Minggu, 05 April 2020

Cegah Corona, Jalur Pendakian Gunung Lawu Ditutup

Gunung Lawu mulai mengambil langkah pencegahan virus Corona. Mulai har ini jalur pendakian Gunung Lawu ditutup sementara.

"Sudah kita lakukan imbauan kepada pengelola untuk dilakukan penutupan sementara. Saat ini sebagian pendaki yang kemarin masih di atas dan sudah diperintahkan untuk turun," ujar Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Magetan Ferry Yoga Saputra saat dihubungi detikcom, Rabu (18/3/2020).

Pendaki yang terakhir naik pada Selasa (17/3) sebanyak 56 orang. Menurutnya saat ini sudah turun semua. Penutupan ini, lanjut Ferry, juga atas imbauan Bupati Magetan, Suprawoto.

"Sudah diimbau oleh Bapak Bupati memang untuk menutup semua tempat wisata termasuk jalur pendakian," katanya.

Ferry menambahkan, penutupan jalur pendakian tidak hanya di pintu Cemoro Sewu, Magetan. Tapi di semua pintu pendakian. Termasuk dari pintu Cemoro Kandang dan Candi Cetho.

"Infonya semua jalur baik dari Jateng dan dari Ngawi juga ditutup semua," lanjutnya.

Italia Lockdown, Banyak Warga Tak Bisa Hadiri Pemakaman Keluarga

Banyaknya kasus virus Corona di Italia membuat antrian pemakaman di Italia juga semakin bertambah. Diberlakukannya lockdown membatasi jumlah pelayat.

dilansir dari Business Insider, di Bergamo, bagian di Italia yang paling parah terkena wabah virus Corona membuat peti mati memenuhi fasilitas setempat. Layanan pemakaman pun kewalahan, menurut The Washington Post, krematorium beroperasi 24 jam sehari.

Sampai-sampai penguburan pun harus melalui waiting list. peti mati telah meluap di dua kamar mayat rumah sakit dan kamar mayat pemakaman.

Italia menjadi negara yang paling parah dilanda wabah virus Corona setelah China. Sekarang, kasusnya telah mencapai 27.000 dan 2.158 orang meninggal dunia sampai hari Selasa, 17 Maret 2020.

Dalam masa lockdown ini, banyak pemakaman di Bergamo yang tidak dihadiri oleh anggota keluarga. Dengan sesekali izin, pemakaman tidak boleh dihadiri lebih dari 10 pelayat.

Tindakan pencegahan ketat yang dilakukan di Italia membuat banyak masyarakat tidak memiliki kesempatan untuk menghadiri pemakaman orang yang mereka cintai. Bahkan melihat tubuh pasien yang telah meninggal sebelum pemakaman pun tidak diizinkan.

Salah satu warga Italia, Marta Testa mengaku tidak pernah melihat ayahnya lagi setelah dibawa ke rumah sakit pada 7 Maret 2020. Sampai ayahnya meninggal pada 11 Maret 2020.

"Saya pikir ini lebih buruk daripada perang," kata Marta.

"Ayah sedang menunggu untuk dikuburkan dan kita di sini menunggu untuk mengucapkan selamat tinggal kepadanya," tambah Marta.

Menurut The Post, pihak berwenang setempat semakin merekomendasikan kremasi atas penguburan. Sekarang, kremasi di Bergamo sudah mulai beroperasi sepanjang waktu.

Peningkatan kasus virus Corona di Italia telah membuat para dokter kewalahan. Mereka terpaksa membuat keputusan tentang siapa yang harus diprioritaskan untuk perawatan.

"Kami memutuskan berdasarkan usia dan kondisi kesehatan. Sama seperti semua situasi perang," kata ahli anestesi Christian Salaroli.

Menurut Politico, Italia lebih memprioritaskan pasien yang lebih muda, lebih sehat daripada pasien yang lebih tua atau mereka dengan kondisi yang sudah ada sebelumnya.

"Kami menyadari, bahwa tubuh pasien yang sangat rapuh tidak dapat mentolerir perawatan tertentu dibandingkan dengan orang yang sehat," kata ahli anestesi, Luigi Riccioni.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar