Minggu, 17 Mei 2020

Ketahui Ciri Gula Darah Rendah dan Cara Mengatasinya

 Gula darah adalah unsur penting bagi kesehatan tubuh yang didapat dari makanan yang dikonsumsi. Selain itu, gula darah merupakan bahan bakar utama untuk otak. Gula darah juga sumber energi bagi sel yang membangun otot dan jaringan.
Penting bagi seseorang untuk mengetahui kadar gula darahnya. Apakah rendah, normal atau tinggi. Gula darah yang rendah dalam istilah medis disebut hipoglikemia. Kondisi ini umumnya terjadi pada penderita diabetes. Bukan hanya penderita diabetes saja, orang yang tidak menderita hal tersebut pun bisa mengalami gula darah rendah.

Gula darah rendah bisa disebabkan oleh beberapa hal di antaranya terlambat atau kurang makan, terlalu banyak mengonsumsi alkohol, mengonsumsi obat-obatan tertentu seperti quinine dan kekurangan hormon tertentu.

Selain itu, kamu bisa mengetahui ciri-ciri dari gula darah rendah sebagai berikut:
1. Kadar gula darah turun hingga di bawah 70 mg/dL.

2. Seseorang yang memiliki gula darah rendah bisa diketahui dengan kulit yang pucat, tubuh tidak bertenaga dan mudah kelelahan, gelisah, mudah marah, keluar keringat dingin, kesemutan di area mulut dan detak jantung yang cepat.

3. Seseorang dengan kadar gula darah terlalu rendah hingga di bawah 40 mg/dL dapat mengalami gejala sulit berkonsentrasi, tidak mampu berdiri atau berjalan, bicara melantur, otot berkedut, kejang, kehilangan kesadaran bahkan kematian.

Gula darah rendah bisa diatasi dengan memakan makanan yang mengandung karbohidrat bagi yang sehat. Selain itu, ditambah protein seperti selai kacang supaya kadar gula darah kembali stabil. Makanlah dengan porsi yang seimbang. Sedangkan bagi penderita diabetes, disarankan meminum jus buah atau tablet glukosa.

Jika kamu sering mengalami gula darah rendah, segera periksakan ke dokter untuk memastikan kamu memiliki atau tidak memiliki masalah kesehatan yang membuat kadar gula darah menjadi rendah.

Hantavirus yang Trending Saat Pandemi Corona Dipastikan Bukan Virus Baru

Saat dunia sedang berusaha mengakhiri pandemi virus corona baru atau COVID-19, sebuah laporan dari Global Times menyebut seorang pria dari Provinsi Yunnan di China meninggal karena Hantavirus saat perjalanan di ke Provinsi Shandong.
Meski seluruh dunia sedang dalam siaga tinggi karena ketidakpastian informasi mengenai virus corona, ahli menyebut belum ada indikasi bahwa hantavirus merupakan ancaman kesehatan global. Situs Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menyebut hantavirus yang menyebabkan sindrom paru hantavirus (HPS) dan demam berdarah dengan sindrom ginjal (HFRS), telah ada sejak beberapa tahun lalu.

Pada Mei 1993, wabah penyakit paru yang tidak dapat dijelaskan terjadi di Amerika Serikat di wilayah Arizona, New Mexico, Colorado, dan Utah yang dikenal sebagai "The Four Corners". Saat itu seorang lelaki muda sehat menderita sesak dan dilarikan ke rumah sakit Mexico namun meninggal dengan sangat cepat.

Selang beberapa minggu, kasus-kasus tambahan penyakit dilaporkan di daerah Four Corners. Campuran khusus gejala dan temuan klinis mengarahkan para peneliti menjauh dari kemungkinan penyebabnya, seperti paparan herbisida atau jenis baru influenza, dan terhadap beberapa jenis virus.

Ahli virologi di CDC menggunakan beberapa tes, termasuk metode baru untuk menentukan gen virus pada tingkat molekuler, dan mampu menghubungkan sindrom paru dengan virus, khususnya jenis hantavirus yang sebelumnya tidak diketahui.

Hantavirus diketahui menyebar dari tikus ke manusia jika seseorang bersentuhan langsung dengan urin, tinja, dan air liur tikus.

Kasus awal HPS sebelumnya juga dikonfirmasi pada seorang pria Utah berusia 38 tahun pada 1959. Kelelahan, demam, nyeri otot, sakit kepala, pusing, menggigil dan sakit perut adalah gejala awal HPS. Gejala selanjutnya termasuk batuk dan sesak napas. CDC mengatakan bahwa virus itu bisa berakibat fatal karena memiliki tingkat kematian 38 persen.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar