Achmad Yurianto dicopot dari jabatan Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) pada Jumat (23/10/2020). Pria yang akrab disapa Yuri tersebut kini menjadi staf ahli Menteri Kesehatan.
"Betul," kata Yurianto saat dikonfirmasi CNNIndonesia.com, Jumat (23/10/2020).
Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto secara resmi melantik Achmad Yurianto sebagai Staf Ahli Menteri Kesehatan Bidang Teknologi Kesehatan dan Globalisasi. Menurut Menkes Terawan, rotasi jabatan merupakan hal biasa dalam lingkup organisasi.
"Pelantikan ini hendaklah dimaknai sebagai kepentingan organisasi, bukan sekadar penempatan figur pejabat pada jenjang jabatan dan kepentingan tertentu," jelasnya dalam laman resmi Kementerian Kesehatan.
"Pembenahan dan pemantapan organisasi dilakukan dalam rangka meningkatkan kinerja dan penyelenggaraan tugas serta pelayanan yang maksimal," kata Menkes.
Menkes Terawan mengapresiasi kinerja Achmad Yurianto selama menjabat sebagai Dirjen P2P dan berharap kinerja baik tersebut tetap dilanjutkan dalam jabatan barunya.
Seperti yang diketahui, Achmad Yurianto sebelumnya sempat menjadi juru bicara pemerintah untuk penanganan COVID-19. Yurianto juga belum setahun menjabat sebagai Dirjen P2P. Ketika ditanya lebih lanjut, ia menyebut pencopotannya ini terkait mutasi yang biasa terjadi di lingkungan kementerian.
https://kamumovie28.com/kong-skull-island-2017/
Sederet Hoax Soal Cara Bunuh Corona yang Tak Perlu Dipercaya Lagi
Virus Corona COVID-19 menyebar luas ke berbagai negara di seluruh dunia. Namun, tidak sedikit informasi hoax yang beredar terkait cara membunuh virus Corona.
Salah satunya soal suhu tinggi yang disebut bisa membunuh virus Corona. Kamu mungkin pernah mendengar tentang beberapa kemungkinan metode terkait suhu panas bisa membunuh virus Corona.
Dikutip dari laman Healthline, memaparkan tubuh pada suhu yang tinggi tidak dapat mencegah COVID-19.
Memaparkan tubuh dalam suhu tinggi seperti mandi air panas, duduk di dalam sauna, menggunakan pengering rambut, metode ini tidak mungkin menghasilkan suhu yang diperlukan untuk membasmi virus SARS-CoV-2 secara efektif.
Alih-alih membunuh virus, melakukan metode tersebut justru bisa membahayakan tubuh, terutama pada suhu yang lebih tinggi dan berpotensi membakar atau bisa melepuhkan kulit.
Mungkin kamu juga pernah mendengar bahwa cuaca yang hangat dan sinar UV dapat membunuh kuman termasuk virus. Namun, berjemur untuk mencegah COVID-19 bukanlah ide yang baik.
Jenis sinar UV di bawah sinar matahari (sinar UVA dan UVB) tidak efektif dalam membunuh kuman. Selain itu, paparan sinar matahari dalam waktu lama dapat menyebabkan kerusakan kulit, kulit terbakar, dan kemungkinan kanker kulit.
Untuk mencegah SARS-CoV-2 di rumah, fokuslah untuk mendesinfeksi permukaan dengan sentuhan tinggi secara teratur, dan mencuci tangan setelah berada di tempat umum.
Sempat Dinyatakan Sembuh, Pria Ini Meninggal Akibat 'Long-Covid'
Seorang pasien COVID-19 meninggal dunia setelah menjalani perawatan intensif selama 60 hari dan sempat dinyatakan sembuh. Pihak keluarga menyebut pasien ini meninggal akibat 'long-Covid'.
Roehl Ribaya, 47, pertama kali dirawat di Rumah Sakit Blackpool Victoria pada 29 Mei dan menghabiskan 48 hari di ruan intensif karena memerlukan alat bantu napas. Setelah berangsur membaik, Ribaya menjalani rawat inap di bangsal biasa selama 12 hari sebelum diizinkan pulang pada 14 Agustus.
Hanya saja, pihak keluarga mengatakan ia tidak pernah sembuh total dari gejala COVID-19 meski telah dinyatakan sembuh dan diizinkan pulang. Ribaya meninggal dunia setelah mengalami serangan jantung pada 13 Oktober lalu.
"Dia tak pernah sama lagi. Dia sesak sepanjang waktu," tutur sang istri yang juga seorang perawat, Stella Ricio-Ribaya, kepada BBC.
Serangan jantung yang dialami Ribaya dikaitkan dengan fibrosis paru pasca terinfeksi COVID-19 atau dikenal dengan long Covid.
National Health Security Inggris beberapa waktu lalu mengumumkan akan menyusun pedoman tentang cara mengobati kondisi 'long Covid'. Penyusunan pedoman ini dilatarbelakangi makin banyak pasien sembuh yang masih mengeluhkan gejala setelah berbulan-bulan.
Meski belum ada data resmi terkait jumlah orang yang telah meninggal sebagai akibat dari 'long Covid' tetapi kerusakan signifikan yang dapat dilakukan virus pada jantung dan paru-paru menunjukkan kemungkinan itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar