Kasus aktif Corona di dunia menembus angka lebih dari 9 juta kasus. Berdasarkan laporan worldometers sebanyak 99 persen di antaranya mengalami gejala ringan COVID-19 yaitu sebanyak 9.207.420 kasus.
Sementara pasien COVID-19 yang mengalami gejala berat sebanyak 1 persen yaitu 77.048 kasus. Amerika Serikat menjadi negara yang paling banyak mencatat kasus aktif, hingga lebih dari 2 juta kasus.
Sementara di Asia, peringkat pertama ada di India. India mencatat lebih dari 700 ribu kasus aktif COVID-19 per Selasa (20/10/2020). Berikut sederet negara penyumbang kasus COVID-19 tertinggi.
Amerika Serikat
Kasus aktif: 2.748.539 kasus
Total kasus: 8.520.307 kasus
Prancis
Kasus aktif: 790.021
Total kasus: 930.745
India
Kasus aktif: 740.658
Total kasus: 7.649.158
Brasil
Kasus aktif: 398.336
Total kasus: 5.274.817
Rusia
Kasus aktif: 321.392
Total kasus: 1.431.635
Belgia
Kasus aktif: 198.823
Total kasus: 230.480
Ukraina
Kasus aktif: 173.788
Total kasus: 309.107
Argentina
Kasus aktif: 162.252
Total kasus: 1.018.999
Meksiko
Kasus aktif: 145.094
Total kasus: 854.926
Italia
Kasus aktif: 142.739
Total kasus: 10.874
https://cinemamovie28.com/japanese-mom-2/
Apakah Makanan Terasa seperti Ini? Bisa Jadi Pertanda Infeksi COVID-19
Semakin hari gejala COVID-19 dilaporkan makin ringan yang membuat banyak orang tak sadar telah terinfeksi penyakit mematikan tersebut. Namun saat ini makin banyak pasien yang melaporkan tanda tak biasa yang mereka alami terutama saat makan.
Kehilangan kemampuan untuk mencium atau mengecap jadi dua gejala yang terkait dengan infeksi COVID-19. Meski banyak yang normal kembali, kondisi ini bisa membuat seseorang mengalami distorsi bau.
Ini dibuktikan oleh pengalaman yang dibagikan oleh pasien bernama Kate McHenry, yang baru-baru ini berbicara kepada BBC tentang gangguan pengecapnya.
"Saya suka makanan enak, pergi ke restoran, minum-minum dengan teman-teman, tapi sekarang semua itu sudah hilang. Daging rasanya seperti bensin dan anggur prosecco rasanya seperti apel busuk," kata Kate.
Jika pasangan saya, Craig, makan kari, saya merasa baunya sangat tak enak. Bahkan saya merasa baunya keluar dari pori-porinya, jadi saya berjuang kalau berada di dekatnya," sambungnya.
Kondisi lain juga dialami oleh Pasquale Hester. Baginya, rasa pasta gigi membuatnya muntah-muntah sehingga ia terpaksa menyikat gigi dengan garam yang rasanya, anehnya, sangat normal.
Seperti banyak penderita COVID-19 lain, butuh berminggu-minggu sebelum indra penciumannya pulih setelah ia terinfeksi virus corona. Namun, ketika dia makan kari di ulang tahunnya di bulan Juni, dia menyadari indra penciumannya yang kacau.
"Saya makan poppadum (roti India) tetapi langsung melepehnya karena rasanya seperti cat. Beberapa makanan lebih bisa dimakan daripada yang lain," kata Pasquale.
Pasien COVID-19 mengalami anosmia karena COVID-19 merusak jaringan dan ujung saraf di hidung mereka. Ketika saraf itu tumbuh kembali, parosmia atau distorsi bau bisa terjadi dan otak tidak dapat mengidentifikasi bau sebenarnya dari suatu benda.
Prof Claire Hopkins, presiden British Rhinological Society (BRS), mengatakan ada kepercayaan salah bahwa kehilangan indra penciuman akibat COVID-19 berlangsung sebentar. Padahal pada beberapa pasien kondisi ini bisa berlangsung lama dan parah.
"Ya, ada peluang bagus untuk sembuh, tetapi ada sejumlah besar orang yang akan kehilangan bau dalam jangka waktu lama dan dampaknya terabaikan sepenuhnya." kata Claire.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar