Selasa, 07 April 2020

Terbang Sendiri Demi Jenguk Ibu, Wanita Ini Dapat Jatah First Class

Seorang wanita yang harus terbang demi menjenguk ibunya yang sakit malah mendapatkan pengalaman yang berkesan selama penerbangan. Dia menjadi satu-satunya penumpang di pesawat dan dapat jatah kelas utama atau First Class.
Seperti dilansir CNN, wanita berumur 59 tahun itu tengah gelisah saat dia boarding ke pesawat. Bagaimana tidak, perjalanan itu akan menjadi terakhir kalinya dia bisa bertemu ibunya yang sakit keras.

Sheryl Pardo mengaku dirinya khawatir karena harus terbang saat ada pandemi Corona. Namun demi menjenguk ibunya yang tengah kritis dia merasa harus terbang untuk melihat ibu terakhir kalinya. Jadi dia pun terbang dari Washington DC ke Boston untuk menjenguk sang ibu, yang beberapa hari kemudian meninggal.

Namun ternyata di pesawat, Pardo menjadi satu-satunya penumpang. Dia ditemani oleh dua awak kabin, Jessica dan Dion dalam penerbangan American Airlines. Dua awak kabin itu mengubah perjalanan Pardo menjadi perjalanan yang pantas untuk dikenang. Mereka mengubah tempat duduk Pardo menjadi di kelas utama atau First Class. Dan bahkan mereka pun memberikan pesan khusus kepada Pardo lewat pengeras suara di pesawat. Penerbangan yang seharusnya sepi itu pun menjadi lebih berkesan.


Sheryl Pardo
@spardova
My story of visiting my mom during the pandemic made the news!https://www.azfamily.com/news/continuing_coverage/coronavirus_coverage/flying-solo-woman-is-the-only-passenger-on-flight-from-dc-to-boston/article_34e28294-73b8-11ea-a8f9-4b04ee0d05cc.html …


Flying solo: Woman is the only passenger on flight from DC to Boston
Sheryl Pardo was the only passenger on the plane. In fact, she was outnumbered by the two flight attendants.

azfamily.com
50
19.30 - 1 Apr 2020
Info dan privasi Iklan Twitter
24 orang memperbincangkan tentang ini




Pardo kemudian menghabiskan waktunya di pesawat untuk memberi tahu para awak kabin soal ibunya.

"Saya pikir pada saat-saat seperti ini, rasa sakit kehilangan ibumu diperburuk dengan kondisi yang menakutkan seperti ini. Kebaikan orang lain bisa membuat kita semua melalui kondisi ini. Saya ingin mereka (awak kabin) tahu betapa berartinya bagi saya. Itu sangat positif, yang tidak saya harapkan dari perjalanan itu," ujarnya kepada CNN.

Wabah Corona sudah membuat banyak pesawat harus terbang dalam kondisi kosong. Beberapa maskapai malah harus mengurangi frekuensi penerbangan dan sebagian lagi ada yang memutuskan untuk mengandangkan seluruh armada demi mencegah kerugian yang lebih besar.

Kota Berbenteng di Atas Bukit Spanyol yang Bebas Corona

Spanyol menjadi salah satu negara terdampak Corona paling parah. Namun, di sana ada sebuah kota berbenteng di atas bukit yang diklaim bebas virus itu.
Diberitakan CNN, Senin (6/4/2020) kota di puncak bukit ini memang terlihat memisahkan diri dari dunia luar. Namanya Zahara de la Sierra. Terletak di Spanyol bagian selatan, benteng yang dibangun digunakan untuk menangkis musuh. Bangsa Moor dan orang Kristiani memperebutkannya di abad pertengahan.

Zahara de la Sierra pernah dijarah oleh Prancis pada tahun 1812. Sekarang, posisi kota ini terlihat tangguh di atas pedesaan Andalusia dan tiba-tiba sekali lagi menjadi aset yang tak ternilai.

14 Maret lalu, Zahara tertutup untuk orang luar karena virus Corona atau COVID-19 mulai menyebar di Spanyol. Wali kotanya, Santiago Galván (40), memutuskan untuk memblokir empat dari lima jalan masuk.

Galvan bertindak saat Spanyol menetapkan keadaan gawat darurat nasional atau "state alarm". Sejak itu, Negeri Matador telah mencatat lebih dari 100.000 kasus dengan 10.000 orang meninggal dunia, menurut Universitas Johns Hopkins.

Namun, hingga saat ini tidak ada satu pun kasus Corona di antara 1.400 penduduk Zahara de la Sierra. Sudah lebih dari dua minggu, dan Galván berpikir bahwa itu adalah pertanda baik.

Langkah berani Galván mendapat dukungan penuh dari penduduk, terutama para orang tua. Hampir seperempat dari penduduk Zahara berusia lebih dari 65 tahun.

Kota dan desa di sekitar Zahara telah terinfeksi. Ada pula yang meninggal akibat virus Corona.

Rumah-rumah putih dan jalan-jalan sempit di Zahara menempel di lereng bukit yang curam. Kota berbenteng abad pertengahan itu dikelilingi reservoir dan
kebun zaitun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar