun kita tidak bisa menunggu untuk vaksin," kata Giuseppe Conte.

Prancis pun mengalami hal yang sama. Usai kembali membuka sekolah, 77 kasus baru Corona dilaporkan pada hari Senin (18/5/2020).

"Tidak bisa dihindari hal semacam ini akan terjadi," kata Menteri Pendidikan Prancis, Jean-Michel Blanquer kepada stasiun radio Prancis RTL.

Sebelumnya, Prancis menutup semua sekolah dan lembaga pendidikan lain pada 17 Maret lalu sebagai bagian dari 'lockdown'. Namun dua bulan setelahnya, pemerintah mulai mencabut beberapa batasan sosial seperti membuka kembali beberapa toko dan sekolah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar