Senin, 19 Oktober 2020

Imunisasi Harus Tetap Jalan Meski Pandemi, Bisa di Rumah-Drive Thru

 Kementerian Kesehatan mencatat adanya penurunan cakupan angka imunisasi di masa pandemi COVID-19. Hal tersebut turut menjadi perhatian serius pemerintah, sebab imunisasi menjadi salah satu proses penting untuk mencegah timbulnya wabah penyakit.

Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan Vaksinolog dr Dirga Sakti Rambe mengatakan masyarakat khususnya para orang tua tetap harus memberikan imunisasi pada anak di masa pandemi, melalui layanan imunisasi yang sudah disediakan.


"Ini tidak boleh terjadi, jika cakupan imunisasi turun maka kita akan menghadapi outbreak (wabah) di tengah pandemi COVID-19. Imunisasi rutin harus tetap berjalan," tegas Dirga dikutip dari situs Covid-19.go.id, Minggu (18/10/2020).


Disampaikan dr Dirga, Kementerian Kesehatan telah menyusun protokol kesehatan untuk pelayanan imunisasi rutin. Protokol tersebut antara lain pengaturan kedatangan penerima imunisasi untuk mencegah kerumunan, kewajiban menggunakan masker, jaga jarak, dan petugas selalu menggunakan alat pelindung diri (APD).


Di samping itu, dr Dirga mengulas pemerintah juga menyiapkan inovasi pemberian imunisasi, seperti layanan drive-thru, serta layanan delivery petugas datang ke rumah.


"Ada vaksinasi drive thru, ada (petugas) yang ke rumah. Keluarga kita harus mendapatkan imunisasi di masa pandemi. (kita harus sadar) bahwa imunisasi adalah tanggung jawab sosial, bukan soal melindungi diri sendiri," imbuh dr Dirga.


Pemberian imunisasi pada anak dilakukan secara bertahap. Imunisasi dasar lengkap untuk bayi dimulai dari usia bayi kurang dari 24 jam diberikan imunisasi Hepatitis B (HB-0), usia 1 bulan diberikan BCG dan Polio 1, usia 2 bulan diberikan DPT-HB-Hib 1 dan Polio 2, usia 3 bulan diberikan (DPT-HB-Hib 2 dan Polio 3), usia 4 bulan diberikan (DPT-HB-Hib 3, Polio 4 dan IPV atau Polio suntik), dan usia 9 bulan diberikan (Campak atau MR). Berikutnya ada pemberian imunisasi lanjutan. Bayi usia 18 bulan diberikan imunisasi DPT-HB-Hib dan Campak/MR. Sementara itu, anak kelas 1 SD/madrasah/sederajat diberikan DT dan Campak/MR, kelas 2 dan 5 SD/madrasah/sederajat diberikan Td.


Mengacu pada keterangan Kementerian Kesehatan, rangkaian imunisasi tersebut diberikan untuk mencegah sejumlah penyakit. Mulai dari hepatitis B, polio, campak dan rubella, difteri, tetanus, pertusis, pneumonia, serta meningitis.


Di tengah pandemi COVID-19, menjaga kesehatan memang sangat diperlukan salah satunya dengan imunisasi. Di samping itu, masyarakat juga perlu disiplin menerapkan protokol kesehatan dalam beraktivitas sehari-hari.


Guna mencegah penyebaran COVID-19, masyarakat diimbau untuk selalu #IngatPesanIbu seperti halnya yang dikampanyekan Satgas COVID-19, yakni dengan menerapkan 3M (menggunakan masker, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, dan menjaga jarak)

https://nonton08.com/bko-bangkok-knockout/


Benarkah Seks Dapat Memicu Serangan Jantung?


 Hubungan seks merupakan aktivitas fisik yang terbilang intens. Karenanya, timbul ketakutan terkena serangan jantung ketika melakukan seks terutama mereka yang memang telah memiliki riwayat buruk terkait jantungnya.

Alasannya karena jantung akan berdetak lebih kencang ketika melakukan seks. Banyak yang mempercayai bahwa serangan jantung ketika melakukan seks merupakan sesuatu kondisi yang mungkin terjadi.


Benarkah risiko terkena serangan jantung meningkat karena hubungan seks?

Penelitian yang diterbitkan Journal of American College of Cardiology menunjukkan bahwa risiko jantung berhenti pada laki-laku saat berhubungan seks sangat rendah. Peneliti menganalisis 4.557 kasus serangan jantung yang dilaporkan di Portland, Oregon, terhitung mulai tahun 2002 sampai 2015.


Setelah itu, kasus tersebut diklasifikasikan antara kasus yang berhubungan dengan seks dan yang tidak berhubungan dengan seks. Hasilnya didapati bahwa dari semua kasus serangan jantung, hanya 34 kasus, atau 0,7 persen yang terkait dengan seks. Dari 34 kasus tersebut, 32 kejadian dialami laki-laki dan 2 kasus dialami oleh perempuan.


Dari hasil penelitian tersebut diketahui bahwa laki-laki yang mengalami serangan jantung ketika dan setelah melakukan seks sudah memiliki riwayat penyakit jantung sebelumnya. Kebanyakan kasus serangan jantung ketika seks terjadi akibat stimulasi seksual.


Namun, tak hanya itu, faktor stres, mengkonsumsi minuman atau makanan yang berkafein tinggi serta obat kuat semacam viagra juga meningkatkan serangan jantung ketika seks dapat meningkat.

https://nonton08.com/age-of-ice/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar