Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, remdesivir dari Gilead Sciences tidak memiliki efek substansial terkait masa tinggal di rumah sakit atau peluang pasien Corona COVID-19 untuk bertahan hidup.
Obat antivirus ini, digunakan sebagai salah satu pengobatan untuk virus COVID-19. Remdesivir sebelumnya digunakan untuk mengobati infeksi virus Corona Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump.
Dikutip dari laman Reuters, solidaritas WHO mengevaluasi efek dari empat regimen obat yang potensial, termasuk obat remdesivir, hydroxychloroquine, kombinasi anti-HIV dari lopinavir/ritonavir, dan interferon, pada 11.266 pasien yang dirawat di rumah sakit lebih dari 30 negara.
Studi tersebut menemukan rejimen tampaknya tak mempengaruhi kematian atau mengurangi kebutuhan untuk ventilasi pasien COVID-19. Dilaporkan juga bahwa obat tersebut memiliki pengaruh yang kecil terhadap berapa lama pasien tinggal di rumah sakit.
Pada awal bulan ini, data dari penelitian remdesivir menunjukkan bahwa pengobatan memangkas waktu pemulihan untuk pasien COVID-19 selama 5 hari dibandingkan dengan plasebo dalam percobaan yang dilakukan pada 1.062 pasien.
Kepala ilmuan WHO Soumya Swaminathan mengatakan bahwa selama penelitian hydroxychloroquine dan lopinavir/ritonavir dihentikan pada bulan Juni setelah terbukti tidak efektif, tetapi uji coba lain berlanjut di lebih dari 500 rumah sakit dan 30 negara.
"Kami sedang mencari apa selanjutnya. Kami sedang melihat pada antibodi monoklonal, kami melihat pada imunomodulator dan beberapa obat anti-virus baru yang telah dikembangkan dalam beberapa bulan terakhir," kata Swaminathan pada hari Rabu (14/10/2020).
Remdesivir menerima izin penggunaan darurat dari Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) pada tanggal 1 Mei lalu, dan sejak itu telah diizinkan untuk digunakan di beberapa negara.
https://kamumovie28.com/the-condemned-2015/
Sempat Demam Saat Positif Corona, Adakah Risiko Rossi Alami Komplikasi?
Valentino Rossi positif terinfeksi COVID-19. Pembalap berusia 41 tahun itu memiliki beberapa gejala saat terinfeksi COVID-19, seperti nyeri tulang dan demam.
Pada beberapa pasien, infeksi COVID-19 tidak mengembangkan gejala serius dan sembuh dalam waktu beberapa hari. Namun tidak sedikit pula yang akhirnya mengalami gejala berat atau komplikasi COVID-19.
Rossi memiliki faktor risiko yang dapat memperparah gejala virus Corona COVID-19 yang tengah dialaminya, salah satunya soal usia.
Orang dari segala usia, bahkan anak-anak, bisa tertular COVID-19. Namun penyakit ini paling sering menyerang orang dewasa paruh baya dan usia lanjut.
Semakin bertambahnya usia, risiko mengalami gejala parah dan komplikasi akibat COVID-19 meningkat. Misalnya, orang berusia 40 tahun memiliki risiko lebih tinggi untuk menderita penyakit parah daripada orang berusia 30-an.
Seiring bertambahnya usia, risiko Anda dirawat di rumah sakit karena COVID-19 juga meningkat. Selain itu menurut statistik, lebih banyak pria yang akhirnya mengalami komplikasi COVID-19 dibandingkan wanita.
Saat ini kondisi Rossi tengah dipantau secara ketat oleh staf medis di Tavullia, Italia, tempat tinggalnya.
"Kami akan lebih perhatian mulai sekarang untuk meminimalkan kemungkinan risiko di masa mendatang," kata direktur pelaksana tim Yamaha Lin Jarvis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar